Memilih perabot dapur multifungsi

Ternyata bukan hanya saya, yang betah berlama-lama, melototi perabot dapur  saat belanja offline atau online. Ini salah satu efek  ‘keisengan’ di dapur bertambah, nyoba resep ini itu dan motret untuk posting di Blog atau IG hehehe.

Sebelumnya gak pernah tuh kepikiran pengen punya perabot dapur ini itu. Cukuplah lungsuran dari Mamah dan nenek,  hadiah beli produk (piring, mangkuk dan gelas hadiah beli detergen), hadiah ngumpulin stamp dari supermarket, hadiah nulis dan itu yang penting-penting saja. Sekarang, pengen punya printilan dapur karena butuh buat moto juga  dan biar dapur eye catching hehehe.

Agar tahan daroi godaan beli perabot dapur – apalagi dengan alasan sekedar pajangan atau prop foto saja alias tidak di pakai sehari-hari, saya punya tipsnya nih,

Pilih barang berkualitas dengan harga sesuai kemampuan
Bukan sekali dua kali membeli perabot dapur dengan pertimbangan karena murah lalu akhirnya kecewa. Pernah beli whisk terus karatan padahal jarang di pake dan di simpan dalam keadaan kering. 

Dari kejadian itu saya belajar, jika beli perabot dapur yang pemakaiannya tidak tiap hari dan berbahan stainless steel, pilih stainless steel yang berkualitas, agak mahal tapi awet.

Untuk cetakan kue panggang langsung di atas api, saran saya beli yang stainless steel tebal seperti ini, tidak karatan dan saat di pake tidak repot dengan pengaturan apinya. Versi lebih mahalnya ada yang anti lengket tapi mahal untuk ukuran kantung saya hahaha. Untuk saya model begini aja lebih dari cukup.

Kekurangan cetakan ini, bawahnya tidak rata, jadi saat digunakan di atas kompor gas, lepas alas tungkunya dan ganti dengan kawat yang biasa di pake untuk alas panci atau wajan panas. Harga kawat ini 5000 an.

camilan kesukaan, kue pukis :))

Waktu saya post di IG banyak teman yang nanya beli di mana? Dulu saya beli di pasar tradisional tapi sekarang saya liat banyak di jual secara online di tokopedia. Harga kisaran 60 sampai 70 ribu.

Perabot dengan kesan tema tertentu dan desain bagus
Alasannya, agar tidak mudah tergoda dengan model perabot baru. Kalau saya, karena beberapa perabot dapur di dapatkan dari lungsuran Ibu dan nenek dengan model yang kesannya klasik dan vintage, jadi sekarang kalau beli perabot dapur yang temanya itu biar (sok) seragam. Dan manis kalau untuk foto makanan hehehe

Oh ya perabot dapur kekinian dengan kesan klasik dan vintage yang harga di bawah 30 ribu lumayan banyak. 
  
Warna eye catching
Katanya kalau melihat warna terang dan cerah, suasana hati  bisa ikut cerah, jadi menaikkan untuk menaikkan moody memasak.

Recycle perabot lama atau tidak terpakai
Perabot rusak jangan langsung di buang. Banyak ide bisa di ambil di IG atau Pinterest.
Nah, ini talenan hasil ngePIN. Talenan bulukan di decopage. Fungsinya bisa untuk props foto atau menulis pesan/resep singkat di dapur.

cara membuatnya secara singkat bisa di lihat di www.catatanperiuk.blogspot.co.id


papan pesan di dapur

Wajan anti lengket yang lapisan anti lengketnya sudah ngelupas di sana-sini jangan di buang. Kabarnya sobekan anti lengket ini bahaya jika termakan. Tips dari saya kelupasin sekalian lapisan anti lengketnya yang berwarna hitam sampai bersih.  Jadi deh wajan biasa tapi tidak lengket lho, asal sebelum di pake panaskan dengan minyak sampai rata. Wajan ini jadi cetakan Pancake andalan hehehe.

Oh ya wajan anti lengket bekas juga bisa di sulap jadi hiasan dapur, di decopage sama seperti talenan, cat dengan cat akrilik, tempele hiasan kertas atau quote. Saya belum sempat mencoba bikin, tapi ada niat karena punya wajan anti lengket bekas dua.




Orang biasa dalam sejarah luar biasa*

Niatnya mau posting tulisan ini tepat tanggal 10 kemarin, sebagai tulisan persembahan hari pahlawan tapi eh tapi baru beres kelar hari ini.

Era pahlawan mengangkat senjata memang sudah lewat tapi melalui tulisan yang saya kutip dari buku Zaman Perang nya Hendi Jo,  saya mau mengajak  flash back sejenak, mengingat kembali bagaimana negara ini dulu diperjuangkan. Duh, kesannya jadi serius begini ...

Tepat pukul 06.00 pada 10 November 1945 – hari yang tidak akan terlupakan dalam sejarah panjang negara bernama Indonesia – tentara Inggris membombardir Surabaya hingga tengah malam. Akibatnya, ribuan orang (mayoritas rakyat sipil) tewas seketika. “Wajar bila hari pertama saja sudah ribuan. Di pasar Turi saja saya menyaksikan gelimpangan mayat berjumlah hingga ratusan,” ungkap Letkol (Purn) Moekajat. Ribuan pejuang tewas dan sekitar 200.000 rakyak sipil mengungsi dari neraka Surabaya. (hal 102)

Buah manis menabung

Tantrum heboh
Sekitar setahun lalu, Azka pernah tantrum di mall gara-gara pengen beli lego yang harganya 500 ribu. Sudah saya rayu untuk beli lego kecil agar murah tapi keukeuh pengen yang itu. Saat itu usianya 6 tahun jadi kebayang kehebohan tantrumnya. Malu bangetlah pokoknya.

Selain tak ada dana untuk beli mainan seharga itu, saya dan Abinya pun berprinsip jangan memberikan anak sesuatu gara-gara tantrum nanti jadi kebiasaan dan tantrum di jadikan senjata untuk mendapatkan sesuatu.

Jadilah Abinya membopong Azka yang gigih meronta. Batal deh rencana makan siang. Sepanjang keluar mall menuju parkiran kami jadi bahan tontonan.

Ini bukan tantrum Azka yang heboh pertama kalinya lho,  dua kali tantrum sebelumnya di keramaian juga yaitu  di pameran dan mall lain. Dan tindakan kami sama, membopong paksa Azka untuk pulang. Itu belum termasuk tantrum di rumah.

Saya kira, adiknya akan mengalami hal sama, ternyata tidak. Khalif jarang tantrum kalau pun tantrum tak seheboh Azka.

Kami sebagai orang tua belajar konsisten dengan aturan, Azka juga belajar menahan diri dan tahu bahwa semua hal bisa di dapat secara instan, tidak semua yang diinginkan bisa mudah di dapatkan begitu saja.

Sisi positif tantrum
Beruntung saya pernah membaca buku pengasuhan mengenai tantrum, yang bukan hanya berisi tips menghadapi anak  tantrum  juga efek positif dari tantrum jika orang tua mengelolanya dengan baik.

Anak mengamuk karena ingin sesuatu dan tetap memaksa walaupun kita larang, artinya dia memiliki keinginan kuat (kalau istilah orang sunda mah keukeuh) jadi katanya kelolalah sisi ‘keukeuhnya’ agar kelak anak memiliki sikap gigih  saat ingin mencapai tujuan. 

Jadi kami tidak memukul atau mencerca Azka karena tantrumnya tapi di biarkan sampai capek hahaha. Setelah tenang beri pengertian. Tidak cukup sekali tapi dengan jeda waktu lama. Terus saya dan Abinya bilang, bahwa  lego mainan mahal jadi kalau ingin beli Azka harus menabung dulu.

Karena kasian, untuk menurutkan keinginan legonya, saya download game lego di hp. Agar tidak addick main game, saya downloadnya yang game lego junior.

Sifat keukeuh Azka mulai nampak sekarang, tanpa tantrum tentunya. Jika dia menginginkan sesuatu berusaha gigih mencapainya dan suka mensugesti dirinya sendiri.  

Menabung
Tapi rupanya lego game tidak membuat keinginan Kaka memiliki lego dalam bentuk fisik luntur. Bahkan saya pernah haru, karena setiap mengisi celengan ayamnya, dia selalu bilang buat beli lego dan mengajak adiknya untuk melakukan hal yang sama.

Minggu lalu tabungan di pecah dan jadilah kami membelikannya lego. Dan ternyata eh ternyata bukan hanya anak-anak yang keasikan main lego, emak bapaknya juga. Saya jadi tidak heran ada orang yang koleksi mainan  lego karena memang mengasikkan. Jadi pengen beli seri ini itu hahaha. Tapi tetap ya harus konsisten,  menabung dulu. 


Feel Like Home di Hotel Grand Zuri BSD City

Berbicara mengenai tempat wisata di Jakarta, pasti yang pertama kali di sebut adalah tempat wisata yang menjadi ikon kota Jakarta, sebut saja misalnya TMII, Ancol, Dufan, dan Monas. Tempat wisata yang selalu jadi kunjungan ‘wajib’ anak sekolah.

Padahal tempat wisata di Jakarta banyak lho, museum saja ada 66. Hah 66? Museum apa saja? Untuk mencari tahu, kita kenalan dulu sama Jakarta Corners.

Beberapa waktu lalu saya mengikuti blogger gathering sekaligus launching Jakarta Corners dan  talk show bertema Telisik Unik Sudut Kota Jakarta  dengan narasumber traveler writer kondang mas Teguh Sudarisman, bertempat di Hotel Grand Zury BSD.

Sebelum bicara soal wisata atau traveling rasanya tidak lengkap jika tidak  ngobrolin tempat penginapan yaitu  hotelnya, karena satu kesatuan. Terlebih menginap di hotel saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup, untuk mencari suasana baru. Yap, menginap di hotel tak harus ke luar kota dulu.

Hotel Grand Zuri  BSD, Feel Like Home
Bagi beberapa orang nama Hotel Grand Zuri mungkin sudah familiar karena hotel ini bukan hanya ada di BSD (Bumi Serpong Damai), di Jakarta sendiri sudah ada di  daerah Mangga Dua, di kawasan Jababeka dan beberapa kota besar di Indonesia seperti Pekan Baru, Padang, Yogyakarta, Bali,  dan Palembang.

Alamat tepatnya, berikut kontak untuk reservasi di Jln. Pahlawan Seribu Kavling Ocean Walk Blok CBD lot.6 BSD City, Banten - Indonesia.

Telepon +622129404955 Faks +622129404966
Email reservation.bsd@grandzuri.com
Website www.grandzuri.com

Hotel Grand Zuri BSD satu dari sekitar  18 yang di kelola Zuri Hotel Management.  Sebuah hotel bintang empat yang memiliki moto  layanan We Khow How To Please You.  Dengan moto itu pula Hotel Grand Zuri BSD mengemas pelayanan, mendesain kamar dan fasilitasnya agar pengunjung merasa feel like home, cozy dan nyaman, yang tentunya menimbulkan rasa betah dan menjadi hotel pilihan utama ketika akan menginap.

Ini adalah foto penampakan samping depan Hotel Grand Zuri BSD, foto saya pinjam dari google karena saat ke sana tidak sempat foto bagian depannya.