Tantrum heboh
Sekitar setahun lalu, Azka pernah
tantrum di mall gara-gara pengen beli lego yang harganya 500 ribu. Sudah saya rayu
untuk beli lego kecil agar murah tapi keukeuh pengen yang itu. Saat itu usianya
6 tahun jadi kebayang kehebohan tantrumnya. Malu bangetlah pokoknya.
Selain tak ada dana untuk beli
mainan seharga itu, saya dan Abinya pun berprinsip jangan memberikan anak
sesuatu gara-gara tantrum nanti jadi kebiasaan dan tantrum di jadikan senjata
untuk mendapatkan sesuatu.
Jadilah Abinya membopong Azka
yang gigih meronta. Batal deh rencana makan siang. Sepanjang keluar mall menuju
parkiran kami jadi bahan tontonan.
Ini bukan tantrum Azka yang heboh
pertama kalinya lho, dua kali tantrum
sebelumnya di keramaian juga yaitu di
pameran dan mall lain. Dan tindakan kami sama, membopong paksa Azka untuk
pulang. Itu belum termasuk tantrum di rumah.
Saya kira, adiknya akan mengalami
hal sama, ternyata tidak. Khalif jarang tantrum kalau pun tantrum tak seheboh
Azka.
Kami sebagai orang tua belajar
konsisten dengan aturan, Azka juga belajar menahan diri dan tahu bahwa semua
hal bisa di dapat secara instan, tidak semua yang diinginkan bisa mudah di
dapatkan begitu saja.
Sisi positif tantrum
Beruntung saya pernah membaca
buku pengasuhan mengenai tantrum, yang bukan hanya berisi tips menghadapi
anak tantrum juga efek positif dari tantrum jika orang tua
mengelolanya dengan baik.
Anak mengamuk karena ingin
sesuatu dan tetap memaksa walaupun kita larang, artinya dia memiliki keinginan
kuat (kalau istilah orang sunda mah keukeuh) jadi katanya kelolalah sisi
‘keukeuhnya’ agar kelak anak memiliki sikap gigih saat ingin mencapai tujuan.
Jadi kami tidak memukul atau
mencerca Azka karena tantrumnya tapi di biarkan sampai capek hahaha. Setelah
tenang beri pengertian. Tidak cukup sekali tapi dengan jeda waktu lama. Terus
saya dan Abinya bilang, bahwa lego
mainan mahal jadi kalau ingin beli Azka harus menabung dulu.
Karena kasian, untuk menurutkan
keinginan legonya, saya download game lego di hp. Agar tidak addick main game, saya
downloadnya yang game lego junior.
Sifat keukeuh Azka mulai nampak sekarang, tanpa tantrum tentunya. Jika dia menginginkan sesuatu berusaha gigih mencapainya dan suka mensugesti dirinya sendiri.
Sifat keukeuh Azka mulai nampak sekarang, tanpa tantrum tentunya. Jika dia menginginkan sesuatu berusaha gigih mencapainya dan suka mensugesti dirinya sendiri.
Menabung
Tapi rupanya lego game tidak
membuat keinginan Kaka memiliki lego dalam bentuk fisik luntur. Bahkan saya
pernah haru, karena setiap mengisi celengan ayamnya, dia selalu bilang buat
beli lego dan mengajak adiknya untuk melakukan hal yang sama.
Minggu lalu tabungan di pecah dan
jadilah kami membelikannya lego. Dan ternyata eh ternyata bukan
hanya anak-anak yang keasikan main lego, emak bapaknya juga. Saya jadi tidak heran ada orang yang koleksi mainan lego karena memang mengasikkan. Jadi pengen beli
seri ini itu hahaha. Tapi tetap ya harus konsisten, menabung dulu.
Anak2ku nggak ada yg pernah trantum. Mungkin karena cewe ya? Tapi bener itu jangan dipukul, kasihan. Alhamdulillah bisa disalurkan dg baik, mau nabung. Mamahnya pinter sih, mau byk membaca cari tahu solusinya.
BalasHapusAnak saya juga suka tantrum kalau menginginkan sesuatu. Bahkan pernah sampai mimisan. Tapi sekarang seiring dengan usianya yang hampir 6 tahun, sudah rada jarang tantrumnya.
BalasHapusAnakku yg suka tantrum cuma Maira. Tapi ya dibiarin aja, sampe capek :))) Sekarang sih dia udah mulai berkurang tantrumnya. Kalo ada maunya dan gak kesampaian sampe tantrum pun gak selama dulu2 krn mungkin udah tau kalo bakal dicuekin.
BalasHapusDek Paksi juga suka tantrum mak. apalagi dulu smp 2 tahun suka BHS, breath holding spell kalo tantrun langsung kayak orang kejang dan lalu lemes gitu. Sekarang sdh ga BHS tp klo maunya gak diturutin suka tantrum. pelan2 sih dikasih tahu. lumayan berkurang walopun masih suka gitu. Kekeuhan pisan anaknya. apalgi klo di depan umum, asa suka sengaja gt cari perhatian akali yaa aduuh suka ga enak sendiri. Dia kan tiap pagi masih marah klo sy kerja makanya klo lg jalan sm saya suka bgitu tuh klo gak diturutin
BalasHapuseh ternyata aku blom follow blogmu yg ini mba...aku follow yaks
BalasHapusanak-anak saya belum pernah tatrum sampai sekarang. Tapi memang bagusnya begitu, ya. Sellau melihat atau mengolah sesuatu menjaid positif. Seperti tantrum dimana banyak orang menganggapnya sesuatu yang jele. Tapi kalau kita bisa melihat sisi postif, kemudian mengolahnya hasilnya juga jadi positif :)
BalasHapusTantrum apaan Mbak? Hehehe
BalasHapusAku pernah lihat juga anak kecil tantrum di pusat perbelanjaan. Kasihan, sih, lihatnya. Tapi, pasti ada hikmahnya, ya.
BalasHapustapi kalo ga sabar2 bgt ortunya yg panik ya Rin, aku pernah liat mamanya jadi ikutan nangis gitu anaknya tantrum di mal..
BalasHapus