Tips Memetakan Bakat
dan Minat Anak
Bakat - Minat Anak
Hasil Psikotes VS Hasil Observasi Orangtua
Bakat dan minat si sulung hasil psikotes di
sekolah tidak jauh berbeda dengan hasil pengamatan saya dan bapaknya. Jadi ingat,
kalimat yang pernah dilontarkan seorang psikolog anak,
”Yang paling mengenal anak itu sebenarnya,
orang tuanya. Hanya saja orang tua kadang tidak jeli mengamati atau tidak siap
menerima saat anak berkembang tidak sesuai harapannya.”
Sejak membaca buku Rahasia Ayah Edi Memetakan Potensi Unggul Anak, enam tahun lalu, saya mulai mencatat
kecenderungan bakat dan minat anak –
anak. Sebelumnya hanya menstimulasi macam – macam kecerdasan majemuk versi
Joestin Gardner tanpa dievaluasi serius.
Boleh baca Resensi buku Rahasia Ayah Edi Memetakan Potensi Unggul Anak
Baca juga Resensi buku Tujuh Kebiasaan Anak Bahagia
Hasil pengamatan biasanya saya diskusikan
dengan suami, saya cocokan juga dengan hasil pengamatan dia. Walaupun suami
lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, dia cukup jeli juga melihat anak –
anak, tipe family man hahaha. Setelah diskusi biasanya kami (saya dan suami)
menyamakan persepsi, mau lanjut apa nih untuk stimulasi yang lebih mengarah
pada bakat dan minat anak – anak.
Di post blog ini saya akan berbagi tips
memetakan bakat dan minat anak berdasarkan pengalaman.
Kapan mulai mengamati
Cetak biru anak – anak
Rekomendasi buku dan majalah
Bakat dan minat mulai terlihat di usia 10 tahun
Setiap anak dianugrahi lebih dari satu minat
dan bakat
Langkah mengamati bakat dan minat anak
Stimulasi yang mengarah pada bakat dan minatnya
Bakat vs minat
Jika minat tidak sesuai bakat
Kapan mulai mengamati
Kapan sebaiknya mulai mengamati bakat dan minat
anak? Menurut mengalaman kami sih sebaiknya sedini mungkin terlebih bakat adalah bawaan atau fitrah jadi sudah ada
dalam diri anak sejak lahir. Tinggal kita sebagai orang tua mengeluarkannya,
agar terlihat, caranya dengan menstimulasi.
Tips Mengamati dan Mengarahkan Bakat Anak
Dibacakan buku, mendorong anak bergerak aktif, memberi kesempatan dan dorongan bersosialisasi dengan teman – temannya, mengajak berjalan – jalan, mengamati dan mendiskusikan fenomena alam, memberi anak kesempatan mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.
Dibacakan buku, mendorong anak bergerak aktif, memberi kesempatan dan dorongan bersosialisasi dengan teman – temannya, mengajak berjalan – jalan, mengamati dan mendiskusikan fenomena alam, memberi anak kesempatan mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.
Ketertarikan si sulung pada kinestetik terlihat jelas sejak usia 4 tahun saat dia mau bisa berenang, bukan main air. Kami leskan berenang usia 4 tahun dan bisa mengikuti . Usia sekolah dasar pilihan ekskulnya berubah – rubah tapi cenderung pada yang membutuhkan gerakan; Tapak Suci (silat), nari, bulu tangkis, drama. Yang bertahan hingga saat ini Tapak Suci, hingga ikut beberapakali kompetisi.
Dari sini terlihat kecenderungan si anak
kinestetik di bidang oahraga mulai
mengerucut dan fokus pada satu minat.
Cetak Biru Anak – anak
Sebelumnya saya sependapat dengan istilah; anak
adalah kertas kosong, jadi orang tualah yang memberi warna/membentuk. Tapi dari
pengalaman membesarkan kedua si kecil saya dan flash back pada pengalaman masa
kecil saya dan keempat adik, saya berkesimpulan, setiap anak sudah memiliki
cetak biru. Itu sebabnya stimulasi sama, pola asuh sama, lingkungan keluarga
sama, hasilnya beda.
Kedua si kecil saya sejak bayi sampai saat ini (dibacakan buku secara rutin, didorong membaca
buku, rutin membelikan buku baru) walaupun pada masa mereka balita sudah trend
game edukasi via tablet, saya keukeuh
mengajari anak dengan buku. Dari mengenalkan warna, bentuk dsb. Seiring waktu
terlihat keduanya memiliki minat pada buku dengan cara berbeda. Si Kaka baca
buku kalau butuh dan ingin tahu, kalau diminta baca buku ga suka/menolak. Si
Adik kalau kita minta dia baca buku semangat seperti diingatkan. Dan punya
inisiatif baca buku lebih besar dibanding Kakanya.
Boleh baca Resensi Buku Saat Aku besar nanti
Beberapa buku rekomendasi untuk mengamati dan menstimulasi bakat dan minat anak
Ini beberapa buku dan majalah yang saya baca –
baca untuk memetakan bakat dan minat anak – anak. Saya rajin baca buku
pengasuhan saat anak – anak masih di bawah usia 5 tahun, sekarang sudah jarang
hehehe. Sebagian buku sudah saya
lungsurkan pada adik – adik ipar.
Bakat dan minat mulai terlihat jelas usia 10 tahun
Dengan stimulasi sedini mungkin, bakat dan
minat anak akan terlihat dan mengerucut pada beberapa bidang saat anak usia 10
tahun. Pada usia ini juga anak mulai tawar – menawar dengan beragam kegiatan
(stimulasi) yang ditawarkan orangtua. Dari sana akan terlihat kecenderungan
bakat dan minatnya. Contohnya saat memilih ekskul di sekolah atau pilihan
kegiatan di rumah.
Misal si sulung saya kalau rumah bisa enjoy
menggambar atau bebikinan (minta ngejahit, bikin kue, bikin kreasi), kalau adik
baca buku, ngulik lego, main mobil –
mobil sambil mengkhayal. Terlihat ya kalau si sulung itu orang kinestetik,
sedangkan adik tipe pemikir.
Jika bakat dan minatnya sudah terlihat, stimulasi
bisa difokuskan sesuai minat dan bakatnya. Perlu modal, pasti hehehe. Misal
untuk si anak yang suka menggambar support
ga cukup dengan pensil, krayon dan skectbook, mulai dikenalkan dengan kuas, cat
air, macam – macam kertas gambar, sesekali ikut workshop atau kursus, membuka
wawasannya tentang gambar dengan mengajak ke galeri atau toko art.
Untuk anak yang tertarik dengan alam (cerdas
alam), tambah koleksi buku dengan buku – buku science, percobaan sederhana
(cari di buku) dan jalan – jalan ke alam bebas. Dst.
Setiap anak dianugrahi lebih dari satu minat dan bakat
Setiap anak dianugrahi lebih dari satu minat
dan bakat, jadi jangan heran kalau si kecil misal cerdas matematika juga cerdas
interpersonalnya (percaya diri dan pandai bergaul). Suka menggambar juga suka
berenang.
Langkah mengamati
bakat dan minat anak
Stimulasi
Stimulasi
semua jenis kecerdasan anak sejak dini. Saya melakukannya dengan berpedoman
pada kecerdasan majemuk
Tapi tak
lupa, menyertakan stimulasi kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional.
Untuk kecerdasan spiritual saya menekannya pada aqidah terlebih dahulu. Kedua
kecerdasan ini penting banget, apalah artinya anak cerdas kalau emosinya tidak
bisa terkendali. Apalah artinya anak cerdas kalau tidak paham agamanya,
mengutif quotenya Einsten;
Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh
Boleh baca
Menanam Aqidah pada Anak Sejak Dini.
Mencatat
Amati
respon dan perkembangan anak. Saya membuat list bakat dan minat anak – anak.
Awalnya akan banyak, kesannya banyak banget minat dan bakatnya, tapi seiring
usia akan mengerucut. Ada yang bertahan, ada yang gugur karena bosan.
Jika anak
sangat berminat pada sesuatu biasanya dia keukeuh
mau bisa, mau mengerjakan walaupun banyak tantangan, walaupun capek.
Jika anak
memiliki bakat pada hal tertentu, anak akan mudah menyerap, mudah mengikuti
instruksi. Misal si anak dengan bakat kinestetik, memiliki tubuh yang luwes
untuk diajari gerakan apapun, dia bisa dan mudah mengikuti.
Si anak
dengan bakat matematikan, mudah memahami logika matematika, biasanya terlihat
saat sekolah dasar, di beri soal cerita matematika dia mudah paham.
Stimulasi yang mengarah pada bakat dan minatnya
Jika bakat
dan minat anak sudah mengerucut, stimulasi difokuskan pada bakat dan minatnya.
Misal si anak suka menulis cerita khayalan, perbanyak koleksi buku anak, agar
anak banayk membaca, banyak referensi cara menulis dan menuturkan cerita.
Mencarikan mentor, ikut les atau workshop
Jika anak
terlihat serius dengan minat dan bakatnya, sebaiknya diberi kesempatan
mengikuti workshop sesuai yang dia minati. Selain dapat mengasah skillnya juga
menambah teman baru satu minat.
Ikutsertakan dalam kompetisi
Mengikutsertakan
dalam kompetisi untuk melatih rasa percaya diri anak dan pendorong untuk
berkarya lebih baik. Dengan ikut kompetisi anak akan melihat hasil karya teman
sebayanya yang lebih baik, sehingga dia merasa perlu belajar lagi.
Minat VS Bakat
Minat dan bakat adalah hal berbeda. Minat,
adalah kesukaan, keinginan atau hobi. Sedangkan bakat, kemampuan yang dia
miliki. Jika anak memiliki bakat tertentu, misal bakat di bidang musik, si anak
akan mudah diajari main musik, mudah mengenal nada, mudah menghapal nada, betah
lama – lama bermusik, ga bosen.
Jika sekedar anak sekedar minat terhadap musik,
saat dia belajar musik, daya tangkapnya tidak akan secepat dan sebrilian anak
yang memiliki bakat musik. Misal, jika si anak bakat musik bisa sehari hapal
not balok satu lagu, anak yang sekedar minat (ga berbakat di musik), butuh
waktu lebih lama.
Paling baik itu memang bakat dan minat sama.
Tapi sayangnya tidak semua seperti itu…dan itulah tantangannya untuk orangtua
dan anak sendiri.
Jika bakat dan minat anak berbeda
Menurut saya sih jangan padamkan impian dan
cita – cita anak hanya karena minatnya (cita - cita) tidak sama dengan bakatnya . Ucapan seperti ini sebaiknya jangan diucapkan,”Jangan jadi A,
ga bakat, nanti susah.” Atau,”Kaka ga cocok jadi A, bakatnya B.”
Kalau anak benar – benar minat kenapa tidak
disupport karena dengan kesungguhan apapun mungkin terjadi. Tidak hasil yang mengkhianati usaha. Tapi jangan lupa barengi doa, insyallah dengan doa dimudahkan Allah swt.
Dengan pengamatan dan stimulasi tepat insyaallah
data pengamatan orangtua lebih akurat dari hasil tes psikotest. Dengan catatan
siap menerima jika bakat dan minatnya tidak sesuai keinginan/harapan orang tua. Misal, ingin si
kecil kelak jadi dokter, tapi dia pengen jadi youtuber, bakatnya sudah jelas
terlihat, luwes dan bisa improvisasi depan kamera, idenya kreatif (untuk ukuran
anak), ga suka baca buku dan hapalan (secara dokternya katanya banyak hapalan
juga ya biar ga salah diagnose hehehe). So, let it flow…
Usia untuk ikut psikotes mengetahui minat dan bakat gini bisa dimulai sejak umur berapa ya? Pengen coba ajak anakku buat tes minat dan bakat nih. Biar ortunya juga bisa paham potensi apa yang bisa dimaksimalin nantinya kan
BalasHapusSudah lama banget gak main ke sini. Rasanya sudah Bertahun2 hehe.
BalasHapusMbak Rina masih menulis topik parenting yet. Semoga anak² senantiasa jadi permata hati di bawah pengawasan orang tua yang sangat paham minat dan bakat mereka mau dibawa ke mana.
Susah susah gampiiill ya untuk menemukan, mengasah dan melejitkan potensi anak.
BalasHapusMakasiii sharing-nya Mak.
Semangaaatt semangaaaatt!
Aku pernah ikutan workshop parenting tentang minat dan bakat anak, semenjak itu aku selalu mengikutkan anakku semua kegiatan. Nanti dari sini akan terlihat, tapi memang pada akhirnya aku jadi sedikit tau apa yang diinginkan anakku.
BalasHapusAnak saya baru berusia 3 tahun dan 10 bulan, kalo yang gede sukanya manjat, dan lari, masak iya bakal dia itu Mbak? Hahahah. Jadi bagi kami masih PR nih bakat dan minat anak saya tu di apa.
BalasHapusSeharusnya memang orang tuanya yang paham dengan bakat anak yaaa. TApi jaman sekarang kadang yang lebih tau assisten yang mengasuhnya, ortunya bekerja dan hanya memasukan anak2nya keles ini itu.
BalasHapusSemoga kita adalah ortu yang paham banget dengan anak ya Maaak. Aaamin.
terus terang aku sih percaya padamu Rin, anak anakmu itu loh cerdas kreatif dan santun!
BalasHapusSetuju banget dengan pernyataan miat dan bakant itu harus ditemukan sedini mungkin. Plus stimulasinya yang penting supaya tumbuh kembang anak dapat optimal :)
BalasHapusBenar banget si mbak, seharusnya orang tua yang paling mengenal minat dan bakal anak. Tapi, kayak saya sendiri yang ilmu tentang tumbuh kembang anak tidak menguasai ya jadinya gagal juga. Mau ke psikolog juga biayanya aduhai. Jalan terakhir paling selalu belajar jd orang tua yang lebih sabar dan pengertian gitu ��
BalasHapusKakakku yg psikolog juga bilang hal senada mba. Orang tualah yang paling tau dimana minat dan bakat anak. Krn orang tua yg membersamai anak semenjak lahir. Cuma kitanya aja kadang suka ngga peka atau malas menstimulasi ya.
BalasHapusSetuju mbak, bisa diamati ya bakat dan minat anak, kalau nailah suka berenang, menulis dan bahasa Inggris, kalau alde musik, sepak bola, sedang diarahkan nih Alde untuk ikut les musik semoga Istiqomah hehe
BalasHapusPenting banget memang mengenali minat dan bakat anak sejak dini agar kemampuannya bisa bekembang secara maksimal. Btw tips nya berguna banget mbak untuk aku dan juga kakakku yang beru memilki anak :)
BalasHapusSekarang tuh aku dan suami sudah pasrah anak seperti bagaimana yang penting yang dia senangi dan sesuai bakatnya. Kalau kita paksakan sesuai keinginan kita malah runyam, ya kan.
BalasHapusMajalah Ayah Bunda dan Parents, jadi andalanku dulu membimbing anak-anak. Karena dulu belum ada sosial media ya jadi bisanya ya dengerin saran orang yan udah pengalmaan, atau majalah parenting.
BalasHapusMEmbimbing bakat anak memang kudu dilihat dari balita, meski kadang bisa berubah juga sesuai usianya
terimakasih sharing nya, mba...bermanfaat banget nih buat saya yang punya anak usia delapan tahun :)
BalasHapusIya bener, walau perlakuan sama, ternyata hasil setiap anak berbeda. Anak pertama dan kedua saya selisih usinya 1 tahun, saya bacain buku sama-sama, main apapun pasti juga sama-sama. Tapi si sulung lebih suka membaca di bansing adiknya
BalasHapusUsia 10 tahun anak udah keliatan bakatnya ya..., Bener juga sih..kalo dibawah tujuh tahun biasanya masih terobsesi sama mainan..kalo anak cewe pengen jadi barbie yg cowo jadi Spiderman..hehehe
BalasHapusSetuju, mbak. Yang paling mengenal anak itu sebenarnya, orang tuanya. Sebagai orang tua kita harus jeli mengamati atau tidak siap menerima saat anak berkembang tidak sesuai harapannya.”
BalasHapuskeren deh. sekecil itu udah pengen renang, gak sekedar main air. senangnya... ah bakat anak kudu kita pahami sedari dini ya
BalasHapusAnakku keduanya sama-sama memiliki hobi yang sama, menggambar.
BalasHapusHanya si kaka lebih senang menggambar dengan detil sedangkan adiknya menggambar yang lebih universal.
Kadang mikir, ini spesifikasinya lagi kemana yaa...?
Saya suka dengan istilah cetak biru. Iya juga ya, karakter anak tetap beda2 walau diasuh dan diberikan stimulasi yang sama. Ma kasih ilmunya, Mba.
BalasHapusdan mngarahkan bakat anak penting banget juga hehe
BalasHapus