Berkali-kali mewawancara dokter
untuk keperluan artikel kesehatan atau parenting, baru pertama kalinya saya
mengalami kejadian diusir satpam, itu terjadi sekitar seminggu lalu.
Dengan wajah (sok) tegas dan
galak, pak satpam keukeuh meminta saya menunggu dokter di kantin atau lobi, walaupun sudah dijelaskan, saya kemari dengan prosedur resmi. Alasan lain keberatan tunggu di kantin atau lobi karena saya tidak tahu dokternya yang mana dan tak punya nomor kontaknya karena dari
pihak marketing RS hanya di tunjukan nama dokter dan jam praktiknya. Jadi kalau
tidak menunggu di depan ruang praktiknya (seperti pasien) khawatir dokternya
lupa. Padahal DL tulisan tinggal tiga hari.
Esmosi jelas tapi sebelum perdebatan ini menjadi bahan
tontonan (beberapa pasien sudah menatap dengan rasa ingin tahu) saya menuruti satpam dengan langkah dongkol.
Jumat lalu si sulung
menerima nilai evaluasi bayangan, evaluasi belajar selama 3 bulan terhitung
sejak bulan desember (semester 1), selain berupa angka, juga cerita mengenai
perilaku anak selama di sekolah.
Bincang-bincang
sebentar mengenai kemampuan kognitif di lanjutkan dengan laporan perilaku si
sulung selama di sekolah. Ehm, beberapa perilakunya menjadi peer penting untuk
saya.
Mengobrol
di sela menulis/mengerjakan soal
Suka ngobrol itu gak
selamanya negatif lho. Orang yang senang mengobrol biasanya supel, cerdas
intrapersonal dan bisa bernegosiasi
Yang harus saya lakukan
adalah mengarahkan agar kesukaan
ngobrolnya si sulung menjadi hal positif dan tahu kapan saatnya ngobrol saatnya
diam.
Beberapa waktu lalu saya
mengikuti sebuah workshop blogger dengan salah satu pembicara manager sebuah
perusahaan kosmetik (asal Singapura) yang memilih seorang model sekaligus
blogger sebagai salah satu ambasadornya. Kenapa pilihannya blogger? Menurutnya
menggunakan jasa blogger sebagai marketing lebih efektif baik secara budget
maupun kemampuan mempengaruhi konsumen dan calon konsumen. Market ready to revolution from vertikal to horizontal. Artinya
pasar berubah dari cara mempengaruhi secara vertikal (dari produsen ke
konsumen) menjadi horizontal (dari konsumen ke konsumen). And blog become a trend in digital marketing cycles. Begitu menurut
pemaparannya. Dan itu sudah terbukti, banyak brand-brand besar melirik blogger
untuk mereview, memperkenalkan produknya atau menjadikan blogger influencer untuk suatu event.
Setiap kali melihat rumah super
berantakan yang terjadi hampir tiap hari saya selalu teringat pesan Ibu,”Harus
di maklum, anak kecil memang seperti itu. Sabar, ada waktunya rumah bisa rapih.”
Saya juga teringat sebuah artikel parenting yang pernah saya baca, tandanya
anak aktif ya tidak bisa diam duduk manis. Pasti ada hal kreatif yang dia
lakukan, walaupun untuk itu bukan hanya mainan ‘property’ mama pun jadi
korbannya. Ehm, saya jadi teringat ketika Azka dengan sembunyi-sembunyi memakai
cangkir untuk main piknik-piknik dengan teman-temannya yang tak lain anak
tetangga depan rumah. Kaget, karena khawatir pecah, tapi membubarkan acara
piknik-piknikan yang nampaknya seru hanya karena cangkir takut pecah rasanya
tidak adil jadilah saya meminta Azka untuk hati-hati menggunakannya dan
menasehati agar lain kali jangan menggunakan cangkir lagi untuk main tapi gelas
plastik, dengan alasan cangkir dari
bahan gelas jika pecah bisa berbahaya kalau
mengenai bagian tubuhnya.
Walaupun hampir terjadi tiap hari, tetap saja kadang merasa kepala
berdenyut-denyut setiap kali melihat balok - balok kayu, mobil-mobilan, boneka berserakan
di ruang keluarga, sementara di teras si
kakak asik main masak-masak dengan memetik daun dan bunga. Atau menjadikan rak
handuk tenda – tenda an. Bingung, dari mana mulai membereskannya, karena kalau
mereka di suruh membereskan sendiri tanpa bantuan saya malah jadi lebih
berantakan.
Kadang-kadang saya membiarkan keadaan
rumah berantakan sampai menjelang tidur malam. Jadi saat mereka makan dan tidur
siang saya tidak meminta mereka membereskan tapi membiarkannya tetap dalam
kondisi berantakan. Karena toh saat mereka bangun sore mereka melakukan hal
yang sama. Kebiasaan yang tak patut di tiru J
Suatu hari saya, selesai dengan urusan dapur (memasak dsb) saya menghampiri Khalifah yang tengah asik bermain dengan balok-balok kayunya. "Liat Ma, jalan tol dan kantor Abi, bagus gak?”
Imajinasi si Kecil
Seingat saya ini pertama kalinya
ia menyusun balok-balok kayu dengan bentuk yang jelas. Sebelumnya selalu minta
di buatkan saya, Abi atau kakaknya. Minta di buatkan ‘kantor Abi’, istilah
Khalifah untuk membuat susunan balok vertikal atau minta di buatkan ‘jalan tol’.
Saya mengapresiasinya dengan memberi pelukan dan berbisik bahwa dia pintar sudah bisa membuatnya sendiri. Khalifah tersenyum bangga lalu membalas pelukan saya.
Saya segera mengabadikan
#Momazing ini dengan memfoto hasil karyanya, selain untuk di tunjukkan pada
Abinya nanti, juga sebagai kenang-kenangan yang biasanya saya tulis di Blog dengan
harapan kelak dia bisa membacanya.
Saya yakin setiap mama pasti mempunyai
banyak #Momazing bersama si kecil. Momen berharga dari perjalanan tumbuh
kembangnya. Kejutan yang membuat tertawa terpingkal-pinggal, gemas, kagum atau menitikkan
air mata karena haru.
Yuk tulis dan ikutkan dalam
#Momazing Campaign yang diadakan Scott’s Indonesia, untuk keterangan lebih
lengkap bisa di lihat fan page Scott’s Indonesia di sini dan dapatkan total 40 juta untuk 20 cerita terbaik dan 1 cerita favorit.
You will never have this day with your children again, tomorrow, they’ll
be a little older than they were today. This day is a gift, breathe dan notice,
smell and touch them; study their face and little feet and pay attention.
Relish the charm of the present.
Enjoy to day, Mama. It will be over before you know it – by Jen
Hatmaker
Ada banyak cara kecil untuk meluaskan dunia anak-anak. Cinta buku adalah
yang terbaik dari segalanya.—Jacqueline Kennedy
Buku, bagi seorang anak yang membaca, lebih dari sekadar buku. Tetapi, ia
merupakan impian sekaligus pengetahuan dan masa depan sekaligus masa silam.-Esther Meynell
Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari
dirinya.—Ali bin Abi Thalib
Rasanya tak mungkin ya membelikan anak – khususnya anak di bawah usia 6
tahun – utuh tanpa sobekan, lipatan, lepas lembarannya (kalau istilah sunda mah
murudul), coretan dst.
Tapi jangan lantas kapok membelikan anak buku donk ya. Apalagi buku sale
atau diskonan beli sebanyak kemampuan dompet daripada udah sampai rumah nyesel
hehehe.
Berikut adalah beberapa tips merawat buku anak berdasarkan pengalaman
memberikan kedua si kecil saya buku sejak masih bayi dan karena keuangan
terbatas tidak semua buku yang saya belikan saat usia mereka batita buku dengan
kertas tebal. Beberapa buku Azka waktu bayi robek hingga tak bisa diperbaiki.
Beberapa buku sobek si sana-sini tapi dengan bantuan solatif dan hekter bisa di
turunkan pada adiknya.
1.Melibatkan anak
merawat bukunya sendiri. Nasehat praktis seperti tidak menulisi buku selain
nama, menyimpan di tempatnya setelah digunakan, tidak melempar dan menyobeknya
tidak akan cukup sekali. Perlu di ulang berkali-kali. Karena rasa ingin tahu
dan insting explorenya anak- anak suka ingin melakukan hal yang di larang.
2.Beri sampul
plastik. Segera setelah di beli sebaiknya di beri sampul plastik agar buku tak mudah
lecek dan tidak mudah rusak jika kena air.
3.Tempatkan di rak khusus
yang mudah di jangkau. Selain untuk memudahkan anak-anak mencari buku
sebaiknya buku anak-anak di pisahkan dari buku dewasa (buku kita), juga
memudahkan kita sebagai orangtua mengecek kerusakan setiap buku anak.
4.Cek secara berkala atau
setelah mereka membaca/dibacakan. Setelah anak-anak membaca buku/ atau
sekedar membolak-balikkan sebaiknya cek isi buku. jika ada coretan, nasehati
jika menulis/mencorat-coret sebaiknya di buku tulis. Alasannya agar kondisi
buku tetap baik sehingga jika sudah tidak mereka pakai bisa di berikan pada
kerabat atau anak lain yang tidak mampu membeli buku.
5.Perbaiki sobekan dengan
solatif. Jika buku sudah terlanjur sobek segera rekatkan dengan solatif.
6.Jika lembaran buku
lepas, segera perbaiki dengan menjilid ulang atau di hekter di tukang foto
copyan (di tukang foto copyan biasanya ada hekter besar)
7.Jika buku terkena
tumpahan makanan/minuman segera bersihkan dengan tisu lalu angin-anginkan
untuk mengeringkannya