Partisipasi Aktif Kita untuk Indonesia Bebas TB

Ini ada tulisan ketujuh mengenai TB, tulisan-tulisan sebelumnya bisa di baca di katagori dengan sub serba-serbi Tuberkulosis .  Tema yang diangkat kali ini mengenai  peran masyarakat dalam pengendalian TB.  

Penyakit TB bukan hanya persoalan kesehatan, juga terkait persoalan sosial karena memberi dampak pada lingkungan sekitarnya yaitu bisa menularkan.  Terkait juga persoalan ekonomi, karena ada biaya yang dikeluarkan oleh penderita atau negara – jika obat gratis. Sedangkan pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan dan petugas kesehatan memiliki keterbatasan. Karena itu untuk menanggulangi TB haruslah di dukung masyarakat secara aktif.

Besar kecilnya penyebaran penyakit menular terkait dengan perilaku dan pola hidup di masyarakat diantaranya kebersihan dan pola makan. TB akan mudah tertular pada orang yang tinggal di lingkungan kurang bersih dan pada seseorang dengan daya tahan tubuh lemah. Daya tahan lemah umumnya terkait dengan pola makan. Konsumsi makanan sehat lengkap dengan sayur dan buah akan membuat daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit kuat.

Karena terkait dengan perilaku dan pola hidup masyarakat maka penanggulangan penyakit menular haruslah melibatkan masyarakat secara langsung.  

Mengingat fakta bahwa  sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses atau dilaporkan. Ada juga yang terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa ditegakkan sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten obat sehingga sulit untuk diobati. Maka agar hal ini tidak terjadi, peran masyarakat untuk turut serta menanggulangi TB menjadi keharusan.



Penyebaran TB
Penyebaran penyakit TB sangat luas, tidak hanya di desa-desa yang identik dengan kemiskinan dan pola hidup tidak sehat, juga di kota-kota seluruh Indonesia yang notabene, sudah tahu dan sadar pentingnya pola hidup sehat. Diperkotaan TB merupakan penyebab kematian nomor 4 setelah stroke, diabetes dan hipertensi.


Partisipasi aktif untuk pengendalikan TB 

Beberapa bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam mengendalikan TB diantaranya; 

1.Berbagi pengetahuan tentang TB
Hampir semua masyarakat Indonesia tahu apa itu penyakit TB, tapi sedikit sekali yang paham bagaimana TB ditularkan, bahwa TB bisa disembuhkan secara total dan obat TB tersedia gratis.

Banyak pemahaman yang salah mengenai TB di masyarakat.  Sehingga masih ada beberapa penderita TB yang dikucilkan dan merasa dirinya tidak dapat sembuh. Tugas saya sebagai bagian dari masyarakat yang menjadi lebih tahu mengenai TB setelah mengikuti kompetisi ini adalah membagi pengetahuan saya mengenai TB. Dan sudah mulai di lakukan pada saudara, kerabat, teman dan tetangga.

2. Temukan dan Sembuhkan TB
Kenyataan yang sering tidak kita sadari ketika bicara mengenai TB adalah fakta bahwa anak-anak rentan tertulari TB.  Dan banyak TB yang menulari anak-anak tidak menunjukkan gejala TB yang selama ini di ketahuinya seperti batuk selama dua minggu, demam atau berkeringat di malam hari. Seperti yang dialami salah satu kerabat saya.

Selama ini si ibu hanya mengeluhkan anaknya sulit makan, sampai kehilangan berat badan 3 kg. Berbagai cara sudah dilakukan si ibu akan anaknya mau makan tapi tidak cukup berhasil. Si anak makan hanya sekedarnya, bahkan susu pun mulai berkurang. Suatu hari si anak, terkena deman batuk dan pilek. Lalu si ibu membawanya ke dokter.  karena berat badan anak yang tidak normal alias terlalu kurus untuk ukuran anak seusianya, Dokter merekomendasikan untuk tes rontgen dan tes darah. Hasilnya di duga TB. Untuk meyakinkan Dokter melakukan tes Madox, dan hasilnya positif TB.

Hasil diagnosa ini sedikit membuat si Ibu keheranan, dari manakah sumber penularannya? Padahal lingkungan rumah bersih dengan jendela besar-besar sehingga sirkulasi udara dan sinar matahari baik.  Lingkungan sekitar rumah juga bersih dan seingatnya tidak ada anak tetangga suka batuk kalau pun ada anaknya  jarang berinterksi intens dengan anak-anak tetangga. Maklumlah tinggal di sebuah perumahan kelas menengah yang dimana anak-anak orangtua lebih suka ‘mengurung’ anaknay di rumah.

Namun penjelasan Dokter mengenai penularannya membuat si Ibu mengerti dengan banyak kemungkinan dari mana anaknya tertulari. Mungkin saat di mall, rumah sakit atau tempat publik lainnya, ada penderita TB bersin dan si kecil menghirup, atau air liurnya mengenai kursi, pegangan ekskalator yang kemudian secara tidak sengaja di pegang si anak, lalu si anak memasukkan tangannya ke mulut saat hendak makan sesuatu (tanpa cuci tangan) dan kondisi tubuh anak sedang lemah, jadilah kuman masuk dan bersarang.

Kejadian ini membuat saya lebih jeli untuk menemukan penderita TB di sekitar, menjaga dan menumbuhkan kebiasaan kesehatan pada anak-anak salah satu mencuci tangan.

3. Menjadi PMO
Keberadaan PMO atau pengawas minum obat penting karena penyembuhan TB yang cukup lama yaitu minimal 6 bulan, bisanya membuat penderita bosan, lupa atau merasa sudah sembuh (padahal belum 6 bulan). Di sinilah tugas PMO selain untuk memastikan penderita TB minum obat juga mengedukasi penderita mengenai bahaya TB jika tidak disembuhkan bukan hanya untuk dirinya tapi lingkungan sekitar.


4. Menjadi tenaga suka rela resmi melalui organisasi sosial baik di gagas pemerintah atau pun non pemerintah atau membentuk organisasi sendiri dengan masyarakat sekitar (komunitas).

Bergabung dengan organisasi atau komunitas tertentu yang kegiatannya konsen pada TB akan membuat proses sosialisasi TB lebih terarah baik kegiatan maupun sasarannya. seperti misalnya; mengadakan pelatihan untuk kader TB di setiap kecamatan, penyuluhan secara luas mengenai TB memalui kelompok yang ada di masyarakat seperti PKK, ibu-ibu pengajian dan arisan. Penyuluhan pada pasien TB secara langsung dengan melakukan kunjungan ke rumah dan kampanye melalui penyebaran pamplet.



referensi tulisan
www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id
www.kompasiana.com
www.pppl.kemkes.go.id

Wordless Wednesday : Sisterhood

Dua kucing betina yang selalu duduk manis di kursi teras rumah kami. 



Enjoy Bandung

Liburan telah tiba, Sabtu tanggal 14 Juni lalu Azka menerima raport dari sekolah taman kanak-kanak. Yap, tahun ini Azka masuk sekolah dasar. Persiapan masuk sekolah dasar sudah 90% rampung. Tinggal menunggu waktu masuk sekolahnya yaitu tanggal 14 Juli mendatang. Jadi  waktu berlibur Azka satu bulan!

Sebelum liburan tiba, Azka sudah merengek minta ke Bandung, rumah neneknya.  Di sana Azka memiliki sepupu dan kerabat  yang umurnya hampir sebaya sehingga membuatnya kerasan tinggal di sana. Tak heran Azka selalu ingin ke Bandung, Mama dan Abinya sudah barang tentu. Nggak nahan pengen belanja murah di pasar baru dan pasar pagi gasibu heheh

Karena Abinya (panggilan anak-anak untuk papanya) hanya bisa cuti maksimal dua hari, jadi kami di Bandung biasanya hanya 4 hari, termasuk sabtu minggu. Walaupun ke Bandung tak sampai seminggu saya biasanya membawa trolley yang memuat baju ganti selama rencana berlibur, pamper, handuk dan alat mandi seperti sikat gigi, pasta gigi, sabun dan shampo. Sedangkan tas ukuran sedang yang disimpan di dalam mobil berisi baju ganti, popok (karena Khalif masih menggunakannya untuk perjalanan jauh), tisu basah dan kering. Kantung plastik untuk sampah dan baju kotor dan stock cemilan dan makanan .

Tas khusus makanan memuat termos air panas, susu dan botol air minum. Walaupun bisa di beli di perjalanan, stok di mobil harus selalu ada karena kadang anak-anak tidak bisa menunggu sebentar jika kehausan.

Siap dengan Kemacetan dan Jalur Alternatif
Kami selalu memilih melakukan perjalanan ke Bandung via tol cipularang, karena bebas mancet. Tapi tetap kadang membuat anak-anak bosan, karena pemandangan yang mononton. Jadi membawa gadget, mainan dan buku adalah harus.

Kemacetan kami rasakan saat kami tiba di Kota Bandungnya terlebih jika akan atau pulang  mengunjungi tempat wisata di daerah Lembang dan sekitarnya. Ke Bandung tak bertandang ke daerah Lembang terasa belum ke Bandung apalagi saat ini makin banyak tempat wisata di sana. Tapi ke Lembang harus siap dengan kemacetan.  Tak jarang karena macet kami di minta melalui jalan alternatif. walaupun lahir dan besar di Bandung, saya 'buta' jalan di daerah ini. Suami apalagi karena dia bukan orang Bandung.

Belajar dari pengalaman itulah kini kami  melengkapi kendaraan dengan GPS, suami saya pun mengunduh beberapa aplikasi yang berhubungan dengan peta di smartphonenya seperti lewatmana.com dan google earth.

Kemacetan juga selalu membuat anak-anak rewel, maklumlah anak-anak kami masih kecil, tak cukup dihibur dengan kata,”Sabar ya, Nak.” Selain cemilan, air minum, kami pun selalu membawa gadget, mainan dan buku di mobil kami.

Perlengkapan  selama berlibur ke Bandung yang kami beli  Ace Hardware,  kaca mata berenang untuk Abi yang sebelumnya sudah rusak, safety seatbelt untuk Azka, pewangi untuk mobil, lap untuk mobil dan boncengan sepeda jadi mama bisa bonceng Khalif, sepedanya pinjam sepeda Om atau tante di Bandung. Untuk melihat lebih lengkap peralatan liburan apa yang ada di Ace Hardware bisa dilihat di www.acehardware.co.idhttp://www.acehardware.co.id/

Pilih Tas buat menyimpan Gadget



Enjoy Bandung
Rumah Ibu saya pun strategis, dekat dengan berbagai tempat wisata. Dari wisata kuliner, wisata belanja sampai edukasi.  Kebun Binatang Taman Sari Bandung, museum Geologi, hutan lindung di dago, berenang , wisata naik kuda dan beca mini di taman Lansia Cisangkuy,  water boom Karang Setra, olah raga di sabuga atau menikmati car free day di jalan Dago. Yap, karena rumah ibu saya di Dago. Sangat strategis bukan?

Agar liburan menyenangkan dan nyaman, dengan waktu terbatas, maka saya harus pintar-pintar merencanakan dan menyiapkan yang di bawa untuk berlibur. Baju renang dan perlengkapannya di bawa serta, juga sepeda lipat Azka agar bisa menikmati car free day di jalan dago bersama sepupu, om dan tantenya.


Yang tak boleh ketinggalan tentu saja kamera dan gadget, agar bisa mengabadikan moment indah bersama anak-anak dan keluarga di Bandung. Laptop mama juga jangan lupa di bawa, agar mama tetap bisa ngeblog alias update, menuntaskan projek menulis dan tetap menerima orderan menulis di sela perjalanan saat Azka dan Khalif tidur atau menunggui mereka berenang.

Bersama para sepupu di Kebun Binatang Taman Sari Bandung

Bersiap dengan keadaan tak terduga
Sebelum melakukan perjalanan jangan lupa berdoa untuk keselamatan, begitu selalu pesan Ibu saya setiap kami mengabari kami baru berangkat dari rumah menuju Bandung. walaupun begitu kami menyiapkan no telp darurat seperti jasa mobil derek dari asuransi kendaraan kami dan no tlp darurat lain. Termasuk membawa ban cadangan dan perkakas. Soal itu suami saya lebih paham yang pasti saya lihat kotak perkakasnya ada di bagasi.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Pack Your Things and Go Writing Competition yang diadakan Ace Hardware Indonesia

Kreasi Bunga Pansie dengan Sulam Pita

Beginilah kalau gak rajin BW,  tahu ada hajatan seorang teman blogger pas hari DL. Untunglah saat baca itu di timeline fb, si kecil lagi tidur jadilah langsung bongkar kotak prakarya jepret sana sini lalu nulis.


Saya suka craft sejak kecil. Suka liatin tante saya merajut dan bikin topi, tas taplak meja dan sweater. Tante saya juga jago bikin kristik. 

Saat cuti anak pertama saya mengisinya dengan mengambil kursus sulam pita di Bandung, Kebetulan saya berencana melahirkan di rumah ibu di Bandung. Kursus setiap hari kecuali hari minggu, jadi bisa datang setiap hari karena gurunya standby. Tempat kursusnya di jalan Gandapura Bandung, sampai sekarang masih ada tempat kursusnya. Dulunya tempat kursus itu bernama Terrakota kini menjadi Hobby Craft. Selain sulam pita ada banyak kursus lain termasuk clay dan melukis di kain untuk anak-anak.

Karena waktu saya di Bandung hanya sebulan, saya hampir tiap hari datang. Kursus sulam pita di bagi 2 grade, pemula dan mahir, saya ambil dua-duanya. Biaya kursusnya lumayan juga tapi sebanding dengan rasa suka cita saya. Senengnya bisa bikin bunga-bunga cantik warna warni dari pita.

Selesai kursus, kembali ke dunia kerja, sibuk nulis dan ngeblog tak ketinggalan kontes blog hehe sesekali menyentuh pita untuk dibikin bunga, biasanya kalau Azka merengek minta diajaran. Istilahnya Azka bikin kreasi. Berharap suatu hari punya waktu luang untuk bisa membuat sesuatu. Entah taplak meja, sarung bantal kursi atau apapun. Eh, setelah kursus saya sempat bikin tamplak meja, motifnya super sederhana.


Ini ada sedikit tutorial praktis dan singkat membuat bunga Pansie.
Bahan pita satin dengan lebar 1.5 cm, panjang 16 cm pola segitiga, 19 cm untuk pola persegi. Jarum sulam pita dan benang warna senada dengan warna pita.


Gambar kotaknya adalah pita sedangkan garis titik-titiknya adalah benang yang dijahitkan. Setelah selesai di jahit, serut yang kuat lalu matikan jahitan. Kemudian pertemukan kedua ujungnya dan jahit. Bunga akan nampak seperti ini.


Bunga ini bisa diaplikasi di kerudung, pakaian, sarung bantal kursi, hiasan dinding atau taplak meja.


 Tutorial bunga lain bisa saya ajarin kalau ada yang mau mampir ke rumah :)



Liebster Award

Ga wajib sih memposting Liebster Award tapi untuk seru-seruan dan ajang silaturahmi why not?

Colekan Mak Rodame diestapetin  Liebster Award di sini http://rodamemn.wordpress.com/2014/06/19/liebster-award-respect-yess/ membuat saya teringat colekan yang sama dari mak Nunung Yuni Anggraenni di sini http://fadevmother.wordpress.com/2014/05/. Jadi colekannya saya gabungkan. Di Liebster Award mak Nunung di minta menuliskan 11 hal tentang saya. Di Liebster Award mak Rodame di minta menjawab 11 pertanyaan yang diberikan.
Aturan Liebster Award ini adalah:
1.    Post award in di blog kamu
2.    Sampaikan terima kasih kepada yang mengenalkan award ini ke kamu dan linkback ke blognya.
3.    Sebutkan 11 hal mengenai kami
4.    Jawab pertanyaan yang diberikan ke kamu
5.    Pilih 11 blogger lainnya dan berikan pertanyaan agar di jawab.           
Ini 11 hal tentang diri saya;

Wordless Wednesday : Root

Akar pohon  tidak selalu tumbuh menghujam dan menjalar di bawah tanah. Akar pohon ini tumbuh di atas tanah dan menjalar ke atas. foto di ambil di Kebun Raya Bogor




Mendadak Jurkam

Ternyata bukan hanya saya yang dibuat bosan, gregetan dan bete dengan status-status para teman yang mendadak jadi jurkam capres di media sosial. Nilai hiburan dari media sosial untuk saya jadi berkurang.  Status atau komentar lucu, yang menghibur tapi  menggena bikin cekikikan sekaligus mikir mulai berkurang. Tapi status atau komentar sekedar gambar lucu yang tak perlu mikir pun saya suka.

Share link  berita gosip seleb yang saya pantau hampir gak ada diganti share link capres. Maklumlah saya gak pernah nonton tv jadi biar update (karena mau tahu) saya biasanya baca gosip seleb dari link yang di share teman di fb.

Kalau saya sebel bukan  karena pilihan atau pendapat si teman  beda sama pilihan (capres) saya lho tapi lebih ke kesan memaksakan dan terlalu memuja-muja si capres.

Di era keterbukaan seperti sekarang, semua orang tahu positif dan negatif kedua capres, jadi kalau ada status atau pendapat ‘maksa’, gini lho capres no 9, gini lho capres no 10, kenapa harus pilih capres no 7, kenapa ga baik pilih capres no 13, please deh....

Kedua pendukung capres sepertinya melupakan satu hal, yaitu kalau kedua capres bertujuan sama, ingin membangun negara ini lebih baik, mandiri secara ekonomi dan politik.

Tapi yang  bikin miris sih baca komentar-komentar pedas jika status teman soal capres tidak sama dengan pemberi komentar. Kasar dan kadang menyeret sara. Ya ampun....(membuat terinspirasi nulis postingan ini)

Dan gara-gara status mendadak jurkam capres, saya kehilangan respek pada beberapa teman yang tadinya saya sukai walaupun gak pernah ketemu dan kenal secara langsung, dan  bukan karena dia tidak sepilihan (capres) dengan saya tapi seringnya up date status, komentar, share link dan segala hal di sambungin sama capres pilihannya jadi bikin mual hehhehe.

Akh suka-suka gua donk, mau nyetatus apa! Betul sekali, karena setiap orang butuh tempat untuk mengekspresikan pendapat dan pikirannya, kalau di tahan malah bisa error lho, makanya saya nulis postingan curhat gak jelas ini hahahha

Yang pasti keep calm dan gak suka nyetatus capres di medsos bukan berarti golput

*sekedar postingan curhat

Dampak Ekonomi dan Kematian Penyakit TB

Tidak seperti tulisan-tulisan mengenai tuberkolusis yang sudah saya posting sebelumnya (bisa dilihat di serba-serbi tubercolusis bagian katagori), yang bersifat klinis maka di tulisan ini akan membahas dampak ekonomi yang ditimbulkan penyakit TB.

Dampak Ekonomi Penyakit TB
Sakit selalu memiliki dampak ekonomi karena untuk sembuh dibutuhkan biaya yaitu biaya untuk perawatan dan obat. Terlebih jika penyakit yang di derita butuh proses panjang untuk bisa sembuh seperti TB yang membutuhkan waktu 6 bulan mengkonsumsi obat. Waktu penyembuhan bisa lebih panjang jika TB yang diidap adalah TB resisten atau TB MDR.

Di Indonesia TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan peringkat 3 dari 10 penyakit pembunuh seperti, stroke, kanker dan diabetes. Menurut data Riskesdas 2007, setiap hari diperkirakan 186 meninggal karena TB

Selama ini, banyak orang  termasuk saya, merasa bahwa dampak ekonomi suatu penyakit hanya dirasakan penderita dan keluarganya namun jika ditelusuri lebih lanjut ternyata bisa memberi dampak lebih besar yaitu pada negara. 

gambar dari sini 

Dampak ekonomi pada penderita dan keluarga
Bagaimana TB memberi dampak ekonomi pada penderitanya, kan OAT tersedia gratis? Benar sekali. Namun perlu diingat TB umumnya menyerang usia produktif (15-55 tahun). Dan saat seseorang terjangkit TB ada banyak kemungkinan yang dilakukan. Penderita pengobatan secara tuntas sehingga sembuh total atau lalai melakukan pengobatan sehingga menderita TB resisten atau TB MDR.

Jika dia seorang karyawan dan menderita TB MDR besar kemungkinan dia resign dari tempat kerja karena pengobatan untuk TB MDR memerlukan penderita datang ke klinik atau rumah sakit secara periodik, kemungkinan kedua dia dikeluarkan dari tempat kerja dengan alasan khawatir menulari karyawan lain atau mencemari produk - jika dia bekerja di perusahaan farmasi atau makanan bagian factory (bukan di office) yang harus higienis. 

Dan faktanya Menurut survey yang dilakukan oleh WHO penderita MDR-TB di dunia cukup besar dan cenderung meningkat. Indonesia sendiri menempati peringkat ke 8 dari 27 negara dengan TB MDR terbanyak di dunia. Diperkirakan penderitanya sekitar 6900. 1,9% adalah TB MDR dari pasien baru dan 12% dari pasien yang sudah mengalami pengobatan.

Jika penderita adalah tulang punggung keluarga, bisa dipastikan ekonomi keluarga akan langsung timpang terlebih jika sampai meninggal. Jika penderita adalah seorang istri dan ibu dari anak-anak, maka ada beban ekonomi dan mental secara tak langsung pada keluarga. Anak-anak kurang terperhatikan dan mungkin menambah biaya karena memerlukan asisten untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang biasanya di lakukan istri.

Jika penderita perlu di rawat akan ada biaya tambahan, yaitu biaya ‘operasional’ keluarga untuk mendampingi selama di rumah sakit dalam hal ini ongkos dan biaya makan. Dan penelitian menunjukkan 75% pasien TB harus mengambil pinjaman atau berhutang untuk biaya pengobatan dan biaya sehari-hari.

Dampak ekonomi pada negara
Pemerintah menggratiskan OAT namun bukan berarti pemerintah mendapatkan OAT secara gratis. Walaupun ada bantuan pendanaan dari organisasi dunia diantaranya dari Global Fund, tapi tidak 100%. Dan selain OAT, pelayanan kesehatan TB gratis termasuk pemeriksaan klinis seperti rontgen, tes mantox dan tes dahak.

gambar dari sini
Dan dana hibah asing bersifat sementara dan akan berkurang seiring majunya perekonomian dalam negara. Dan pada tahun 2016 pemerintah mentargetkan 80% dana untuk pelayanan program tuberkulosis bersumber dari domestik, dengan tiga sumber yaitu meningkatkan pembiayaan pemerintah pusat dan daerah, asuransi dan kontribusi swasta seperti CSR serta penerapan program yang efektif dan efisien. 

Pemerintah  mengambil sebagian dana untuk menggratiskan OAT dan pelayanan kesehatan TB lainnya dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN. Artinya jika penderita TB bertambah otomatis beban pemerintah akan bertambah. Sebaliknya jika penderita TB berkurang, dana untuk pembiayaan TB berkurang sehingga dananya  bisa digunakan untuk perbaikan di bidang pendidikan atau fasilitas publik lainnya.

Dampak ekonomi lain yang ditimbulkan TB tidak dalam bentuk hitungan rupiah secara langsung, seperti;

  1. Kerugian produktivitas akibat disabilitas. Waktu produktif berkurang karena sakit. Jika penderita TB seorang karyawan maka produktivitasnya akan berkurang karena sakit
  2. Kerugian produktivitas  akibat kematian prematur. Jika penderita TB meninggal maka jumlah tenaga produktif berkurang.
Pertumbuhan ekonomi bangsa secara keseluruhan bisa terganggu karena jumlah usia produktif berkurang terlebih saat ini setiap tahun ditemukan 460.000 kasus baru TB.

Mengurangi dampak ekonomi TB
Sebagai negara berkembang, salah satu masalahnya adalah kemiskinan dan kemiskinan sering terkait dengan tingginya jumlah penyakit menular diantaranya TB.

Dan faktanya, TB juga banyak menjangkiti kelas menengah perkotaan (menjadi penyebab kematian no  4 setelah stroke, diabetes dan hipertensi) hal itu karena lingkungan kotor (polusi rokok dan asap kendaraan) dan pola makan tidak sehat (makan hanya berdasarkan selera lidah bukan memilih makanan sehat), sehingga daya tahan tubuh menjadi lemah dan mudah terjangkiti penyakit menular.

Seperti kata pepatah mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka yang bisa kita lakukan adalah melakukan pola hidup sehat; mengkonsumsi makanan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan. Dan peduli, untuk menemukan dan penyembuhkan penderita TB jika ada dilingkungan sekitar.



Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog TB sesi 6


Referensi :
www.pppl.kemkes.go.id
www.kesehatan.kompasiana.com


Wordless Wednesday - A Letter from My Daughter

Pada beberapa keadaan Azka mengungkapkan perasaannya melalui tulisan spontan dan selalu membuat kami, saya dan Abinya cekikikan sekaligus mewek hahaha. Surat-surat itu kami simpan dalam folder khusus berikut gambar dan coretan hasil karyanya yang lain. One day you will have a life of your own and we will miss you...I ask God bless and protect U always (6 th, 12 mei 2014)




Sponsored Video : Lifebuoy's Tree of Life

Tidak ada yang bisa melampaui cinta seorang ibu untuk anaknya atau kesedihan kehilangan anak .

Beberapa daerah di Indonesia, sebagian daerah Jawa dan Sumatra, memiliki tradisi unik yaitu menanam pohon untuk memperingati peristiwa bersejarah bagi diri dan keluarganya seperti pada 7 bulan kehamilan, kelahiran dan pernikahan. Tradisi ini telah ada sejak ratusan tahun lalu yang tujuannya dimaksudkan untuk mewariskan anak cucu dengan hasil pohon yang dapat di manfaatkan. Sayangnya seiring waktu dan kemajuan jaman, tradisi ini mulai dilupakan, hanya sebagian kecil dari masyarakat yang masih melakukan tradisi ini.

Salah satu Desa yang masih melakukan tradisi menanam pohon saat kelahiran bayi adalah desa di mana seorang ibu muda bernama Utari tinggal. Keluarga Utari menanam pohon saat dirinya melahirkan, sayang anaknya meninggal sebelum  usianya mencapai 5 tahun. Keadaan ini meninggalkan luka yang sangat mendalam dan mengguncang jiwa Utari.

Kematian yang umumnya disebabkan oleh diare yang sebetulnya dapat di cegah dengan cara yang sederhana yaitu mencuci tangan. Tindakan sederhana mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah banyak penyakit diantaranya diare dan pneumonia yang merupakan penyebab utama  kematian balita setiap harinya di dunia.

Tahun lalu Lifebuoy melakukan gerakan mengajarkan kebiasaan mencuci tangan yang sehat di desa Thesgora India. Dan terbukti mengurangi diare dari 36% menjadi 5%. Dan tahun ini gerakan mencuci tangan yang sehat  akan di lakukan di Indonesia.

Dan di bawah ini adalah video kampanye penyelamatan jiwa dari Lifebuoy.
Selama 10 tahun terakhir, sabun Lifebuoy telah berpartisipasi dalam membantu mencegah kematian akibat diare dan pneumonia  dengan mengajarkan anak-anak  melakukan tindakan sederhana yaitu mencuci tangan dengan sabun. Lifebuoy diluncurkan di Inggris oleh Lever Brothers pada tahun 1895, dengan tujuan untuk membasmi wabah kolera.  Pada tahun 1917 William Hesketh Lever dianugerahi gelar Lord Leverhulme atas kontribusinya terhadap pendidikan kesehatan dan kebersihan.

Ingin  membantu anak-anak mencapai ulang tahun kelima mereka dengan berbagi video ini dan cerita Utari di media sosial dengan # helpachildreach5 "


Postingan ini di sponsori oleh Lifebuoy tapi isi tulisan adalah tanggung jawab penulis.


Untuk mengetahui lebih lanjut  kunjungi akun dan website resmi Lifebuoy di bawah ini.
facebook
YouTube
Twitter
Lifebuoy Website