Ini ada tulisan ketujuh mengenai
TB, tulisan-tulisan sebelumnya bisa di baca di katagori dengan sub serba-serbi
Tuberkulosis . Tema yang diangkat kali
ini mengenai peran masyarakat dalam
pengendalian TB.
Penyakit TB bukan hanya persoalan
kesehatan, juga terkait persoalan sosial karena memberi dampak pada lingkungan
sekitarnya yaitu bisa menularkan.
Terkait juga persoalan ekonomi, karena ada biaya yang dikeluarkan oleh
penderita atau negara – jika obat gratis. Sedangkan pemerintah dalam hal ini
dinas kesehatan dan petugas kesehatan memiliki keterbatasan. Karena itu untuk
menanggulangi TB haruslah di dukung masyarakat secara aktif.
Besar kecilnya penyebaran penyakit
menular terkait dengan perilaku dan pola hidup di masyarakat diantaranya
kebersihan dan pola makan. TB akan mudah tertular pada orang yang tinggal di
lingkungan kurang bersih dan pada seseorang dengan daya tahan tubuh lemah. Daya
tahan lemah umumnya terkait dengan pola makan. Konsumsi makanan sehat lengkap
dengan sayur dan buah akan membuat daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit
kuat.
Karena terkait dengan perilaku dan
pola hidup masyarakat maka penanggulangan penyakit menular haruslah melibatkan
masyarakat secara langsung.
Mengingat fakta bahwa sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses
atau dilaporkan. Ada juga yang terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa
ditegakkan sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten obat sehingga
sulit untuk diobati. Maka agar hal ini tidak terjadi, peran masyarakat untuk
turut serta menanggulangi TB menjadi keharusan.
Penyebaran TB
Penyebaran penyakit TB sangat
luas, tidak hanya di desa-desa yang identik dengan kemiskinan dan pola hidup
tidak sehat, juga di kota-kota seluruh Indonesia yang notabene, sudah tahu dan
sadar pentingnya pola hidup sehat. Diperkotaan TB merupakan penyebab kematian
nomor 4 setelah stroke, diabetes dan hipertensi.
Partisipasi aktif
untuk pengendalikan TB
Beberapa bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam mengendalikan TB diantaranya;
Beberapa bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam mengendalikan TB diantaranya;
1.Berbagi pengetahuan tentang TB
Hampir semua masyarakat Indonesia
tahu apa itu penyakit TB, tapi sedikit sekali yang paham bagaimana TB
ditularkan, bahwa TB bisa disembuhkan secara total dan obat TB tersedia gratis.
Banyak pemahaman yang salah
mengenai TB di masyarakat. Sehingga
masih ada beberapa penderita TB yang dikucilkan dan merasa dirinya tidak dapat
sembuh. Tugas saya sebagai bagian dari masyarakat yang menjadi lebih tahu
mengenai TB setelah mengikuti kompetisi ini adalah membagi pengetahuan saya
mengenai TB. Dan sudah mulai di lakukan pada saudara, kerabat, teman dan
tetangga.
2. Temukan dan Sembuhkan TB
Kenyataan yang sering tidak kita
sadari ketika bicara mengenai TB adalah fakta bahwa anak-anak rentan tertulari
TB. Dan banyak TB yang menulari
anak-anak tidak menunjukkan gejala TB yang selama ini di ketahuinya seperti
batuk selama dua minggu, demam atau berkeringat di malam hari. Seperti yang
dialami salah satu kerabat saya.
Selama ini si ibu hanya
mengeluhkan anaknya sulit makan, sampai kehilangan berat badan 3 kg. Berbagai
cara sudah dilakukan si ibu akan anaknya mau makan tapi tidak cukup berhasil.
Si anak makan hanya sekedarnya, bahkan susu pun mulai berkurang. Suatu hari si
anak, terkena deman batuk dan pilek. Lalu si ibu membawanya ke dokter. karena berat badan anak yang tidak normal alias
terlalu kurus untuk ukuran anak seusianya, Dokter merekomendasikan untuk tes
rontgen dan tes darah. Hasilnya di duga TB. Untuk meyakinkan Dokter melakukan
tes Madox, dan hasilnya positif TB.
Hasil diagnosa ini sedikit
membuat si Ibu keheranan, dari manakah sumber penularannya? Padahal lingkungan rumah bersih dengan jendela
besar-besar sehingga sirkulasi udara dan sinar matahari baik. Lingkungan sekitar rumah juga bersih dan
seingatnya tidak ada anak tetangga suka batuk kalau pun ada anaknya jarang berinterksi intens dengan anak-anak
tetangga. Maklumlah tinggal di sebuah perumahan kelas menengah yang dimana
anak-anak orangtua lebih suka ‘mengurung’ anaknay di rumah.
Namun penjelasan Dokter mengenai
penularannya membuat si Ibu mengerti dengan banyak kemungkinan dari mana anaknya
tertulari. Mungkin saat di mall, rumah sakit atau tempat publik lainnya, ada
penderita TB bersin dan si kecil menghirup, atau air liurnya mengenai kursi,
pegangan ekskalator yang kemudian secara tidak sengaja di pegang si anak, lalu
si anak memasukkan tangannya ke mulut saat hendak makan sesuatu (tanpa cuci
tangan) dan kondisi tubuh anak sedang lemah, jadilah kuman masuk dan bersarang.
Kejadian ini membuat saya lebih
jeli untuk menemukan penderita TB di sekitar, menjaga dan menumbuhkan kebiasaan
kesehatan pada anak-anak salah satu mencuci tangan.
3. Menjadi PMO
Keberadaan PMO atau pengawas
minum obat penting karena penyembuhan TB yang cukup lama yaitu minimal 6 bulan,
bisanya membuat penderita bosan, lupa atau merasa sudah sembuh (padahal belum 6
bulan). Di sinilah tugas PMO selain untuk memastikan penderita TB minum obat
juga mengedukasi penderita mengenai bahaya TB jika tidak disembuhkan bukan
hanya untuk dirinya tapi lingkungan sekitar.
4. Menjadi tenaga suka rela resmi
melalui organisasi sosial baik di gagas pemerintah atau pun non pemerintah atau
membentuk organisasi sendiri dengan masyarakat sekitar (komunitas).
Bergabung dengan organisasi atau komunitas tertentu yang kegiatannya konsen pada TB akan membuat proses sosialisasi TB lebih terarah baik kegiatan maupun sasarannya. seperti misalnya; mengadakan pelatihan untuk kader TB di setiap kecamatan, penyuluhan secara luas mengenai TB memalui kelompok yang ada di masyarakat seperti PKK, ibu-ibu pengajian dan arisan. Penyuluhan pada pasien TB secara langsung dengan melakukan kunjungan ke rumah dan kampanye melalui penyebaran pamplet.
Bergabung dengan organisasi atau komunitas tertentu yang kegiatannya konsen pada TB akan membuat proses sosialisasi TB lebih terarah baik kegiatan maupun sasarannya. seperti misalnya; mengadakan pelatihan untuk kader TB di setiap kecamatan, penyuluhan secara luas mengenai TB memalui kelompok yang ada di masyarakat seperti PKK, ibu-ibu pengajian dan arisan. Penyuluhan pada pasien TB secara langsung dengan melakukan kunjungan ke rumah dan kampanye melalui penyebaran pamplet.
referensi tulisan
www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id
www.kompasiana.com
www.pppl.kemkes.go.id