Gadget sudah tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan termasuk keseharian anak – anak. Saat ini, apapun dipermudah dengan kehadiran
gadget, bayar semua tagihan (listrik, )
pake gadget, bahkan kalau malas masak ya pake gadget, klik gojek pilih go food.
Melihat keseharian Mama dan Papa bergadget ria tentu tidak bisa melarang anak –
anak tidak menggunakan gadget, seiring usia mereka makin kritis. Tidak menunggu
sampai usia sekolah, mereka sudah bisa protes,”Mama handponan melulu.” Atau,”Aku
tidak boleh handponan, mama sama abi handphonan melulu.” Begitulah pengalaman
saya.
Kehadiran
gadget memang memiliki dua sisi, baik dan buruk. Segala sesuatu harus
sesuai porsinya.
Lalu bagaimana seharusnya sikap
orangtua terhadap gadget untuk anak?
Hari rabu kemarin saya
berkesempatan mengikuti diskusi parenting dengan tema ‘Gadget 101 For Kids’
dengan narasumber Elizabeth Santosa yang merupakan psikolog, penulis buku
‘Raising Children in Digital Era’ sekaligus Komisioner Komnas Perlindungan Anak
Indonesia.
Sambutan Tony Mampuk GM Corporate Affair Giant |
“Perkembangan teknologi yang
sangat dinamis membuat para orangtua harus pintar dan cermat dalam mengawasi
penggunaan gadget pada anak, karena di era digital saat ini tidak mungkin
menghindari anak dari gadget karena dengan penggunaan gadget yang tepat dapat
berperan positif untuk tumbuh kembang anak. Untuk itulah Giant sebagai retail
yang peduli terhadap perkembangan anak, mengadakan talk show ini agar orangtua
dapat berdiskusi dan mendapat penjelasan langsung dari ahlinya,” ujar Tony
Mampuk GM Corporate Affair Giant.
Anak boleh main gadget asal
Menurut mba LIzi, panggilan akrab
narasumber, kunci saat memberikan anak gadget adalah konsistensi, keseimbangan, disiplin dan konsekuensi.
Elizabeth Santosa |
Konsisten, orang tua harus
membatasi interaksi anak dengan gadget karena anak perlu sosialisasi,
distimulasi, belajar melalui media lain selain gadget, seperti berkunjung ke
tempat wisata edukatif.
Keseimbangan, menyeimbangkan
kebutuhan anak yang tentunya tidak melulu melalui gadget.
Disiplin, anak – anak perlu
diajarkan disiplin.
Konsekuensi, saat anak
diberhentikan aktivitasnya dari gadget orangtua harus siap memberikan kegiatan
penggantinya. Misal bermain bersama anak, mengajak mereka melakukan aktivitas.
Bukan dibiarkan. Jadi orangtua harus mau
repot.
Berbeda dengan acara Parenting
serupa, di sini narasumber memulainya dengan menanyakan masalah yang kerap dihadapi
orangtua karena gadget. Mba Lizi tidak terlalu banyak menjelaskan dampat
negatif gadget karena menurutnya hal itu sudah umum diketahui orangtua yang
menjadi masalah adalah bagaimana memecahkan masalah akibat gadget.
Peserta antusias berbagi masalah
yang dihadapi seputar gadget. Seperti curhatan seorang Ibu yang anaknya main
gadget melulu, tidak bisa dibilangin tidak boleh. Lalu masalah anak jaman now
yang katanya serba instan, mau enaknya saja dan disinyalir ini karena gadget.
Menurut mba Lizi, masalah anak
jaman sekarang yang dinilai kurang baik dari generasi sebelumnya bukan hal baru
karena jaman kita kecil pun orangtua melabeli kita, begitu seterusnya. Hal ini
terjadi, orangtua selalu menilai anak dari kacamatanya bukan memahami lalu
meluruskan.
Jangan jadi Mama Manja
Jangan jadi mama manja :) |
Ehm iya juga sih, jaman saya main dengan teman sebaya dihalaman
berkeringat panas- panasan bukan depan gadget di rumah yang berAC. Mau belanja
ya jalan kaki ke pasar.
Jadi bukan anaknya yang salah
tapi cara orangtua mendidiknya. Beberapa ucapan mba Lizi memang makjleb untuk
saya yang kadang nyalahin anak. Kadang saya pun jadi mama manja – istilah baru
nih mama manja. Apa sih mama manja? Mama yang ga mau repot. Biar anteng anak di
kasih gadget, biar mau makan anak disuapin sambil anaknya di kasih gadget.
Iya saya kadang – kadang jadi mama manja, terutama kalau ada
deadline. Gadget yang harusnya dikasih ke anak hari sabtu dan minggu, jadi hari
lain diberikan, tidak konsisten!
Umur dan durasi yang
tepat anak bermain/memiliki gadget
Pertanyaan peserta yang saya
yakin jadi pertanyaan banyak mama lain. Usia berapa anak sebaiknya di kenalkan
gadget dan berapa durasi tepat untuk anak diberi waktu main gadget. Umur berapa
anak bermedia sosial?
Sebaiknya anak dikenalkan gadget
sedini mungkin tapi jangan saat masih bayi. Sedini mungkin tapi tetap
terkendali dan disiplin. Karena ada waktunya anak harus distimulasi.
Durasi bermain fleksibel karena
sebenarnya kalau anak sudah dikenalkan kewajiban dan memiliki kesibukan
(sekolah, melakukan hobi, les dsb) sebenarnya anak tidak memiliki waktu main
gadget. Jadi dahulukan kewajiban baru berikan anak gadget. Dari pengalaman mba
Lizi yang memiliki 3 anak, dia memberikan anaknyay gadget hanya hari jumat,
sabtu dan minggu tapi tidak 24 jam karena weekend biasanya mba Lizi mengajak
anak-anaknya mengunjungi tempat wisata edukatif. Intinya anak – anak dibuat
sibuk sehingga tidak tergantung gadget.
Alhamdulillah saya pun sudah
menerapkan gadget hanya weekend biar mereka tidak tergantung gadget dan enjoy
main dengan teman sebaya dan bermain permainan tradisional.
Mengenai media sosial anak
diperbolehkan memiliki media sosial saat usianya 13 tahun tapi dengan pantauan
orangtua.
Saat mengunduh games untuk anak
perhatian yang diunduh sesuai usia, ada beberapa games yang tertera untuk anak
tapi isinya dewasa.
Jadi gadget tidak bahaya untuk
anak selama kita sebagai orangtua bisa menerapkan aturan dan menyeimbangkan
sehingga anak bisa mengambil hal positif dari gadget. Gadget sumber
pengetahuan, bisa untuk baca buku dsb.
Pengumuman Pemenang Giant Faunatic Drawing Competition
Dalam rangkaian acara ini diadakan Faunatic Drawing Competition yang dimulai dari tanggal 23 oktober – 2 november 2017, untuk anak usia 9 – 12 tahun.
Dalam rangkaian acara ini diadakan Faunatic Drawing Competition yang dimulai dari tanggal 23 oktober – 2 november 2017, untuk anak usia 9 – 12 tahun.
Sekilas tentang Giant
Giant adalah salah satu unit
bisnis PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group) yang merupakan pelopor retail
modern di Indonesia yang berdiri sejak 1971.
Konsekuensi, saat anak diberhentikan aktivitasnya dari gadget orangtua harus siap memberikan kegiatan penggantinya. Misal bermain bersama anak, mengajak mereka melakukan aktivitas. Bukan dibiarkan. Jadi orangtua harus mau repot. <<- ini kayaknya harus saya sampaikan kepada orangtua dan tante2 saya hehehe. Saya juga miris sih, orangtua melarang main gadget, tapi orangtua juga sibuk sendiri. Jadinya ya anak akan bosan dan kegiatannya malah tidak bermanfaat, akhirnya lari ke gadget lagi.
BalasHapus