
Enak banget ya hamilnya...
Alhamdulillah, saya
tidak henti bersyukur untuk hal itu. Tapi Tuhan selalu punya skenario untuk
membuat hambanya bertambah kuat. Skenario untuk membuat hidup sesekali seperti
naik roal coaster; deg-deg an, takut, senang, berharap-harap cemas dan melatih mental untuk tidak mudah menyerah pada keadaan. .
Begitu juga saat
kehamilan pertama saya. Jika sebagian ibu hamil bermasalah dengan keluhan khas
selama kehamilan, saya harus bergelut mengatasi stres karena masalah lain.
Untuk mama – mama
yang juga mengalami hamil kebo walaupun fisik kuat tetap harus jaga kondisi
artinya jangan merasa kuat lantas bekerja seolah tak hamil. Tetap hati – hati.
Sayangnya, saya
jarang kepikiran mengabadikan momen kehamilan dengan foto. Dan ini adalah foto
saat hamil dan tetap bisa ikut training dari kantor ke luar kota.
Melanggar perjanjian
Kehamilan pertama hampir bertepatan dengan satu
tahun usia pernikahan, sehingga kami menyebutnya sebagai kado ulang tahun pernikahan. Bertepatan
pula dengan kepindahan saya bekerja di Bogor yang artinya petualangan saya
sebagai weekend wife berakhir. Ya,
selama ini saya dan suami hanya bertemu setiap akhir pekan karena saya bekerja
dan tinggal di Bandung sementara suami tinggal dan bekerja di Jakarta. Karena jarak dan moda transportasi Jakarta
Bogor mudah di tempuh bolak-balik maka suami yang mengalah untuk pulang pergi
Jakarta Bogor.
Tepat sebulan bekerja saya
positif hamil. Perasaan saya campur aduk antara bahagia dan khawatir karena dalam perjanjian kerja yang
tidak tertulis, perusahaan melarang saya
hamil selama satu tahun. Walaupun saya menyanggupi tapi saya tidak melakukan pencegahan dengan memakai kontrasepsi. Hanya KB kalender, memakai ‘sarung’
atau di keluarkan di luar. Sedikit banyak, pilihan tidak memakai alat
kontrasepsi karena mitos yang dikatakan orang tua jika memakai alat
kontrasepsi sebelum
punya anak membuat peranakan jadi kering atau nanti akan susah jika mau punya
anak kalaupun KB sudah
di buka. Selain itu, kami pun sebenarnya memang ingin segera punya momongan
mengingat usia kami sudah mendekati kepala tiga.
Gak mungkin donk
menggugurkan kandungan hanya gara-gara takut di pecat. Tapi mengingat bahwa
saya akan di pecat karena melanggar perjanjian kerja juga nyesek, karena kami
bukan hanya di tuntut mandiri secara finansial oleh keluarga tapi membantu
keluarga masing-masing. Sebagian gaji suami untuk biaya ibunya yang
sakit-sakitan, sebagian gaji saya untuk bantu biaya sekolah adik-adik.
Emosi penuh drama
Bingung, khawatir,
takut, bahagia (karena hamil) tumplek jadi satu. Atasan langsung saya tidak punya wewenang untuk
mengambil keputusan dalam hal ini jadi dia menyarankan untuk bilang ke hrd. Ibu hrd yang selalu ceria,
energik dan ramah ini merespon berita kehamilan saya dengan ucapan selamat yang
hangat. Tapi keputusannya tidak jauh berbeda dengan si bos, katanya keputusan
ada di pihak manajemen perusahaan. “Kita lihat saja sampai enam bulan ke
depan,” katanya. Dalam perjanjian yang saya tanda tangani dengan perusaahaan,
sebelum saya diangkat menjadi karyawan tetap, saya menjalani masa probation selama enam bulan.
“It’s gonna be okay, honey.
Allah paling tahu yang terbaik untuk kita. Pasti ada jalannya,” suami tidak pernah
berhenti memompa semangat optimis saya.
“Kalau dikeluarkan dari pekerjaan?”
“Ya siapa tahu ada kebijakan
baru lagi pula kan ada suami yang bertanggung jawab,” katanya sambil menunjuk
dirinya. Duh, saya kan tahu gajinya dia, tahu berapa tanggungannya selain saya, jadi
bagaimana ini? Belum lagi kami harus menyiapkan dana perlengkapan bayi.
Ya, minimal beli beberapa potong baju,
celana, dan kain fanel, masa iya semua
bekas saudara– ego mama baru J. Belum lagi
kebutuhan popok, alat mandi dan pernak – pernik lain. Belum bayar kontrakan
rumah...Lalu biaya sekolah adik-adik saya? Ibu saya tak menuntut malah
membesarkan hati tapi itu malah membuat emosi saya penuh drama – rasa bersalah
dan kasian sama Ibu.
Dari membaca majalah
bertema parenting saya tahu, bumil tidak boleh stress karena sangat bisa berpengaruh pada tumbuh kembang janin. Jadi saya mencoba
mengesampingkan pikiran kehilangan pekerjaan dan akibat negatifnya. Be positif!
Dan itu
bukan hal mudah di tengah menunggu ‘eksekusi’ kehilangan pekerjaan. Beragam
sugesti yang di jejalkan tetap saja membuat sesekali mencuri waktu beberapa
menit buat nangis secara sembunyi-sembunyi. Lebay ya hahaha tapi mungkin itu
efek hormon kehamilan juga yang katanya gampang membuat suasana hati berubah.
Trik menghadapi stres saat hamil
Berdasarkan pengalaman mengatasi stres saat hamil adalah berdoa pada yang maha kuasa agar di beri jalan keluar dari masalah, melakukan hal yang di sukai, kedua up date terus ilmu seputar kehamilan dan pengasuhan, jadi pikiran kita akan membantu untuk mensugesti untuk tidak stres karena tahu stres tidak baik untuk kesehatan janin.
Trik menghadapi stres saat hamil
Berdasarkan pengalaman mengatasi stres saat hamil adalah berdoa pada yang maha kuasa agar di beri jalan keluar dari masalah, melakukan hal yang di sukai, kedua up date terus ilmu seputar kehamilan dan pengasuhan, jadi pikiran kita akan membantu untuk mensugesti untuk tidak stres karena tahu stres tidak baik untuk kesehatan janin.
Kebetulan saya suka baca buku jadilah hiburan saya adalah
baca buku, karena memang tidak punya tv. Saya pun mulai iseng-iseng mencoba hobi yang sudah lama ditinggalkan yaitu menulis. Berharap tulisan saya bisa jadi rupiah seperti saat kuliah dulu karena cerpen saya di muat di majalah dan mendapat honor. Mulai ngeblog juga, sayang tulisan di blog hilang karena multiply tutup. Aktivitas yang cukup mengalihkan perhatian dan membawa secercah harapan, jika saya bisa mencari celah lain untuk mendapatkan penghasilan.
Selain tentu saja berserah diri pada yang mahakuasa, agar di beri jalan keluar terbaik dan rejeki cukup.
Ngidam?
Ada kejadian saat hamil yang
setiap mengingatnya saya tertawa. Suatu hari saya kepingin banget makan pake sambal, lalap dan petai.
Walaupun saya jarang makan makanan yang punya aroma khas ini, tapi ini biasanya jadi menu wajib di acara
makan kumpul-kumpul keluarga besar dengan menu masakan sunda (saya berasal dari
Bandung). Dan
kalau diingat-ingat sejak menikah saya belum pernah makan petai di depan suami.
Selain karena suami tidak suka makan petai juga saya malu mengakui doyan makan
petai. Masa iya cewek cantik (halah…) suka petai. Tapi masa saya harus pulang ke Bandung dulu
untuk bisa menikmati satu papan petai. Jadilah makan siang hari minggu itu saya
mengajak suami makan suami makan di sebuah rumah makan khas sunda dengan alasan ingin makan enak buat ngilangin
stres.
Sampai di restoran, di depan
deretan menu di tata di atas piring
beralas daun pisang dan petai gantung sisi paling kiri, saya tertegun. Ragu
dengan pilihan petai. Lebih tepatnya malu.
“Mbak petainya digoreng ya,”
pinta saya setelah mengumpulkan segenap keberanian.
Saya mengira suami akan terkejut
dengan ini tapi ternyata dia malah tersenyum sambil berkata,”jadi mau petai
ya?”
Saya nyengir berusaha terlihat
pe-de.
Di balik kesulitan ada kemudahan
Untunglah pihak
perusahaan memberi sedikit kebijaksaan, kontrak kerja saya di perpanjang dua
bulan (setelah 6 bulan masa probation) jadi saya resign pas sebulan sebelum
melahirkan. Kabar baiknya pula asuransi kantor suami menanggung biaya
persalinan caesar saya secara full. Alhamdulillah si kecil lahir dengan selamat
dan sehat. Saya pun menyiapkan mental untuk hunting
pekerjaan baru. Oh ya tulisan yang saya tulis selama masa kehamilan dan coba kirim ke media tidak satupun yang tembus, tapi setidaknya itu melemaskan otot dan pikiran saya untuk menulis kembali.
Tulisan ini diikutsertakan dalam NUK Pregnancy Story
Ada rencana hamil ke 3 ?
BalasHapuspertanyaan sulit hahahha
Hapusxixixixixi...kebayang lah diejekin suami minta pete hehehehe
BalasHapustahun tahun pertama nikah masih jaim hehehe
HapusMalah suamiku yang doyan makan pete, tp gak doyan2 amat, soalnya takut baunya mengganggu :D
BalasHapussaya pun klo di rumah jarang sekali makan mba karena suami ga suka baunya, harus mudik ke bandung baru bisa tenang makannya hahah
Hapushehehe malu-malu makan petenya ya
BalasHapuspesennya malu pas makannya udah cuek :))
Hapuspengalaman yang mengahrukan hehe, semoga sukses lombanya mbak
BalasHapusAamiin. thank u mba
Hapushihi, ngidamnya petai toh mak....saya juga suka jengkol ketularan suami. tp kalo makan depan dia, maluu :p
BalasHapuskalau saya jengkol kurang suka mba....pengennya meracuni suami biar doyan pete juga nih biar ga kagok kalau makan bareng dia :)
Hapus