Melempar dan Menangkap Bola

Usia Khalifah menjelang  3 tahun, seperti biasa setiap akan bertambah umur saya  mencocokkan tumbuh kembangnya dengan buku panduan tumbuh kembang anak yang saya miliki. Untuk melihat  tumbuh kembanganya, yang sudah dilampaui dan yang harus di stimulasi. Sejauh ini kemampuan Khalifah berkomunikasi cukup baik untuk anak seusianya; bicaranya sudah lancar - tidak melalui tahap cadel - dan sudah bisa menyusun kalimat dengan baik. Ehm, mungkin itu karena saya sering membacakannya buku sejak bayi sampai sekarang.

Kekurangannya, Khalifah bisa melempar bola tapi belum terarah dan belum bisa menangkap bola dengan tepat. Khalifah bukan tak tertarik main bola, malah antusias dan selalu ikut nimbrung jika anak tetangga main bola, tapi karena belum bisa ia lebih banyak lari kesana –kemari tanpa berhasil menendang atau menangkap bola.

Belum bisa menggunting tapi ada usaha untuk bisa, jadi masih di bantu saya atau kakaknya. Sudah bisa menempel tapi belum tepat dan belum bisa mengancingkan bajunya sendiri.

Sentilan di Hari Blogger

Tgl 27 November di tetapkan sebagai hari blogger nasional. Sebegitu pentingkah blogger sehingga di tetapkan hari nasionalnya? Menurut saya sendiri penting, karena itu artinya ada pengakuan terhadap keberadaan citizen journalism atau jurnalis warga. Tidak sekedar pengakuan tentunya tapi perlindungan berpendapat dan hak cipta.

Bincang Buku di V book club Radio

Salah satu rangkaian promo  buku duet saya dan Arin Murtiyarini adalah bedah buku di Radio. Pertama, di V book club Radio (tgl 5 September lalu), rubrik V book club ini ada setiap hari jumat jam 1 siang sampai jam 2 siang. Tentunya di sertai kuis berhadiah buku yang di bedah. Segmen V radio adalah  perempuan dan mommy muda perkotaan .  (bukan) kebetulan penyiar yang mendampingi kami bedah buku pun seorang mommy berputri satu, Indy Natalia.

Pertama ketemu di studio kami langsung merasa klop lho. Ehm, mungkin salah satu penyebabnya kami punya banyak kesamaan. Rasa excited sebagai Mommy, cinta keluarga setengah mati  tapi mencintai pekerjaan juga. Ehm, tergantung bagaimana kita menyikapinya. It's Complicated?!
Jutaan mommy mengalami hal yang sama tapi bisa enjoy. Dan ternyata Mommy Indy Natalia seorang blogger juga, bisa di intip di sini blognya. 

Di sela sesi on air kami ‘curhat’, soal rengekan anak, kemacetan yang bisa menghabiskan 4-5 jam perjalanan, bayangkan jika waktu itu bisa direduksi dan dialihkan untuk keluarga. dan tentu saja kami tertawa bersama karena begitu kesamaan yang lucu dan heboh sebagai mommy.

Jadi apa sih buku Mommylicious ini? Seperti judul kecil yang tertera di buku ‘Catatan Dua Mama, Beda Rasa Kaya Warna’.

Yap, walaupun kami bersahabat dan pernah sama-sama dalam posisi ibu bekerja, majalah parenting yang kami baca sama, ternyata pola asuh yang kami terapkan  berbeda, kami berbeda pendapat dalam beberapa gaya pengasuhan. Perbedaan pendapat yang tidak membuat kami saling mengklaim paling benar.

Salah satu contohnya, saya memilih art untuk mengasuh si kecil saat bekerja, Arin memilih daycare. Kami sama-sama enjoy dengan pilihan kami walaupun tentu saja selalu ada kisah huru hara dan harunya. 

Bagi kami menjadi ibu bukan perkara, apa pilihan anda, tapi menyediakan tenaga, waktu dan pikiran untuk tumbuh kembang si kecil.

Bisa dibilang inilah salah satu kelebihan buku kami, bercerita jujur tentang keseharian kami sebagai mama dengan beragam pilihan tapi kami menikmatinya. Karena jadi mama itu delicious.

Beberapa cerita (sekitar 6) dalam buku ini pernah di muat di majalah Parenting Indonesia rubrik Cerita Mama dan Nuansa Perempuan majalah Ummi. 

It's a long, long journey...
Have a great experience of being a mother
It's mommylicious  (hal 171, catatan Mama Arin)


Kidzania, Memperkenalkan Masa Depan Melalui Replika Kota

Pertama kali mengajak putri kami Azka Zahra ke Kidzania saat usianya 3 tahun (kini 6 tahun).  Ide awalnya dari suami yang mendapat rekomendasi dari teman kantornya . Katanya, edukatif banget dan si  kecil jadi tahu seperti apa profesi/pekerjaan  orang dewasa yang kelak akan ia jalani.

Saya sendiri ‘kenal’ Kidzania dari iklan di TV, dengan adegan yang paling berkesan adalah beberapa anak-anak mengenakan jas dan topi pemadam kebakaran tengah menyemprotkan air ke sebuah gambar gedung yang sedang terbakar. Wah, tempat main apaan tuh? Pikir saya waktu itu. 

Kemudian dari teman kantor yang mengantar anaknya ke sana (acara dari sekolah) saya jadi tahu keseruan di Kidzania.  Katanya, anak di kenalkan pada dunia profesi dan pekerjaan. Miniatur kota untuk  memperkenalkan anak-anak pada kehidupan di masa depan ketika mereka di tuntut mandiri. Anak-anak jadi tahu dan bisa merasakan seperti apa rasanya jadi petugas pemadam kebakaran (saya langsung teringat iklan TV Kidzania),  jadi tahu bagaimana berita di koran di buat dan seperti apa siaran di stasiun TV hingga akhirnya bisa kita tonton.  Di sana juga anak jadi mengenal bagaimana mendapatkan uang yaitu dengan bekerja atau membuat sesuatu.

Melindungi Senyum dan Harapan si Kecil


Awalnya, saya berbeda pendapat dengan suami perihal dana pendidikan untuk anak-anak kelak. Saya memilih menginvestasikan sebagian penghasilan untuk mencicil emas sebagai tabungan pendidikan kedua anak kami, Azka dan Khalifah. Dengan prediksi Azka masuk kuliah 15 tahun lagi, harga emas sudah setara dengan biaya kuliah saat itu. Bandingkan dengan asuransi, dari hitungan agen asuransi yang tak lain teman kantor saya, 15 tahun mendatang klaim asuransi yang di dapat kecil. Sedangkan suami berpendapat harus berasuransi karena ada nilai proteksinya.

Karena kami sama-sama ‘keukeuh’ dengan pendapat kami, akhirnya pembicaraan asuransi tertunda dan niat mencicil emas pun tidak  terlaksana karena uang gaji selalu hampir tak tersisa sampai tanggal gajian berikutnya tiba. Kalau penghasilan kami berlebih mungkin tak masalah, asuransi iya, mencicil emas juga iya.



GA Every Mom Has A Story

...Dulu, kami saling menguatkan saat nyinyiran soal ibu bekerja itu datang. entah dari status facebook atau tulisan blog teman yang terbaca oleh kami. sebentar lagi situasi akan berubah, kami akan berada pada 'kubu' yang berbeda. Inilah saatnya kami membuktikan komitmen bahwa kami saling menghargai dan menyemangati (hal 158, Farewell Dua Mama, catatan mama Arin, Mommylicious)

Klaim merasa pilihannya paling benar, adu pendapat bahkan dengan kalimat saling nyinyir antara Ibu bekerja dan Ibu di rumah, bukan isu baru dan tidak hanya terjadi di Indonesia. Sikap yang tak bijak di media sosial membuat isu ini mudah terprovokasi. Pemicunya biasanya jika ada kejadian malang yang menimpa seorang anak. Saat heboh kasus JIS, beberapa Ibu  di media sosial men share dan memposting di blog kisah-kisah tragis seperti penganiayaan dan  pelecehan seksual yang dilakukan oleh art/babysitter pada anak yang ditinggal orangtuanya bekerja. Beberapa kasus sudah sangat lama dan kebenarannya diragukan. Jika maksudnya mengingatkan tak perlu membuka atau menutup dengan kalimat  yang menyudutkan :)

Kasus penganiayaan bayi di daycare beberapa waktu lalu, memancing juga sentimen serupa. Pada saat bersamaan screenshot percakapan dua Ibu di mana salah satu Ibu menyayangkan keputusan temannya yang memilih menjadi Ibu di rumah karena bergelar sarjana, di share banyak Ibu di media sosial. Akibatnya....no one ever wins!