dapur impian foto dari google |
Walaupun saya tidak pandai
memasak dan waktu gadis termasuk yang ogah nimbrung Ibu di dapur (lebih milih
baca novel hehe), saya selalu bermimpi kelak jika punya rumah sendiri memiliki
dapur yang luas, terbuka, nyaman, bersih dengan perabotan komplit.
Dan kini setelah memiliki rumah
sendiri, sedikit demi sedikit saya berusaha mewujudkannya. Untuk membuat dapur
terlihat luas dan lapang, saya tidak memberi sekat antara dapur dan ruang
tengah (ruang keluarga). Sedangkan biar
terbuka, saya juga tidak memberi pintu atau sekat antara dapur dan sepetak
tanah (sekitar 1x2) di sampingnya
(ceritanya taman belakang tapi isinya malah jemuran hahaha).
Karena keuangan masih terbatas,
dapur saya belum memiliki kabinet (rak berpintu) di atas maupun di bawah meja
dapur dari tembok yang memanjang dan menyatu dengan bak cuci piring dan tempat
kompor. Untuk mewujudkannya selain nabung, sering intip-intip buku desain dapur
dan membanding-bandingkan harga kabinet –
mencari yang kira-kira sesuai kemampuan menabung. Sama hal dengan perabot
dapur, masih jauh dari komplit. Jumlah gelas dan mangkuk sangat terbatas karena
sering pecah dan enggan beli lagi.
Dapur nyaman tanpa ‘isi’ yang enak percuma donk ya, jadi saya juga bermimpi bisa masak enak dan sehat untuk
keluarga (bukan jadi chef handal atau jago masak ya hehe) . Terlebih saya memiliki hobi baru sejak berstatus istri dan ibu
dari dua anak, yaitu mengumpulkan resep, membeli buku resep diskonan, dan
beli-beli peralatan masak dan baking diskonan. Sambil menunggu dapur impian saya terwujud saya mulai berusaha mewujudkan mimpi bisa masak enak dan sehat untuk keluarga.Terlebih saya memiliki beberapa alasan untuk bisa masak;
Pertama, belajar mata kuliah
kimia bahan makanan saat kuliah membuat saya sedikit parno soal makanan kemasan
instan semacam baso, chicken nugget, sosis, dsb. Untuk jajan di kaki lima pun
gampang geli. Kalaupun akhirnya beli makanan
kemasan instan sangat saya batasi sebulan satu kali beli chicken nugget ukuran,
sosis, dan baso isi 15 (untuk campuran mie goreng atau sup). Dan biasanya saya
pilih yang harganya rada mihil dengan harapan kualitas lebih baik jadi lumayan
menguras dompet.
Alasan kedua, tinggal di
perumahan kecil dengan pengamanan ketat
membuat tukang jajanan jarang
masuk dan tak ada penjual masakan matang. Kalau delivery minimal membeli dua
porsi, berarti sekitar sebesar 50 ribu
hanya cukup sekali makan, lebih boros kan
Agar bisa mewujudkan bisa masak
enak – minimal enak untuk lidah saya dan keluarga- dan sehat, saya mulai
mencoba beberapa resep dan membuat ‘planning’ memasak.
Awal bulan lalu saya membeli tepung bakso dari food blogger mak Diah
Didi dan berhasil mempraktikkan membuat
somay dan baso ayam. Jadi untuk urusan baso, saya tidak akan membeli lagi, tapi harus puas
dengan baso ayam dan ikan karena untuk membuat baso daging saya belum punya
prosesornya (serat daging sapi kasar jadi setelah di giling masih perlu memakai
prosesor). Sebelum beli tepung bakso mak Diah Didi sempat beberapa kali bikin
baso dan somay tapi gatot karena kekerasan atau terlalu alot.
somay homemade, penampakannya kurang menggiurkan ya |
Mengolah makanan sehat menjadi lebih menarik untuk anak-anak. Sejak
kecil saya doyan makan ubi, baik goreng atau di kukus. Sebaliknya anak-anak ga
mau, belum di icip-icip udah mengangkat bahu dan ngeloyor pergi. Jadilah mulai mengolah ubi menjadi kelepon ubi atau bola-bola ubi. Karena
baru pertama kali praktik hasil kelepon ubi gak maksimal, penampakannya ga menarik; basah.
Tapi untungnya Azka suka. Khalifah masih ga mau nyoba.
Ikan di olah bukan hanya dengan
di goreng, tapi mencoba resep lain seperti ikan bumbu kuning, lebih sehat juga
karena ikan di rebus dengan bumbu.
Coba resep baru. Menu yang di masak selama seminggu biasanya berputar
di situ-situ terus, menu super praktis, standar dan sangat umum, tak heran
anak-anak dan suami suka protes. “Mama, sup lagi sup lagi, bosen,” keluh Azka.
“Di puji bacem tahunya enak, hampir tiap hari masak bacem tahu,” protes suami.
Padahal resep masakan di koleksi. Jadilah saya melawan malas untuk mempraktikkan
menu baru. Seperti mencoba membuat tongseng daging sapi.
Baking. Dalam rangka menyediakan anak-anak cemilan karena seperti
saya tulis di atas di sini cari tukang jajanan susah. Minimal seminggu sekali
praktik resep baru, yaitu hari sabtu atau minggu. Bukan resep yang susah dan
bertoping cream hanya cake biasa, seperti browies, bolkus, cup cakes, muffin
(karena kalau di lihat dari buku resep yang saya punya, satu macam cake itu
bisa 10 variasi). Beberapa foto praktikum kue di pamer di ig :D.
Semoga segera terkabul mimpinya ya mak amin :)
BalasHapusSemoga segera terkabul mimpinya ya mak amin :)
BalasHapusdapurnya cakeeeep...somaynya juga :)..semoga terkabul yaaa mak :)..good luck dengan GAnya...
BalasHapusSemoga terkabul yaa mak, jadi laper lihat gambar makananbpagi-pqgi2
BalasHapusSemoga terkabul dapur impiannya.. Kalo aku sih dapurnya pengen yg minimslis aja krn aku kurang pinter masak..
BalasHapusSemangaatt..Mak!! :) Semoga terkabul mimpi dapur idamannya, trus jadi rajin masaknya.. :)
BalasHapusSemoga segera terealisasiya mak mimpinya. Sayapun sama.. ingin banget punya dapur seperti ini. Sukses GA nya yamak :-)
BalasHapusAku juga gitu, skrg blm jago masak, tapi udah kepikiran pengen punya dapur yg bikin betah masak & eksperimen resep. Suka tertarik lihat foto2 desain interior dapur yg nangkring di internet. Ajarin masak, Mak... :)
BalasHapuskalo punya dapur sesuai keinginan pasti masaknya lebih semangat ya mak...:)
BalasHapussemoga tercapai impiannya ya mak ^_^
ah andai ketika mampir disini ada siomaynya yang lezatos hehe, mak dapur saya kecil mak, tapi cukup puas karena deket taman, bersih pula alias gak dipake aka gak pernah masak hehe, semoga dapur impiannya segera terwujud ya. aamiin
BalasHapus