Gede Andika, Pemuda Inspiratif dari Buleleng Bali

Gede Andika, Pemuda Inspiratif dari Buleleng Bali 

Pandemi Covid-19 telah berlalu, anak-anak sudah kembali bersekolah dengan normal dengan tawa ceria karena mereka bukan hanya bisa belajar juga bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.

Namun pandemi menyisakan banyak cerita yang kelak akan dikenang. Salah satu cerita inspiratif dari masa pandemi adalah sosok Gede Andika dari Buleleng Bali. Pandemi mengguncang semua sektor kehidupan yang paling terasa adalah sektor pariwisata. Bali yang menjadikan pariwisata sebagai sektor penggerak ekonominya lumpuh yang berimbas pada perekonomian keluarga. Banyak anak yang harusnya sekolah secara online tidak melakukannya karena tidak ada dana untuk membeli kuota. Itu yang dirasakan Gede Andika saat pulang kampung ke tempat kelahirannya Desa Pemuteran kab. Buleleng Bali. Ia mendapati jalanan yang biasanya rame dengan lalu lalang wisatawan asing, kini sepi. Anak-anak yang seharusnya sekolah daring hanya bermain-main di rumah karena tidak memiliki handphone apalagi  kuota.

Kelas KREDIBALi


Ini membuat hati Gede Andika miris, apalagi ini terjadi pada anak-anak di kampung halamannya, desa Pemuteran. Ia memutuskan menunda keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S2 dan membantu anak-anak ini dengan merintis KREDIBALI yang merupakan singkatan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan dengan kegiatan mengadakan kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak dari SD sampai SMP yang tidak bisa mengikuti kelas daring. Tidak seperti kursus biasanya, KREDIBALI ini hanya menerima siswa dengan bayaran sampah plastik.

Banyak anak-anak yang tertarik untuk ikut kegiatan ini tapi Gede Andika membatasi hanya untuk siswa/siswi yang tidak mampu, siswa yang orang tuanya penerima bantuan sosial dan BLT, juga siswa yang orang tuanya terkena dampak COVID-19 karena bekerja di sektor pariwisata.

Sampah plastik yang dibawa para siswa akan dikumpulkan lalu ditukarkan dengan beras. Dan beras ini akan diberikan pada lansia  yang membutuhkan.

Dalam program penukaran sampah plastik ke beras KREDIBALI bekerja sama dengan Plastic Exchange yaitu sebuah program yang diinisisasi oleh Made Janur Yasa aktivis lingkungan dan kemanusiaan asal Bali.

KREDIBALI

Kelas KREDIBALI  mengajarkan bahasa Inggris dan diadakan setiap hari Minggu dan kelas dibagi menjadi 3 tingkatan basicjunior dan general. Untuk pengajarnya sendiri kini ada 6 orang termasuk Gede Andika, dan tak jarang ada relawan yang ikut mengajar.

Salah satu alasan memilih bahasa Inggris karena Bali sebagai salah satu tujuan wisata Dunia, masyarakatnya akan kerap berinteraksi dengan orang asing dan berbahasa internasional,  dan banyak masyarakat Bali bekerja di sektor wisata, karena itu sangat penting memiliki kemampuan berbahasa Inggris terlebih desa Pemuteran adalah salah satu desa yang banyak dikunjungi wisatawan sebelum pandemi.

Mengajak anak ikut KREDIBALI


Selain itu program pembarayan dengan sampah plastic secara tidak langsung mengajarkan anak-anak akan kepedulian pada sampah, bagaimana mereka memililah sampah dan menjadi tahu dampak sampah platik yang tidak bisa hancur jadi harus didaur ulang.

Apa yang dilakukan Gede Andika bukan tanpa hambatan salah satunya  dari aparatur desa yang khawatir dengan protokol kesehatan anak-anak. Setelah Gede Andika memberikan pemahaman disertai berbagai riset yang telah dilakukan dan tegasnya aturan protokol kesehatan yang diterapkan, akhirnya dari pihak desa memberikan izin untuk menggunakan ruangan rapat. Lalu dari pihak orang tua juga awalnya menentang anaknya mengikuti KREDIBALI karena takut biayanya mahal. Setelah diberitahu tidak dipungut biaya dan hanya membawa sampah plastik akhirnya kini banyak orang tua yang mendukung anaknya agar bisa mengikuti kursus di KREDIBALI.

Karena kegiatannya ini  I Gede Andika Wira Teja menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra Indonesia sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19.

 

Referensi.

www.idntimes.com

www.satu-indonesia.com

www.goodnewsfromindonesia.id

Tidak ada komentar