Tentang Keberuntungan

Tentang Keberuntungan

Masih ga nyangka anak gadis keterima di sman favorit Tangsel. Sejujurnya saya sempat tidak pede waktu anaknya nyeletuk pengen nyoba masuk sman itu karena namanya favorit pasti banyak peminat, saingan banyak. Daripada peluangnya kecil atau malah tidak memiliki peluang lolos, saya saranan pilih sman lain, yang penting negeri, si anak gadis pun nurut.

Lomba Indomaret dan kalah 😀


Detail menaklukan sekolah negeri dengan jalur prestasi bisa di baca di   Menaklukan sekolah negeri dengan jalur prestasi 

Bisa dibilang kami beruntung. 

Tapi saat kata beruntung itu diungkapkan orang lain kok rasanya gimana gitu heuheu. Jadi seorang teman (orang tua teman sekolah anak gadis) saat ketemu bilang - setelah mengucapkan selamat,”Beruntung ya Mam Azka, kadang orang pintar kalah sama orang beruntung.”

Benarkah sekedar beruntung? 

Kalau dipikir-pikir dan flash back ke belakang, anak gadis keterima di sman bukan semata keberuntungan. Nilai akademisnya memang ga wow, di atas rata-rata sedikit, nilainya kisaran 80 sampai 85, tergantung mata pelajarannya hahaha. 

Rajin ikut kejuaraan, ga selalu menang, pernah mau nangis karena lawannya lebih tinggi 😀


Tapi perjuangan untuk akhirnya juara di kejuaraan nasional bela diri tingkat SMP ini cukup panjang. Dia konsisten aktif latihan bela diri sejak kelas 4 SD dan terus berlanjut sampai kelas 3 SMP. Seminggu latihan 2 sampai 3 kali (hanya saat pandemi off latihan), jam latihan bisa bertambah jika akan ikut kejuaraan. Sepanjang aktif bela diri sudah 7 kali ikut bertandingan, dari tingkat sekolah, kota, daerah hingga akhirnya pertandingan ke 8 ikut kejurnas. Peran saya dan suami dikegiatan ini kecil, artinya tanpa paksaan, kalau ikut lomba pun yang dia yang mau bukan dorongan kami.

Keberuntungan adalah saat kesempatan datang pada waktu yang tepat sesuai skenario sang Pencipta. 

Boleh baca Prestasi bidang literasi 

Di luar latihan itu, dia harus tetap belajar agar nilai akademiknya bagus, kami mentargetkan nilai akademiknya masuk 10 besar di kelas. Jadi kalau hasil ujiannya kurang bagus, pasti kena semprot bapaknya. Belum termasuk juga menghadapi kegalakan mamanya kalau ngajarin matematika hahaha. Belum termasuk saya mendorongnya untuk tetap menggambar  dan ikut lomba gambar online. Di luar itu si anak yang senang berorganisasi tidak pernah mau ketinggalan ikut kegiatan ini itu di sekolah.



Salah satu  event lomba gambar online dengan skala nasional dan diikuti profesional adalah lomba menggambar kemasan Teh Botol Sostro tahun 2020 tapi kalah, kedua lomba gambar Indomaret 2023 tapi  kalah juga dan yang membuat saya salut dia tidak putus asa malah meng apply jadi freelancer gambar.

Sejujurnya saya pernah ada di moment kecewa karena anak tidak menonjol secara akademik di sekolah, katakanlah nilai rata-ratanya tidak sampai diperingkat 1,2,3 di kelas sampai saya teringat 8 kecerdasan versi Howard Gardner. Belum lagi kecerdasan spiritual dan emosional.Yap setiap anak punya kecerdasan yang unik yang tidak selalu berkorelasi dengan nilai akademik di sekolah. Si anak cerdas kinestetik, visual atau interpersonal mungkin tidak menonjol dalam bidang akademik di sekolah tapi menonjol di bidang lain. Jadi buat mama-mama yang anaknya secara akademik biasa aja di sekolah, bukan berarti anak kita bodoh atau tidak memiliki bakat, tapi bakatnya ada di bidang lain, tinggal digali jika belum kelihatan. 

Sebagian besar dari kita masih mengkorelasikan  pintar dengan nilai akademik, semua nilai mata pelajaran tinggi di sekolah berarti anak pintar. Berbahayanya jika mindset ini masuk ke dalam benak anak, jadi dia merasa bodoh jika ada nilai  mapel kecil, timbul rasa rendah diri dan merasa tidak mampu padahal dia hanya belum menemukan kelebihannya.   

Anak saya pernah ada di posisi ini, tapi saya selalu meyakinkannya, dia bisa hanya  timeline yang berbeda untuk keahlian yang memang bukan bakatnya. Misal untuk paham matematika mungkin dia butuh waktu belajar lebih banyak dari temannya yang pintar matematika, tapi dia butuh waktu sedikit untuk bisa menggambar dengan detail dan belajar berenang dengan baik.   Saya bilang, kamu hanya perlu paham matematika dasar karena terpakai dalam keseharian, selepas sma bisa pilih jurusan yang ga ketemu matematika  heuheu. 

Bayangkan betapa kakunya dunia ini jika semua anak (yang kelak jadi orang dewasa) jago matematika, kita tidak dapat menikmati film animasi yang ciamik, film dengan cerita yang mengaduk emosi, musik yang enak di dengar atau permainan olahraga yang seru di tonton, tidak ada orang yang menyampaikan hal spiritual yang membuat hati adem tentram. 

Albert Einstein say, Everybody is genius but if you judge a fish by it's ability to climb a tree it will live it's whole life believing that it's stupid

Salah satu buku parenting yang saya baca saat anak-anak masih balita dan berkesan Battle Hymn of the Tiger Mother, yang membuat saya berpikir kadang perlu jadi  Tiger Mom untuk mendukung bakat dan minat anak. But every family has different rules, different value, yang cocok untuk keluarga kami belum tentu cocok untuk keluarga yang lain, begitu pula sebaliknya.

Btw, semangat membersamai anak-anak. Setiap anak membawa bakatnya masing-masing. 

Albert Einstein say, Everybody is genius but if you judge a fish by it's ability to climb a tree it will live it's whole life believing that it's stupid

Tidak ada komentar