Petani Millenial, Mendapat Berkah dari Kebun

Cerita Petani Millenial, Mendapat Berkah dari Kebun

Mindset jadi petani bukan pilihan profesi keren dan tidak menjanjikan kesejahteraan hidup masih tertanam di benak sebagian besar masyarakat, tak heran sedikit sekali generasi muda pada profesi ini, lahan pertanian pun banyak beralih fungsi menjadi perumahan seiring perkembangan sebuah kota. Saya masih ingat saat main ke sawah melihat nenek buyut menanam padi atau saat memanen beberapa tahun kemudian lahan itu berubah jadi perumahan. Hal yang sama terjadi juga di tempat saya tinggal kini, di pinggiran Kab. Bogor, kebun pisang dan singkong berlahan di caplok developer dijadikan perumahan.

Jadi petani di rumah

Apa sebab? Menjadi petani penghasilannya tidak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, sayangnya dengan pengelolaan tidak baik hasil jual tanah ini juga habis dengan cepat, yang terjadi bisa ditebaklah ya.

Sementara disisi lain, ada beberapa petani milenial, bisa berkecukupan dari hasil bertani? Kok bisa? Salah satu sebabnya, tidak semua petani bisa beradaptasi dengan keadaan jaman, entah dalam memanfaatkan teknologi pemasaran atau ‘ilmu’ bertani yang efektif, dimana jeda waktu menanam dan memanen tidak merugikan, termasuk ‘ilmu’ menghadapi masalah hama. Beberapa petani takut menaikkan harga jual walaupun seribu dua ribu, dengan alasan takut tidak laku, ini terjadi di petani di tempat saya tinggal, artinya harga jual hasil pertanian dari selama beberapa tahun tidak mengalami kenaikan sementara harga kebutuhan dasar naik. Contohnya harga singkong, ubi dan pisang.

Disinilah pentingnya para petani milenial, para petani muda, sarjana pertanian berkolaborasi. Selain itu perlu juga merubah mindset jadi petani tidak keren dan tidak sejahtera pada generasi berikutnya. Perubahan mindset ini tentunya tidak bisa dilakukan dengan kata-kata tapi action. Perlunya mengekspos petani muda yang sukses.

Talk show hari menanam pohon nasional


Hari minggu lalu, 28 November 2021, saya mengikuti Talk Show secara daring dengan tema ‘Cerita Petani Millenial, Mendapat Berkah dari Kebun’ bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Nasional.  Hadir dalam Talk Show ini Soraya Cassandra selaku Founder Kebun Kumara, Adrian RD Putera selaku Project Manager Program Makmur PT Pupuk Kaltim Timur (PKT), dan Iqba petani  millennial binaan PKT. Talk Show yang dihadiri media, blogger dan masyarakat umum ini bertujuan meningkatkan generasi muda di bidang pertanian, dimulai dengan bercocok tanam di rumah.


Karena talk show ini sekaligus memperingati Hari Menanam Pohon Nasional, ada acara simbolis menanam pohon. 


Menjadi Petani di rumah sendiri

Sebagai inspirasi berkebun di rumah teman-teman bisa kunjungi instagram Kebun Kumara, kebun yang digagas mba Soraya Cassandra ini bisa jadi penyemangat teman-teman yang ingin berkebun tapi bingung mulai dari mana atau bagaimana caranya. Seperti diungkapkan mba Soraya,”Kebun Kumara dibuat untuk mengajak  lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani di rumah sendiri dan membiasakan melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi”.

Yap berkebun tidak hanya mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri dengan hasil panen yang didapat juga berkontribusi untuk menjaga keseimbangan ekosistem di bumi.

Oh ya aktivitas berkebun juga bisa jadi stress release, itu yang saya rasakan, membuat suasana hati tenang dan terhibur.

Boleh baca Usaha Tanaman Hias 

Berkebun di rumah tak harus menunggu punya lahan luas tapi dengan memanfaatkan space yang ada di rumah. Jenis tanaman yang kita tanam bisa disesuaikan dengan kesukaan dan atau kebutuhan. Buat bu ibu mungkin bisa dimulai dengan menanam rempah-rempah, sayuran yang muda ditanam seperti tomat, selendri, cabe.

Yuk mulai menanam!

Senangnya dapat Kit Berkebun dari Demfarm, langsung eksekusi nanam bareng anak-anak nih.



Inspirasi dari Iqbal, petani millennial


Iqbal adalah seorang petani muda dari Jember, lulusan sarjana pertanian yang memutuskan menjadi petani. Keputusan yang membuatnya mendapat komentar yang kurang lebih seperti ini,”Sekolah  tinggi-tinggi kok jadi petani?” Ya walaupun sarjana pertanian jarang lho yang memilih jadi petani, kebanyakan bekerja di kota dibidang yang kadang tidak ada hubungannya dengan pertanian.

Bagi Iqbal menjadi petani adalah sebuah penggabdian, petani juga membutuhkan regenerasi, artinya harus ada anak muda yang menjadi petani menggantikan generasi tua, generasi kakek dan orang tua kita. Bagi Iqbal modernisasi adalah sebuah peluang yang potensial untuk pertanian, yang perlu digarap dengan melakukan terobosan dan inovasi.

Iqbal juga menyoroti kenapa petani dulu identik dengan keterbatasan ekonomi, karena kebanyakan petani tidak tahu ilmunya, ilmu strategi pasar dan mengadopsi teknologi sehingga bertani tidak menjadi pekerjaan berat secara fisik.

‘Jadi petani harus tahu pasarnya. Punya strategi sejak awal. Jika kita paham dengan teknologi pertanian, kita lebih mudah dapat peluang untuk sukses, ini jadi latar belakang saya memilih profesi menjadi petani, kan tujuan dari pekerjaan profit,’ jelas Iqbal.

Sebagai contoh Ia bisa memanen (semangka) sebanyak 4 kali dengan masa tanam 60 hari. Iqbal menghimbau agar generasi muda mengembangkan sektor pertanian.

Program Makmur dari PKT

Sebagai perusahaan pupuk terbesar di Indonesia PT Pupuk Kaltim Timur (PKT) memiliki program Makmur  yang dapat yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

Program yang sudah berjalan ini terbukti dapat meningkatkan produktivitas pada komoditi jagung dan padi hingga 42 dan 34 persen.



Adrian RD Putera selaku Project Manager Program Makmur PT Pupuk Kaltim Timur (PKT), mengatakan program ini merupakan komitmen perusahaan dalam meningkatkan pemberdayaan dan produktivitas pertanian di Indonesia menuju Indonesia Swasembada Pangan.

Program Makmur memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan project leader, asurasi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi dan offtaker.

Program ini berlaku untuk semua petani termasuk petani millennial dengan harapan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa tercapai.  

Yap, sudah seharusnya kita bisa Swasembada Pangan, karena memiliki potensi yaitu lahan yang luas, tanah subur, iklim yang mendukung dan  memiliki modal SDM yang cukup.

Yuk semangat berkebun!

Demfarm.id

Demfarm.id merupakan website yang berisi informasi tentang pertanian, bercocok tanam hingga orang-orang yang telah sukses dan informative tentang pertanian, dan info pangan. 

Demfarm juga mengulas dari sisi petani sukses atau UMKM pengolah makanan sebagai inspirasi bagi pembaca.

Salah satu program yang didorong Demfarm adalah Urban Farming dengan mengajak masyarakat memanfaatkan lahan sekitar untuk kebutuhan pangan dan tanaman, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun bisnis.

Yuk cari info berkebun di Demfarm!

 

 


24 komentar

  1. Bener, Mba.. Petani millenial di rumah pun bisa jadi lahan kebunnya. Ga harus punya lahan yg luas

    BalasHapus
  2. Kagum dengan komitmen dan konsistensi para petani sih dalam menggarap lahannya. Butuh kerja keras dan ketekunan yaaah.

    Makin kagum dengan berbagai program dan visi dari Demfarm yang ingin membantu mengembangkan para petani millenial nih! Salut!

    BalasHapus
  3. Mas Iqbal keren ya ... justru seperti Mas Iqbal ini yang keren, sekolah tinggi dalam ilmu pertanian dan kemudian memilih menjadi petani. Pastinya dia jadi petani yang cerdas dan kreatif.

    BalasHapus
  4. Iyaa sepupu aku ambil rumah di daerah arah muncul luruus terus. Jadi hunian ramai ya di sana mba.
    Oh ya moga makin banyak anak muda kayak Iqbal ya mba. Bisa kok makmur petani Indonesia, asal juga nggak ada yg korup dlsb. Pemuda kayak Iqbal gini perlu sorotan dan support ya mba. Demfarm programnya keren..

    BalasHapus
  5. Bapakku yang notabene Petani yang belajar secara turun menurun, memang berbeda dengan Suamiku yang Sarjana Pertanian (belajar dengan teori2 pertanian). Ilmunya sama-sama bagus namun metodenya ada yang berbeda, makanya seru saat mereka bisa kolaborasi. Cita-citaku ingin meneruskan jadi Petani, harus segera diaplikasikan nih jangan sekedar wacana, terinspirasi dari Mas Iqbal.

    BalasHapus
  6. Kayaknya jaman sekarang untuk jadi petani emang gak susah ya..secara panduan untuk menanam dan sejenisnya banyak banget di internet..Kalangan millenial memang potensial untuk jadi petani dengan kemampuan teknologinya

    BalasHapus
  7. Pertanian kini jadi keyword yang menarik bagi siapapun ya mbak, termasuk bagi kaum milenial. Di forum² diskusi bisa jadi makin hangat kalau sudah mulai bahas pertanian.

    Saya di Cilacap sering juga gabung dengan anak² santri tani milenial. Semoga ini membawa dampak baik bagi masyarakat Indonesia khususnya

    BalasHapus
  8. Keren ya mas Iqbal, anak2 muda skr harus nyontoh mas iqbal. Jd petani tu keren coba kalo ga ada petani siapa yg mensuplai bahan makanan. Kita butuh anak2 muda kaya gini supaya sektor pertanian bwrkembang.pesat

    BalasHapus
  9. Sebagai sesama SP, saya rada malu nih sama mas Iqbal hahaha.
    Soalnya habis lulus dulu, emang saya niatnya langsung cari kerja (dan jelas bukan di bidang pertanian).
    Sampai ada candaan ya buat IPB (bukan almamater saya hehehe) yg kepanjangan P-nya diganti dengan Pleksibel hehehe.Institut Pleksibel Banget karena emang lulusannya ke berbagai bidang.

    BalasHapus
  10. Aahhh, keren banget ya Petani Milenial. Salut dengan hadirnya Demfarm sebagai Urban Farming yang mengajak masyarakat memanfaatkan lahan sekitar untuk kebutuhan pangan dan tanaman, untuk kebutuhan sehari-hari maupun bisnis.

    BalasHapus
  11. Salah satu yang menyenangkan dari pandemi adalah banyak rumah yang menjadi hijau. Karena timbul hobi baru yaitu bercocok tanam. Ada yang tanaman hias hingga tanaman yang bisa dikonsumsi.

    Ya mudah-mudahan aja akan terus banyak petani millenial. Dan semoga setelah itu gak hanya skala rumahan. Tetapi, pertanian di Indonesia juga bisa semakin maju

    BalasHapus
  12. Keren lho ada anak muda yang punya passion di dunia tanam menanam. Semoga makin banyak yang tergerak seperti kak iqbal.

    BalasHapus
  13. Penasaran bnget dengan program Makmur ini. Pengen ikutan dbina. Hihihi. Tapi sayangnya kalau lihat usia, bukan kaum milenial lagi. Jiwanya yang masih milenial. Ya nggak? Ya, nggak? Hehehehe

    BalasHapus
  14. Termasuk suami saya nih, lulusan teknik pertanian, tapi kerjanya di bidang it... Bagus banget nih program makmur, semoga petani indonesia semakin maju...

    BalasHapus
  15. program yang bagus dan inspiratif ya mbak
    klo diolah dengan baik ala petani milenial gini, berkebun juga bisa menguntungkan ya

    BalasHapus
  16. Wah, menarik sekali ini mbk acaranya. Keren banget mas Iqbal, bener bener melihat peluang. Semoga petani Indonesia semakin makmur

    BalasHapus
  17. Program dan visi dari Demfarm sangat patut kita dukung, dan acungi jempol banget nih.
    Salut banget dgn Demfarm yg ingin membantu mengembangkan para petani millenial

    Karena memang butuh bgt generasi muda utk mencintai aspek ini.

    BalasHapus
  18. asik banget nih, aku kepoin webnya sebab aku juga suka berkebun kecil2lan, selama pandmei, teman2 pada nana bunga, aku nanam yang bsia dimakan dan ditungguin buahnya, hahaha. Pete dan surian pun kutanam, yang sering panen nih Bayam Malaysia dan pisang

    BalasHapus
  19. Selamat Hari Menanam Pohon Nasional.
    Semoga dengan adanya perayaan Hari Menanam Pohon Nasional, kita semua terutama generasi muda bisa memaknai dan menghargai jerih payah petani, profesi yang kini mulai bangkit lagi karena anak muda zaman digital adalah anak muda yang pintar mengembangkan ide-ide kreatif seperti kisah Iqbal, sang petani muda.

    BalasHapus
  20. Salut sama mas Iqbal, betul banget petani juga perlu regenerasi, kalau nggak ada yang mau jadi petani lah kita makan apa yaa. asal tau ilmunya insha Allah sukses pasti di dapat.

    BalasHapus
  21. Setuju dengan pendapat jadi petani harus tahu pasar dan teknologi pertaniannya. Sedih emang karena pada kenyataannya tidak sedikit petani kita masih belum lihai strategi pasar, gampang diombang-ambingin tengkulak.

    Semoga ke depan petani semakin lihai melihat pasar dan ahli memanfaatkan teknologi sehingga meminimalisir modal tanam dan bisa menyalurkan hasil tanam dengan tepat.

    BalasHapus
  22. Di masa kayak sekarang, jadi petani juga gak kalah menguntungkan dan bergengsi ya. Pakai teknologi dan internet juga. Jadinya gak heran kalo milenial juga banyak yang tertarik.

    BalasHapus
  23. Saya garis bawahi banget untuk pesan kolaborasi antara petani dan sarjana pertanian untuk memajukan petani. Bapak saya sendiri adalah seorang petani tradisional yang juga belum banyak ilmu. Tapi keren sekali webinarnya ini, membuka wawasan banget.

    BalasHapus
  24. Nah sebenernya, berkebun itu memang bisa dimana aja walo space sangat terbatas. Tergantung dari orangnya ya mba, apa memang telaten dan mau mengurus tumbuhannya atau ga. Kayak aku sendiri, termasuk yg ga suka sebenernya bercocok tanam 😅. Ga telaten aja sih. Kasian tanamannya kalo sampe mati. Tapi terkadang Yaa, kalo melihat kebun orang lain, seneng aja liatnya, apalagi subur dan menghasilkan 😄. Salut Ama semua petani dan orang2 yg hobi dan ahli soal berkebun ini.

    Semoga dengan adanya website demfarm ini juga, bisa sebagai referensi lengkap utk para petani dan orang2 yg ingin belajar berkebun

    BalasHapus