Yap, mengajak anak – anak berlibur/mengunjungi
suatu tempat baru sama dengan mengajarkan mereka banyak hal baru. Dan yang
lebih asik mereka belajar tanpa merasa diajari, enjoy, happy, learning by doing,
tak heran mereka akan mengingatnya dengan baik dalam waktu cukup
lama.
Saya selalu ingat antusiasme anak – anak saat
berada di tempat wisata baru, bukan sekedar kegembiraan yang terlihat di wajah
mereka, juga rasa ingin tahu dan sok tahu. Ya, kadang mereka sok tahu jika melihat
sesuatu yang sudah mereka baca di buku, seperti saat kami mengajak mereka wisata
alam ke daerah pegunungan dan mereka melihat seekor elang di angkasa.
“Itu pasti elang jawa, iya kan, Ma. Dinamai
elang jawa karena dia adanya di pulau Jawa.”
Anak – anak juga biasanya tak cukup melihat, ga
‘ kotor – kotoran ‘ rasanya kurang afdol. Seperti saat mereka melihat air dan
batu belerang ini.
Wisata alam |
Jadi agar perjalanan liburan selalu membuat anak –
anak mendapat ‘pelajaran’ baru, biasanya kami memvariasikan tempat libuan yang
kami kunjungi.
Museum
Agar berkunjung ke museum menjadi wisata yang
asik dan tidak membosankan untuk anak – anak, sebaiknya tema museum yang
dikunjungi disesuaikan dengan usia mereka. Misal untuk anak usia 4 – 7 tahun museum
yang dikunjungi diantaranya museum zoology, museum serangga, museum geologi, museum
transportasi, karena tema ini mudah dipahami mereka. Sebaliknya usia ini kurang
cocok diajak ke museum senirupa.
Wisata sejarah
Mengunjungi
tempat yang memiliki nilai sejarah seperti candi, keraton, masjid bersejarah, benteng
yang dibangun saat jaman penjajahan, atau gedung yang masih berdiri dan
memiliki nilai sejarah.
Wisata kota - keliling kota
Liburan tak harus selalu keluar kota, liburan
di dalam kota pun bisa lho dan asiknya lagi bisa dilakukan saat weekend, ga harus nunggu liburan
panjang. Wisata keliling kota mengenalkan anak pada banyak sudut kota yang
jarang mereka lihat.
Asiknya lagi, kini beberapa kota memfasilitasi
wisata keliling kota dengan bis khusus untuk wisata keliling kota dengan harga
tiket bersahabat, dilengkapi guide
yang akan memandu dan bercerita selama perjalanan mengenai sejarah kota plus
sejarah tempat/gedung yang dilewati.
Jika wisata keliling kota dilakukan secara
mandiri, artinya tidak menggunakan bis khusus keliling kota, sebaiknya
menggunakan alat transportasi publik agar anak – anak merasai dan tahu beragam
transportasi publik. Pelajaran lain mengajak mereka menggunakan transportasi publik
adalah mengenalkan konsep hemat energi.
Yang bisa dipelajari dari wisata keliling kota;
sejarah kota yang mereka tinggali secara garis besar, tempat dan nama gedung
penting,
Wisata Alam
Pantai dan pegunungan adalah wisata alam favorit kami dan yang pernah kami
kunjungi baru pegunungan dan pantai sekitar Jawa Barat. Impiannya sih kalau pak
suami bisa cuti panjang dan ada rejeki kami ingin mengajak anak – anak
mengunjungi pegunungan di luar Jabar, salah satunya wisata ke Dieng.
Dieng merupakan dataran tertinggi kedua di
dunia setelah Tibet dengan tinggi 2000 mdpl dan merupakan dataran tinggi
terluas di Indonesia yaitu 600.000
hektare. Dan Dieng tidak hanya menawarkan wisata pegunungan, ada wisata sejarah
berupa candi dan telaga alam yang unik.
Komplek Candi di
Kawasan Dieng
Menurut penelitian candi yang berada di kawasan
Dieng ini merupakan candi tertua agama Hindu yang dibangun sekitar abad ke – 7,
candi – candi di sini merupakan tempat pemujaan untuk dewa Siwa.
Candi di kawasan Dieng |
Jumlah candi di kawasan Dieng awalnya berjumlah
sekitar 400 bangunan, karena banjir besar yang pernah melanda kawasan ini, kini
bangunan candi yang tersisa hanya 8 buah.
Akibat bencana ini pula masyarakat hindu Dieng mengungsi ke Tengger,
Bromo dan Bali.
Telaga Menjer
Danau dengan luas 70 hektare dan kedalaman 60
meter, merupakan danau terbesar di kawasan Dieng. Berada di bawah gunung Sikudi
yang masih jarang dikunjungi. Dikelilingi perbukitan sehingga berudara sejuk. Telaga
Menjer dijadikan PLTA bagi sebagian masyarakat Dieng.
Telaga Warna
Ini dia salah satu destinasi wajib bagi yang
berkunjung ke Dieng, telaga warna. Dinamai telaga warna karena air pada telaga
ini dapat berubah warna, hijau, kuning bahkan pelangi. Secara sains, perubahan
warna ini terjadi karena kayanya kandungan sulphur yang bertemu dengan paparan
sinar matahari.
Waktu yang tepat untuk mengunjungi telaga ini
adalah pagi hingga siang hari. Untuk mendapatkan spot terbaik untuk berfoto
atau santai, kita bisa ke bukit ratapan angin.
Ada banyak paket wisata lain di kawasan Dieng
ini seperti, Dieng Culture Festival, menjelajahi gua Jaran atau berkunjung ke
Dieng Plateau Theater.
Akses menuju Dieng juga relative mudah, dari Bandar udara Adi Sucipto Yogyakarta atau Adi Sumarno Solo, pilih transportasi darat
menuju kecamatan Wonosobo. Dari terminal Mendolo, Wonosobo, gunakan angkutan
berwarna kuning untuk sampai ke kota Wonosobo, dari sana lanjut menggunakan microbus
menuju Dieng. Perjalanan darat ini memakan waktu sekitar 1.5 jam.
Jadi sepertinya tak cukup ya jika hanya sehari mengunjungi
Dieng karena ada banyak tempat menarik yang sayang jika tidak dikunjungi. Tapi kini
ada paket wisata ke Dieng dari Traveloka, di mana paket sudah termasuk tiket
pesawat dan hotel. Wah mantap banget nih, cocok untuk saya dan suami yang
biasanya ga mau pusing kalau jalan – jalan, maunya tinggal duduk manis dan
menikmati liburan.
Apapun pilihan liburan teman – teman akhir
tahun ini, semoga lancar dan kembali ke rumah dengan selamat. Selamat berlibur!
Tidak ada komentar