Assalamulaikum teman – teman,
Ada yang pernah ikut
pameran/jualan di pameran? Waktu kuliah saya beberapa kali jualan di pameran
tapi yang dijual bukunya orang (penerbit), dua kali jadi kasir penerbit Mizan
waktu pameran buku Bandung di Braga, honornya lumayan bikin mendadak jadi
mahasiswa banyak duit dan rela ninggalin jam kuliah hahaha.
Bulan lalu pertama kalinya saya
ikut pameran dengan barang yang dijual bunga dan dagangan milik sendiri.
Tepatnya di event Florikultura Indonesia yang diselenggarakan di kampus IPB Baranangsiang.
Pameran rutin yang diselenggarakan IPB, dengan tema pameran Buah dan Bunga tapi
atas saran Presiden penyelenggaraan dipisahkan antara pameran bunga dan buah
perdua tahun sekali. Jadi kalau tahun ini pameran bunga, tahun depan pameran
buah, begitu seterusnya. Tujuannya mengangkat petani dan pertanian lokal,
membangkitkan Florikultura Indonesia sehingga bisa menjadi tuan di negaranya
sendiri.
![]() |
Tari daerah pada acara pembukaan |
Sedikit mengenai bisnis bunga
Setelah terjun dibisnis bunga
saya jadi tahu, hampir semua petani anggrek dendro tanah air mengimport
anakannya dari Thailand. Dan tahukah teman negara Singapura yang notabene
tanahnya seumprit dibanding Indonesia memiliki perkebunan bunga anggrek potong
yang modern, canggih dan sudah ekspor. Di Indonesia pun ada satu perusahaan
profesional yang konsen terhadap bunga terutama anggrek bulan yaitu Eka Karya.
Beru – baru ini Eka Karya menjual anggrek bulannya secara retail di beberapa
supermarket mall besar seperti AEON,
Pasific Place dsb. Jadi kalau teman – teman melihat di pintu masuk
supermarketnya ada deretan Bunga anggrek bulan (dan sedikit dendro) dengan
kemasan ekslusif dan harga aduhai itu produk Eka Karya.
Mengingat luasnya Indonesia dan
beragamnya keanekaragaman hayati yang dimiliki, jumlah penduduk banyak
begitupun PTN yang memiliki jurusan pertanian
harusnya ada beberapa perusahaan profesional seperti Eka Karya tapi why why…
Salah satunya mungkin mindset jadi petani yang tidak membuat
hidup makmur, kebanyakan lulusan sarjana pertanian saja sedikit yang terjun jadi petani. Kebanyakan petani bunga masih
wong ndeso bukan lulusan sarjana
pertanian, bertani yang dimulai karena ‘warisan’, turun - temurun, ada celah
menanam dan menjual bunga. Tapi generasi berikutnya (anaknya) tidak tertarik
jadi petani seperti pernah diceritakan seorang petani anggrek dendro di Tangsel
saat saya berbincang dengannya, ketiga anaknya tidak tertarik meneruskan usaha
orangtuanya, dan si Ibu pemiliknya mulai kesulitan mengelola pasca suaminya
meninggal, mencari karyawan juga sulit karena pekerja dengan bunga harus ada
rasa suka dan sayang.
Saya termasuk generasi yang saat
memutuskan kuliah tidak mau masuk jurusan pertanian. Buyut saya petani dan saya
masih inget banget main di sawah saat buyut panen padi, lahannya kini jadi perumahan
dago asri di dago Bandung.
Padahal tentu saja jadi petani bisa
hidup makmur seperti petaninya di di beberapa negara tetangga, di sinilah mungkin diperlukan usaha pemerintah, membuka
peluang dan mendampingan terutama untuk petani lokal dan tradisional untuk bisa
memperbesar usahanya dan menjadi profesional.
Katanya pameran Florikutura ini
diadakan untuk membangkitkan kembali Florikultura di Indonesia, semoga tidak
sekedar jargon dan sebatas pameran sesaat – tapi sepertinya kenyataannya memang
seperti itu hehehehe.
Florikultura
Indonesia 2017
Antara excited dan deg – deg an, saat memutuskan ikut pameran, kira – kira
pengunjungnya banyak gak ya? Kira – kira laku gak ya? Lalu Pak suami bilang,
hitung – hitung cari pengalaman, jangan
mikir mencari untung. Ehm, iya juga sih mengingat biaya yang harus kami
keluarkan untuk ikut pameran lumayan, seperti biaya sewa stand, sewa truk untuk
angkut barang, biaya menginap di penginapan karena kami baru loading
barang setelah pak suami pulang kantor (sampai bogor jam 11 malam selesai jam 1
malam) sementara besoknya harus buka jam 6 sedangkan rumah kami dari kota Bogor
jaraknya sekitar 1 jam perjalanan kalau tidak macet. Jadi daripada memikirkan cari untung mending
pahit – pahitnya aja dulu.
![]() |
stand kami |
![]() |
beberapa koleksi anggrek kami |
Kalau kata suami mah kita
‘berpetualang’ hahaha. Oh ya karena tidak punya asisten, anak – anak saya boyong.
Seru ternyata kerja bawa anak terlebih mereka excited. Tapi walaupun sekedar cari pengalaman, karena saya dan pak
suami ingin menseriusi bisnis yang dimulai dengan keisengan mengisi waktu luang
dan memberdayakan beberapa warga di kampung kami ini, jadi berusaha profesional. Satu lagi kesamaan saya
dan Pak suami, ternyata sama – sama suka
berkebun dan suka bunga hehehe.
Boleh baca ;
Mungkin teman – teman ada yang
ingin tahu berapa sih sewa stand kalau pameran seperti itu?
Di pameran Florikultura kemarin
sewa stand dihitung dengan sistem bagi hasil, panitia meminta 20% dari total
penjualan selama dua hari (20% dari total lho ya bukan keuntungan jadi lumayan
besar)
Persiapan pameran
Persiapannya sederhana, memperbanyak
stok bunga jadi dua minggu sebelum pameran kami hunting bunga kalau mengandalkan stok di green house untuk level pameran tidak cukup. Mencari truk yang mau disewa dengan harga pas, menyiapkan
barang yang akan dibawa dan menentapkan harga.
Karena kami membawa dua anak terpikir
membawa anak tetangga untuk bantu bantu dan kami gaji tapi ternyata pihak IPB menyediakan
asisten untuk menghitung transaksi jadi team kami hanya saya, suami dan 2 anak.
Pada hari kedua dapat bantuan tenaga, petani bunga rekanan kami membantu full
day. Jadi hemat biaya asisten hehehe.
Hari H
Menurut panitia acara dibuka jam
8 pagi dan semua peserta pameran harus siap di stand sejak pukul 6. Sudah pasti
kami tidak bisa on time karena baru
tidur jam 2 pagi termasuk anak – anak, membangunkan anak – anak yang agak sulit
antara mereka sulit bangun dan saya tidak tega banguninnya hahaha, dan seperti
sudah diduga acara tidak benar – benar dimulai jam 8 pagi hehehhe.
Saat pembukaan pameran semua
peserta harus memakai baju batik. Karena pemberitahuan memakai baju batik mendadak
peserta dari daerah yang tidak membawa batik diperkenankan memakai baju bebas
tapi sopan. Catatan buat panitia harus lebih detail soal acara.
Pameran dibuka Ibu Wakil Presiden Mufidah Yusuf Kalla
Saat acara pembukaan pameran tidak
dibuka untuk umum dengan alasan keamanan. Setelah mengucapkan sepatah dua kata
dan gunting pita, Ibu wakil negara
berkeliling stand pameran, stand yang disinggahi beliau stand – stand
perwakilan daerah, ini sangat bisa dipahami hehehe.
![]() |
Ibu wakil presiden Mufidah Yusuf Kalla (berkebaya puth kerudung ungu) saat mengunjungi salah satu stand pameran |

Si Kaka selfie sama Ibu wakil
presiden, lha gimana ceritanya? Ceritanya Kaka ingin memberikan rangkaian bunga
dan hampir tidak bisa karena pengawal Ibu wakil presiden banyak, saat udah
pasrah eh Ibu lewat samping stand kami,
jadilah Kaka yang memang pede an (emaknya kalah kalau soal keberanian dan
kepercayaan diri) memberikan rangkaian bunga vanda douglas.
Acara florikultura Indonesia 2017 diramaikan dengan lomba busana bertema bunga, merangkai bunga, pawai kendaraan hias, live musik, tidak ketinggalan door prize untuk mengunjung.
![]() |
Tiga dari puluhan peserta lomba busana anak dengan tema bunga |
Antusiasme Pengunjung
Walaupun niat pameran sekedar
mencari pengalaman saya sempat mencereweti panitia dengan pertanyaan soal keramaian acara
di event tahun lalu. Ramai tidak? Apa banyaknay mengunjung sebanding dengan
transaksi? Secara jualan bunga bukan seperti jualan makanan yang semua orang
butuh, bunga bukan pula kebutuhan sekunder. Kasarnya, buat apa beli bunga puluhan hingga ratusan ribu. Jadi yang
membeli bunga uangnya sudah berlebih. Kalau pameran sepi pengunjung kan
salting.

Di hari pertama saya mendapat
kunjungan special, teman – teman blogger pasti kenal blogger ngehits asal Bogor
ini, Mba Arin Murtiyarini J
Hari ke 2
Hari kedua kami datang terlambat
tapi untuk standnya sendiri sudah buka sejak pagi karena panitia pendamping
sudah membukakan stand. Keterlambatan selain karena macet juga kami harus
packing stok bunga yang akan dibawa.
Karena datang kesiangan beberapa
teman yang menyempatkan diri datang tidak bisa saya temui, maaf ya mba
Murti dan mba Ratri, padahal pengen
banget ketemu setelah sekian purnama tidak jumpa.
Alhamdulillah dapat kunjungan
lagi dari teman yang juga sudah tidak asing di dunia blogger, siapakah dia?
Benar, Melly Felyadin.
Hari kedua lebih ramai mengunjung
dan Alhamdulillah jualan kami laris manis walaupun menjelang sore dagangan kami
sale, yang penting habis, jadi truk
dan mobil kosong. Nah di hari kedua ini saya bertemu beberapa Bu – Ibu yang
nawarnya bikin saya tertawa sarkas, ceritanya akan saya tulis di lain post. Bu –
ibu kalau uda nawar kadang kebangetan tapi saya tidak termasuk bu – ibu yang
seperti itu ya hahaha.
Berjualan di pameran itu menyenangkan kalau ramai pengunjung dan ramai pembeli.
Asisten Mama
Seperti Pak Suami bilang ikut
pameran ini itung – itung cari pengalaman dan petualangan untuk anak – anak.
Kakak full jadi asisten Mama, menyapu lantai stand, beres – beres dan
membagikan kartu tana dan satu tangkai bunga pada semua pengunjung yang mampir
ke stand kami. Cara ini ternyata cukup efektif lho, pengunjung yang asalnya
terlihat cuma numpang lewat atau nanya basa – basi jadi beli hahaha.
![]() |
we are team (plus Abi yang moto) |
Bukan hanya Kaka yang antusias
membantu Mama, adik tidak mau ketinggalan. Proud of you kids. btw, semoga jadi
pengalaman dan ‘pelajaran’ tak terlupakan untuk mereka.
Wahhh menarik banget nih mba, bisa ikut pameran ya. Aku dulu gak sengaja pernah jadi oenjual tanaman daun. Dari kecil dirawat, gitu tumbuh besar dan cantik plus beranak pinak, bisa dapat duit. Sayang pindah rumah yg sekarang kecil. Gak bisa menyalurkan hobi lagi. Tanaman aja dulu aku bagi2, cuma bawa dikit
BalasHapus