Di acara Festival Pembaca
Indonesia dua minggu lalu saya ikut beberapa workshop yang diadakan di sana,
salah satunya, workshop menulis resensi dengan hati yang di gagas komunitas
Blogger Buku Indonesia (BBI). Narasumbernya Helvy Sinaga dan Truly Rudiono,
keduanya adalah pentolan BBI.
Resensi dan Review sebenarnya
sama saja hanya berbeda istilah. Dan biasanya tiap media masa memiliki penamaan
yang berbeda untuk rubrik ini.
Namun resensi dan sinopsis adalah
dua hal yang jauh berbeda. Sinopsis adalah ringkasan/abstraksi yang bertujuan
memberikan garis besar tentang isi buku. Sedangkan resensi adalah perpaduan
ringkas antara pembahasan, penilaian, saran dan kritik terhadap isi buku.
mba Truly berikan tips-tips |
Jadi resensi adalah sebuah karya
tulis utuh bukan saduran karena di sana terdapat, interpretasi penulis sebagai
pembaca, penilaian, saran dan kritik. Sebuah resensi bersifat personal karena
penilaian setiap peresensi berbeda terhadap sebuah buku yang tidak bisa di
lepaskan dari selera, latar belakang dan sejauh mana peresensi paham dengan isi
buku tersebut.
Untuk apa meresensi
- Mengkritisi teks
- Memaknai pembacaan
- Merawat ingatan alias melawan lupa
- Resensi adalah saudara kandung membaca, jadi meresensi sama dengan belajar memaknai bacaan.
Dalam meresensi fiksi banyak hal
yang bisa menjadi bahan bahasan, kritik dan saran yaitu jalan cerita, setting,
tokoh, gaya menulis dan cober buku.
Hal yang harus di hindari saat
menulis resensi adalah;
- Meniru gaya resensi orang lain, karena resensi sifatnya karya tulis
- Spoiler
- Menggunakan kata klise
- Infomasi tidak lengkap
- Posisi curhat
Bagaimana agar resensi tembus ke
media cetak?
Setiap media cetak memiliki
karakter dan segmen pembaca yang berbeda, jadi buku yang biasa mereka resensi
juga sudah khas. Bisa di intip tipe
resensi buku yang masuk koran Kompas pasti berbeda dengan koran Jakarta,
misalnya. Jadi sebelum memutuskan mengirim resensi ke media, pastikan dulu buku
yang kita resensi sesuai selera redaksi dan pembaca media yang bersangkutan.
Sedangkan secara teknis
penulisan, untuk mengirim naskah ke media cetak hendaknya ringkas dan padat dan
terakhir jangan menyerah, artinya jika di tolak terus aja kirim lagi hehe.
Struktur menulis resensi terdiri
dari pendahuluan isi dan penutup. Pendahuluan sebagai penuntun pembaca ke
subjek buku, sedangkan isi lebih detail pada subjek dan penutup merupakan
kesimpulan dan kesan terhadap buku.
Menulis resensi untuk media selain mendapat honor, biasanya mendapatkan hadiah buku dari penerbit yang bukunya kita resensikan lho, caranya email aja penerbitnya atau tag/twit kalau bukunay sudah kita resensikan dan tembus media. Saya sudah pernah lho, dapat honor dapat buku gratis juga hehe.
Tapi bukan itu saja manfaat menulis resensi, menulis resensi membuat kita paham isi buku dan secara tidak langsung belajar menulis dengan baik.
Menulis resensi untuk media selain mendapat honor, biasanya mendapatkan hadiah buku dari penerbit yang bukunya kita resensikan lho, caranya email aja penerbitnya atau tag/twit kalau bukunay sudah kita resensikan dan tembus media. Saya sudah pernah lho, dapat honor dapat buku gratis juga hehe.
Tapi bukan itu saja manfaat menulis resensi, menulis resensi membuat kita paham isi buku dan secara tidak langsung belajar menulis dengan baik.
Untuk meresensi sebuah buku tak
jarang di perlukan studi literature untuk bisa lebih detail menggupas buku.
Acara ini di sponsori penerbit Mizan, semua peserta mendapat satu buku gratis untuk latihan meresensi. Buku yang di bagikan campur, ada buku baru dan buku lama. Saya merasa kurang beruntung, mendapatkan buku fiksi silat, bukan selera saya hehe. Rada-rada ngiri liat peserta yang dapat buku Multatuli dan John Green. Untunglah di Festival ini ada book swap, jadilah buku saya tukarkan dengan buku lain.
Acara ini di sponsori penerbit Mizan, semua peserta mendapat satu buku gratis untuk latihan meresensi. Buku yang di bagikan campur, ada buku baru dan buku lama. Saya merasa kurang beruntung, mendapatkan buku fiksi silat, bukan selera saya hehe. Rada-rada ngiri liat peserta yang dapat buku Multatuli dan John Green. Untunglah di Festival ini ada book swap, jadilah buku saya tukarkan dengan buku lain.
Menulis resensilah dengan HATI
yaitu Honest, Act more than your role model, Timely
and consistent and Inspiring.
Member BBI yang di juga di daulat
sebagai Rahib resensi di BBI adalah mas Hernandi Tanzil, resensi beliau sudah
sering tembus di berbagai media massa papan atas, seperti kompas, MI dan koran
tempo, Tempo dsb. Bahkan beliau di perhitungan untuk menilai apakah sebuah buku
masuk nominasi KLA (Khatulistiwa Literature Award). Blog bukunya bisa diintip
di sini.
Aahh pantesan resensiku belum nembus media nulisnya brlum pake HATI si...
BalasHapusThanks for sharing mak ;)
di tolak jangan patah semangat....terus nulis resensi hehe
HapusAku ikutan workshop ini juga, Mak... Niat mau diposting catatannya, tapi belum aja... Aku jg dapat buku yg gak terlalu diincar, jadi ngiri2 gitu juga sama yang lain, hehe... Tapi gak dituker di book swap, sayang kalo ga dibaca dulu :D.
BalasHapuswah sayang kita belum kenal waktu itu ya...tahu gitu sekalian kopdar...
HapusKereeen, aku paling suka nulis resensi Mak 😍, dapat ilmu lagi nih, menulis resensi dengan HATI
BalasHapussaya juga suka nulsi resensi apalagi klo dimuat dapat honor , dapat buku baru juga dari penerbit heheh
HapusAku masih suka bingung kalau meresensi buku non fiksi. Harus banyak belajar lagi nih
BalasHapusklo di buku non fiksi maksudnya jgan spoiler mungkin jgn di ulas semua isi bukunya mak, hanay sebagian saja..
Hapusbeda resensi sama review buku apa mbak?
BalasHapusBaru tau beda sinopsis dan resensi. Kalau soal menulis dengan hati mah 100% setuju. Thanks for sharing, mbak. Info yg bermanfaat nih
BalasHapus