Home is where the heart is

Ini postingan ketiga sekaligus terakhir dari sesi family time di acara family tea camp sariwangi dan tabloid nova dengan narasumber psikolog  Ratih Ibrahim.


Kunci Komunikasi Suami Istri
Sesi terakhir sekaligus paling membuat haru beberapa pasangan suami istri peserta family tea camp. Jadi ceritanya mba ratih memberi semua peserta (suami dan istrinya) masing-masing selembar kertas dan balpoint. Dan meminta menuliskan yang kita sukai dan tidak disukai dari istri/suami, setelah itu ditukarkan, jadi istri bisa baca pujian dan komplain suami, begitupun sebaliknya.

Lalu mba Ratih menunjuk salah satu peserta untuk membacakan. Nah satu peserta yang ditunjuk ini langsung menangis sebelum bicara. Dia terharu dengan yang ditulis suaminya. Suaminya menulis ucapan terima kasih karena dia sudah merawat anaknya dengan baik, tidak pernah mengeluh dsb
Satu peserta lain yang ditunjuk hampir sama, berbicara dengan nada haru hampir nangis.  Suasana malam itu jadi agak melow tapi hangat karena sepertinya masing-masing keluarga, pasangan suami istri, jadi tahu isi hati suami/istrinya.

Ya, karena merasa sudah jadi kebiasaan, jadi kewajiban  kadang kala ucapan terima kasih, pujian atau kritik dilupakan suami terhadap istri atau sebaliknya.  Saya juga kadang lupa bilang terima kasih kalau suami udah transfer uang bulanan xixixi suami juga lebih sering no komen terhadap masakan saya – tapi itu bisa dimaklumi,  mungkin karena dia bingung mau komen apa, kalau bilang enak bohong kalau bilang nggak enak takut nyakitin hati istrinya

Padahal hal-hal seperti itulah yang menjadi kunci komunikasi suami-istri. Bukan hanya membuat hubungan suami istri harmonis dan hangat tapi membuat rumah menjadi tempat kembali. Rumah menjadi tempat pulang suami pada istrinya, istri pada suaminya dan anak-anak pada ibu dan bapaknya. Jadi penyisihkan waktu setiap hari untuk bersama itu penting.



Buat saya dan suami, saling baca hal positif dan negatif masing-masing  tidak terlalu membuat  haru, karena suami saya bukan tipe yang pelit pujian tapi gak segan-segan juga mengkritik, jadi yang ditulis sudah sama-sama tahu hehe

Tapi ada kritik dia yang sepertinya baru dilemparkan katanya saya orangnya berantakan. Saya langsung verifikasi donk pas baca itu,”Berantakan gimana? “ dalam hati; saya kan hobi beres-beres.  Lihat saja meja kerja (tempat lapi nongkrong) selalu berantakan, meja rias di kamar yang berubah fungsi jadi tumpukan buku, rak buku gak pernah rapi.
Gak nerima donk! Kan repot ngurus anak, lemari buku berantakan ya karena jelas rak buku sudah gak muat. Beliin donk hehe
Kritik saya untuk miwa, dia terlalu tegas jadi saya suka menafsirkannya galak. Katanya, kalau orang sumatra ya kayak gini. Bicara dan suaranya keras, blak-blakan...

Tiga  Kunci Kehangatan Keluarga
Menurut Ratih Ibrahim ada 3 kunci kehangatan rumah.
Be there
Istri selalu ada untuk suami begitu pun sebaliknya. Dan orangtua selalu ada dan hadir untuk anak-anaknya.
Be focus
Suami dan istri masing-masing fokus pada keluarga. saat di kantor suami bekerja dengan niat fokus mencari nafkah untuk keluarga, begitupun istri. Jika istri di rumah, fokus memberikan yang terbaik untuk keluarga. Dengan fokus, kemungkinan tergoda hal lain seperti selingkuh kecil. Dari fokus akan timbul saling percaya.
Be happy
Kebagian datang dari keikhasan suami dan istri menerima kekurangan masing-masing. termasuk dalam hal ini kekurangan keluarga besar masing-masing.

Impian dan Harapan
Terakhir, memberi kami satu kertas lagi, kami diminta menuliskan rencana, harapan dan impian untuk keluarga kami masing-masing. Lalu kertas itu diterbangkan dengan lampion.





4 komentar

  1. Wah, acaranya asyik banget ya mbak. bisa jadi family conselleing dan family healing.
    Aku senang tiap kali membaca reportase se[erti ini.

    BalasHapus
  2. terima kasih mba susi kunjungannya.

    BalasHapus
  3. kertasnya terbang gitu aja ya mbak

    BalasHapus
  4. diterbangkan bareng lampion mba...katanya biar keinginannya sampai ke langit hhehe *mitos*

    BalasHapus