Sakit


Infus

Minggu lalu Khalif masuk rumah sakit dan di rawat karena demam tinggi dan harus di infus. Dan ini menjadi drama mengharukan (maaf lebay) karena Khalif berontak terhadap alat infus dengan mencabutnya. Akhirnya kedua telapak tangannya dipakaikan balok. Khalif tidak kehilangan akal, dengan mulut dan giginya dia kembali berusaha mencabut jarum infus di tangannya. Darahpun memercik ke pakaiannya. Aksi yang bukan dilakukan sekali. 
Ini adalah foto Khalif yang tengah tertidir nyeyak setelah infusan di buka pada hari ketiga, alhamdulillah.

Asap

Penyebab panas tinggi Khalif di duga karena infeksi merujuk pada hasil pemeriksaan darah, sel darah putih Khalif sangat tinggi, diatas 3 ribu (normalnya 15 ribuan). Khalif tidak batuk atau pilek, pemeriksaan paru-paru bagus. Dokter menduga Khalif infeksi dari lingkungan udara kotor. Kemungkinan besar asap rokok. Nah lho....nggak heran sich karena Abinya kembali merokok setelah lima tahun berhenti merokok. Kakeknya, om-omnya (adik lelaki saya) perokok. Iya sich  Abi merokoknya hanya sesekali dan tidak di dalam rumah. Tapi faktanya ternyata asap rokok bisa ‘ngalir’ bersama angin ke sana-kemari sepanjang 2 kilometer dan menempel di dinding, sofa, gorden selama 8 jam.

Akh, padahal salah satu yang membuat saya jatuh cinta dan mantap  memilihnya karena tidak merokok. Sekarang setelah kembali merokok? Masih cinta sich cuma kesal dan sebel kalau melihat merokok.

Tapi semoga kejadian ini membuat semua (Abi, kakek dan om-omnya Khalif) mikir dan berhenti merokok, minimalnya aware. Amin. Dan tentu saja mamanya ini yang harus lebih tegas. Warning, kalau ke Bogor (rumah) jangan merokok.

3 komentar