Keep Writing….*

Sekitar sepuluh tahun lalu tulisan fiksi saya dimuat di beberapa majalah remaja, dalam hati terbersit,” wah, impian saya jadi penulis beken terwujud nich.” Sambil membayangkan setenar Zara Zettira atau Hilman Lupus (penulis remaja terkenal di jaman saya). Kenyataannya, setelah itu tulisan  saya tidak pernah tembus lagi ke majalah lagi. Wah, jangan – jangan tulisan saya yang dimuat kemarin karena terpaksa alias gak ada stock tulisan. Desperado dan mulai konsen kuliah. Lupakan mimpi jadi penulis dan melanjutkan mimpi jadi scientist. Tapi rupanya sya sudah terciput jauh dengan dunia baca dan tulis menulis, mimpi saya jadi scientist menguap seiring waktu. Saya memilih membeli buku-buku Pramoedya di banding membeli buku teks book kimia dan tetap nulis untuk konsumsi pribadi alias curhat hahaha.

Selepas menikah dan punya anak, bacaan saya berubah  drastis, koleksi buku saya jadi buku-buku berthema parenting seiring dengan itu semangat menulis saya kembali tumbuh dan dengan pede mengirimkan ke media masa. Entah itu tulisan curhat, sharing pengalaman atau artikel dan selalu di tolak dengan beragam alasan. Tapi berkat dukungan suami saya tidak kehilangan semangat menulis. Malah dengan sok pede menawarkan diri jadi kontributor lepas sebuah majalah berthema parenting dengan mengirimkan beberapa contoh tulisan yang saya buat.
Tak disangka mendapat sambutan positif. Mulai diberi tugas menulis dengan deadline yang membuat saya terkaget-kaget. Tiga hari , empat hari paling lama satu minggu. Begini  ya rasanya jadi penulis. Puncaknya ketika saya diminta menulis artikel kesehatan dengan mencari narasumber orang ahli (dokter) sendiri. Dengan pengetahuan yang buta soal wawancara dan mencari narasumber ini membuat saya  bingung namun dengan (kelebihan) rasa percaya diri saya sanggupi tugas itu. Walaupun deadline tidak  bisa diajak kompromi, 4 hari, dan harus saya kerjakan di sela waktu jam kantor.

Sempat terpikir untuk cuti kerja, hanya untuk cari bahan tulisan dan menuliskannya lalu mencari dokter yang bersedia jadi narasumber. Kalau saya keukeuh* dengan tawaran ini masalahnya  bukan semata soal honor tapi saya menyukai dunia menulis. Untungnya suami mengingatkan besok kan hari sabtu dan pas dengan jadwalnya saya ke dokter obgyn (saya tengah hamil). Setelah saya cek di daftar praktek dokter ternyata ada dokter mata  praktik hari itu. Ehm tapi bagaimana caranya bisa ketemu dokter itu? Waktu Tanya ke resepsionis untuk minta no hpnya tidak di beri katanya, harus seijin dokternya. Alas an yang masuk akal. Aha…sampai usia 3 tahun ini si kecil Azka kan belum pernah screening mata. Akhirnya saya daftarkan Azka untuk periksa mata sekaligus memaksimalkan fasilitas asuransi kesehatan kantor hehehe. 

Malam sabtu itu saya langsung browsing cari bahan tulisan dan membuat tulisan agar tulisan harus selesai sabtu dan langsung diberikan pada dokter yang mau jadi konsultan. Dan sepertinya harus dapat hari sabtu ini karena tulisan deadline hari selasa jadi minimal senin malam saya ketemu dokter lagi untuk mendiskusikan tulisan saya. Alhamdulillah, dokter yang memeriksa si kecil mau saat saya minta untuk jadi narasumber dan konsultan tulisan saya.
Saya mengucap syukur untuk kesekian kalianya pertemuan kedua dengan dokter  berjalan tanpa hambatan. Hanya agak kaget mendengar komentarnya tentang tulisan yang saya berikan padanya. Katanya tulisan saya banyak kesalahan dan saya harus membawa rekaman karena dia tidak sempat jika mengkoreksi tulisan saya dengan tulisan.

Dengan hp saya merekam percakapan kami yang berlangsung sekitar 45 menit. Waktu yang benar-benar tidak terasa karena topiknya menarik dan saya mendapat banyak ilmu baru. Wawancara yang sebenarnya lebih mirip saat saya disidang  tugas penelitian akhir atau skripsi.  Tulisan saya dibatai habis-habisan karena banyaknya kesalahan. Wah wah padahal semua bahan tulisan saya dapat diinternet dengan alamat sumber terpercaya. 

“Tidak semua yang menulis di internet orang ahlinya, kebanyakan mengutip pernyataan, mengutip artikel, mengutip buku  dan setiap orang bisa mempersepsi berbeda,” kurang lebih begitu komentar dokternya.
Anyway, inilah pengalaman saya menjadi wartawan dadakan  yang membuat saya semangat untuk tetap menulis dan pe de aja lagi…hehehe


*Tulisan ini disertakan dalam my-first-giveaway-pengalaman-pertama

 

 


15 komentar

  1. Hihi komenku sama kayak judullnya, keep writing. :)
    Kalau udah jatuh cinta sama nulis gitu ya. :)

    Terimakasiihhh segera kucatat :)

    BalasHapus
  2. thank U mbak Una...#ngarep dapat buku gratisan hehehe#

    BalasHapus
  3. luar biasa mbak.
    kalo hobi kita tekuni, bukan cuma uang yg didapat, tapi juga hasil karya yg bisa dinikmati bersama. jadi kepuasan batin ya :)

    http://hellocoffeebreak.tumblr.com/

    BalasHapus
  4. Pengalaman yang luar biasa, mbak.
    bagaimana caranya jadi kontributor majalah seperti itu, ya....

    BalasHapus
  5. hellocoffeebreak: betul...
    @susindra: caranya say asering kirim tulisna tapi ditolak tapi dengan pede (kelebihan pede heheh) saya terus kirim dan mengajukan diri n mengirim contoh tulisan...awalnya sering gak ditanggapi tapi ya di coba lagi...

    BalasHapus
  6. sangat menginspirasi...
    bikin tambah semangat.

    BalasHapus
  7. Sama sepertiku jaman dulu ketika nyoba ngirim tulisan dan kemudian bisa diterbitkan...wahh senengnya luar biasa...teman-teman sekolah pd kasih ucapan...kemudian jd 'pasif' (sering dikembalikan) setelah mencoba ke ranah redaksi yg lebih 'ketat' garis edarnya...sekarang I just wanna keep writting...meski hanya layak tayang di blog sendiri ...selamat keep writting ya ...

    BalasHapus
  8. aku jg IRT mbak waktu muda pernah jg menang lomba nulis truss nggak ada kemajuan lg he..he.. Thanks tulisannya memotivasi bgt. Salam kenal

    BalasHapus
  9. @insan robbani: just keep writing :) ayo semangat
    @ririe: ayo mbak ririe coba lagi dikirm ke media...klo dimuat nambah semangat...
    @nufus: ayo saling memotivasi ....

    BalasHapus
  10. Waktu kecil sangat punya hasrat, kelak saya akan punya buku sendiri. Tapi pertumbuhan hidup ternyata merubah jalan yang saya tapaki hingga berdiri di titik ini; terjun di bidang akuntansi. Beruntung, menulis masih jadi bagian keseharian saya mbak. hehe #EdisiCurhat

    BalasHapus
  11. salam kenal...keseharian saya sebagai karyawan bagian laboratorium tidak menyurutkan hasrat saya untuk menulis..:) just keep writing...

    BalasHapus
  12. Aaaah.... Rina kereeeeen, aku seringnya ga pedean hihihi

    BalasHapus
  13. pe de aja Orin...tulisan Orin bagus kok..

    BalasHapus
  14. saya termotivasi dgn postingan ini...mengingat punya tulisan yang hanya tayang di mading sekolah dulu, buletin sekolah dulu dan blog sendiri..hehehehe....smangat berbagi:)

    BalasHapus
  15. @nur hikmah...senangnya say abis amenginspirasi..ayo keep writing...:)

    BalasHapus