Books Lover


Akhirnya putri kecil saya Azka Zahra (3y6m) tertidur setelah dibacakan lima buku sesuai permintaannya. Artinya  perjuangan saya berjibaku melawan rasa ngantuk selesai. Ya berkali-kali Azka menepuk saya sambil berkata,”Ih Mama jangan tidur. Baca!” jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.45. jam tidur yang terlalu larut untuk anak seusianya. “Aku mau nungu Abi pulang,” katanya saat mengajaknya tidur sekitar jam 8. Sebagai komuter yang pulang pergi Jakarta Bogor, Abi memang kerap pulang malam selain karena pekerjaan menuntut jam kerja lebih lama. 

Jujur, dalam hati ingin berkata,”Azka udah donk baca bukunya, Mama kan ngantuk.” Tapi saya tahan setelah teringat, bukankah ini yang saya inginkan, Azka menyukai buku seperti saya.

Saya mengenalkan Azka  pada buku sejak bayi karena saya ingin kelak jika sudah bisa membaca sendiri Azka bisa menikmati rasanya membaca buku seperti saya dan say apikir (berdasarkan pengalaman lho) kecintaan pada buku bisa menjadi filter dari pergaulan yang negatif. Bukan hal mudah menanamkan minat buku pada si kecil tapi saya tidak mau menyebutnya sulit. Karena keterbatasan budget dan variasi bukunya, saya lebih sering membelikan Azka buku dari kertas bukan dari kain. Akibatnya tentu saja buku yang saya belikan selalu berakhir dengan sobekan bahkan buku-buku yang saya belikan saat dia bayi sudah tanpa jejak alias saya buang karena semua sobek kecuali buku dari kain.

Tapi itu tidak mengurangi budget saya untuk tetap membelikan Azka buku setiap bulannya apalagi menyesal, toh seiring berjalannya waktu dengan nasehat yang selalu saya ulang bahwa buku tidak boleh disobek tapi harus dirawat mulai dipahami Azka. Seingat saya sampai umur 2y6m Azka masih sesekali merobek bukunya tapi tidak parah alias bisa saya perbaiki.

Sempat juga Azka mengalami saat ‘gak suka’ buku yaitu sejak dia mulai mengerti nonton (saya mengenalkan mediaaudio visual saat dia berumur enam bulan dengan memberinya tontonan seri baby brain).
Ya, Azka lebih memmilih nonton daripada saya bacakan buku bahkan sempat buku yang saya belikan tidak mau dia sentuh.”Aku mau nonton aja,” katanya.

Untunglah saya tidak mengenalkannya pada jadwal serial film balita  di tv atau langgana tv kabel (Azka tahunya nonton hanya dari cd –cd yang saya dan abinya belikan) jadi tidak terlalu kesulitan saat mulai menerapkan disiplin menonton dan berapa lama sia harus menonton. Ya, saya mulai mengetatkan jadwal dan lamanya menonton terlebih setelah saya mengikuti seminar parenting dengan narasumber seorang psikolog anak Sany Hermawan (psikolog anak yang juga pengasuh di rubrik psikologi anak di sebuah tabloid parenting). Menurut sebuah penelitian, jika seorang anak atau balita menonton tv atau bermain games lebih dari 3 jam setiap harinya bisa menurunkan konsentrasinya sampai setengahnya. Artinya jika normalnya seorang anak bisa berkonsentrasi (misalnya mengikuti pelajaran) 45 menit maka anak yang menghabiskan waktunya dengan menonto tv lebih dari 3 jam hanya mampu berkonsentasi setengahnya. 

Tentu saja awalnya Azka berontak dengan menangis dan mengamuk ketika keasyikannya menonton harus dihentikan karena waktunya sudah selesai. Tangisan dan amukan cukup keras yang membuat saya sempat tidak tega melihatnya. Tapi harus tegas.

“Menonton terlalu lama itu tidka baik dan Azka harus belajar disiplin. Sekarang kita main dikamar.”

“Aku gak mau disiplin!”

Seiring berjalannya waktu Azka mulai paham dengan aturan yang saya terapkan. Dia hanya menunduk sedih dan masuk kamarnya  sambil membawa remote control ketika jam menontonnya harus selesai. Setelah dikamar pilihannya kalau tidak baca buku, main puzzle, mewarnai  ya main boneka.

Karena saya menghabiskan 8 jam plus perjalanan selama hari kerja di kantor, saya mewanti-wanti pengasuhnya untuk juga menerapkan hal yang sama.  Kapan Azka menonton, main sepeda dan main ayunan di taman bersama teman sebayanya (yang ada di cluster kami). Alhamdulillah cukup berjalan baik. Saya biasanya mengontrol lewat telp dan menanyakan pada Azka langsung (jika saya sudah sampai rumah).  Salah satu cara lain untuk mengurangi menonton dan menambahkan aktivitas lain saya memasukan Azka ke Play Group (saat berumur 2 tahun).  Untuk menghindarinya kemungkinan bosan ‘sekolah’ tahun ini Azka berhenti dari play groupnya  tapi  saya memasukkannya ke tpa (taman pendidikan alquran sore hari di mesjid yang tidak jauh dari rumah). 

Hal lain yang saya dapat dengan pembatasan jam menonton ini,  imajinasi dan keaktifan Azka juga berkembang cukup baik.

Tulisan ini diikutsertakan pada give away pertama ‘anakku sayang’ http://rumahmauna.wordpress.com/2011/10/11/giveaway-pertama-anakku-sayang/

4 komentar

  1. terima kasih atas partisipasi sahabat. anda sudah tercatat sebagai peserta Giveaway Pertama rumahmauna "Anakku Sayang".

    terima kasih bunda atas ilmu dan pengalaman yang telah dibagi, semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  2. jadi kepengen beli buku u anak lagi nih mbak, salam kenal mbak

    BalasHapus