[Parenting] Ngopi bareng anak gadis

Diajak ngopi anak gadis!? Jujurly kaget.

Begini awal percakapannya.

“Mah ngopi yuk?”

“Ngopi di mana? Ngopi aja di bengkel,” saya menunjuk bengkel Pak suami yang juga jualan kopi.

“Ada kopi Nako di Pamulang, deket Winataharja,”

“Iya tahu, kan kita pernah lewat situ.”



Sekitar setahun lalu Pak Suami ngajak saya dan anak-anak mampir ke  di Kopi Nako Baranangsiang Bogor, saat ke Bandung kami juga sempat lewat (iya lewat doank) kopi Nako, jadi kayaknya ingatan si anak gadis sama kopi Nako ini cukup lekat.

“Ngopi yuk mah di sana, aku bayarin deh.”
“Hah bener nih,” percaya ga percaya ditraktir kopi sama anak gadis. Si anak gadis memang punya uang beberapa ratus ribu karena Desember 2022 lalu dapat uang hasil hobinya. Akan saya ceritakan dipostingan berikutnya, biar ada bahan tulisan hehehe.

Jadilah hari senin saat libur cuti bersama imlek kemarin kami cus ke kopi Nako Pamulang. Yang membuat hati saya berbunga-bunga bukan karena ditraktirnya tapi anak abg mengajak mamanya ekplore tempat baru dan nyobain nongkrong di kedai kopi itu sesuatu lho.

Apakah dia mengangap Mamanya asik? Ehm, rasanya ga 100% benar, karena saya merasa bukan tipe mama asik. Lebih dominan dan otoriter sebagai orangtua. Tapi kami punya beberapa kesamaan yang membuat obrolan kami nyambung, salah satunya sama-sama suka baca novel walaupun sekarang saya sudah sangat jarang baca novel, tapi karena di rumah banyak novel yang saya koleksi sejak masih gadis dan kalau ngomongin buku Mamanya tahu jadilah nyambung. Sama-sama pengen nulis buku walaupun si anak gadis masih bingung pengen nulis apa dan dari mana mulainya heuheu. Dia terinspirasi dari buku-buku Tere Liye yang setahun ini dibacanya, banyak buku seri Tere Liye sudah dibacanya termasuk seri yang paling banyak, Bumi. Buku-buku itu dipinjamnya dari perpus sekolah atau teman-teman sekolahnya. 

Selain itu si anak gadis adalah teman curhat. Yap biasanya saya curhat sama anak gadis kalau lagi kesel sama Bapaknya hahaha. Entahlah cara ini bijak atau tidak, tapi rasanya lega kalau sudah curhat. Namanya juga rumah tangga ya jalannya ga selalu mulus, ada salah paham, ada beda pendapat, ada selisih paham. Daripada curhat di medsos ya kan. 

Hubungan saya dan anak gadis, kayak kopi, manis tapi ada pait-paitnya hahaha. Kami suka bersitegang kalau soal beresin kamar, pembatasan hp dan quota. Si anak gadis suka sok sibuk jadi tidak sempat atau asal-asalan beresin kamarnya sehingga handuk masih nyangkut di kursi saat dia berangkat sekolah. Mukena tidak dilipat, dsb. Berkali-kali kejadian dan berkali-kali saya ngomel. Inisiatifnya masih kurang. Ya si anak gadis memang dijuluki 'si paling sibuk' di rumah, sibuk organisasi di sekolah, jadi pengurus organisasi kepanduan dan kesiswaan, sibuk ekskul juga. Gurunya pernah nyebut si anak gadis aktivis. 

Si anak gadis dan anak bujang juga pernah mengkritik katanya, Mama kalau nyuruh suka marah-marah. Saya ngeles donk,”Mama marah kalau pada ga nurut. Diminta beresin kamar, iya iya aja udah ngomel baru dikerjakan. Diminta ke warung, sambil jalan wajahnya cemberut.”

Sepertinya anak-anak merasa beresin kamar sendiri, meletakkan barang pada tempatnya lagi sehabis digunakan, bantu beres-beres rumah adalah hal sepele dan tidak penting, jadi abai. Saya sebaliknya sangat menekankan karena hal kecil itu bekal hidup mandiri. Kemandirian berawal dari hal kecil. Bentuk tanggung jawab pada dirinya sendiri dan orang lain. Ya begitulah, panjang lebar nasehat diulang-ulang dengan harapan mereka paham dan tumbuh jadi anak mandiri dan punya inisiatif.

Lanjut ke cerita ngopi. Kami menghabiskan waktu di kopi Nako kurang lebih 1.5 jam, waktu yang menurut si anak gadis kurang karena dia belum selesai nulis diarynya.



Apa daya telepon sudah berdering-dering dari anak bujang yang minta dijemput pulang dari bengkel. Kami memang tidak  bilang mau ngopi sama anak bujang karena kalau bilang pasti dia ingin ikut, tidak  mungkin tidak ingin ikut.

Apa yang kami bicara 1.5 jam, keinginan-keingian si anak gadis, mau ini itu. Pengen ngopi bareng lagi tapi lama katanya jadi Mama bawa laptop aja, dia juga mau bawa laptop buat gambar.

Si anak abg yang sedang mencari jati diri, ingin menjadi seseorang, ingin ini itu tapi ingin seperti orang lain juga. Ingin nampak asik, gaya dan merasa sudah besar.

Agar tetap on track saya kasih nasehat sedikit-sedikit, intinya hemat hahaha, boleh ngopi di tempat seperti ini tapi sekali-kali dan uang sendiri, kalaupun sudah bekerja tetap ya harus mengeluarkan uang seperlunya, tetap harus punya tabungan/investasi. Saya kasih contoh soal keuangan saya dan Abinya, bagaimana kami mengeluarkan uang seperlunya walaupun mampu, agar memiliki tabungan sehingga saat ada kejadian tak terduga, kami survive. Saya contohkan juga bagaimana ibu saya (neneknya) mengajari saya soal menggunakan uang sesuai keperluan bukan keinginan.

Saat di sana kami melihat sepasang anak muda rangkulan, saya nasehatin soal hubungan lelaki perempuan. Karena dia sekolah islam dan ada kegiatan keputrian sejak sekolah dasar (setiap jumat) yang salah satu kajiannya tentang fiqih, saya jadi tidak terlalu sulit menasehati, bagaimana seharusnya hubungan lelaki dan perempuan dalam islam sebelum menikah karena godaannya besar, bisa lebih dari sekedar ingin pelukan.

Begitulah sekelumit obrolan santai kami diselingin satu cup kopi, es lemon dan kentang goreng di suatu siang menjelang sore.

 

 

 

 

Tidak ada komentar