Bekal Ilmu Tak Akan Habis

Assalamualaikum teman- teman, siapa di sini yang sudah rindu banget sama orangtua di kampung halaman? Rindu serindu-rindunya sampai kadang nangis. Pengen pulkam tapi khawatir bawa virus karena ortu yang sudah lansia. Kerinduan yang membuat lebih khusyu mendoakan mereka. Mungkin ini salah satu hikmahnya pandemi.

Kalau ingat (rindu) orang tua otomatis ingat masa-masa nyamannya bersama mereka, ingat nasehat-nasehat mereka. Semakin bertambah usia, semakin sadar apa yang dinasehatkan/dicontohkan orang tua semua benar.

Saya inget banget, dulu paling malas membereskan tempat tidur, jadi kalau si mamah bilang

ngeles,”Nanti juga berantakan lagi, nanti juga ditidurin lagi.” Beresin kasur kan hal sepele kok si mamah rempong amat. Semakin besar sadar, intinya sih bukan sekedar beresin kasur tapi membiasana rapih dan ternyata suasana rapih membuat mood positif.

Nasehat Mamah lain yang kepake adalah soal mengelola keuangan dan menetapkan prioritas. Ibu saya bukan lulusan sarjana ekonomi tapi nasehat keuangannya banyak kemiripan dengan isi buku Prita Ghozie yang berjudul  Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya (saya baca buku edisi lamanya terbitan tahun 2010) yang belum baca bukunya bisa intip reviewnya di Menjadi Canti, Gaya dan Tetap Kaya.

Mamah belajar mengelola keuangan berdasarkan  pengalaman hidup, keadaan memaksanya pintar-pintar mengatur keuangan dan menentukan prioritas yang paling penting dalam perannya sebagai ibu lima orang anak.

Pentingnya ‘Mengosongkan Gelas’ saat Belajar

Assalamualaikum teman- teman, apa kabar nih? Masa pandemi membuat orang banyak menghabiskan waktu di rumah walaupun yang bekerja sudah kembali work from office, selebihnya saat weekend tetap ya lebih banyak di rumah.  Kalau jalan-jalan atau ngemall pasti waktunya dibatasi (seperlunya), yang biasanya pulang kantor kongkow, sekarang hanya sesekali atau mungkin belum berani.

Yap, keadaan saat ini  tidak pernah sama lagi.
Karena lebih banyak di rumah, banyak orang mulai mengisinya dengan mempelajari hal baru, saya yakin teman-teman termasuk salah satunya. Yang biasanya jarang masak jadi rajin masak, yang biasanya nanem-nanem ala kadarnya mulai ngeborong tanaman - ngisi waktu dengan berkebun, ada yang belajar gambar, desain, baking, musik, pokoknya apapun. Dari yang awalnya sekedar mengusir kebosanan jadi serius.

Termasuk saya yang selama pandemi ini ngisi waktu dengan belajar food photography dan lebih rajin ngebon, boleh intip kebun saya di sini, mulai jualan online tanaman sekitar tahun 2017, Alhamdulillah berlahan tapi pasti mengalami kemajuan.

Memasak Sehat dan Menyenangkan di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Live Healthy be Happy

Assalamualaikum teman-teman, semoga dalam keadaan baik, sehat lahir batin. Kalau ada rasa sedikit galau karena corona tak kunjung usai wajar, asal jangan sampai galaunya kebablasan sampai stress ga melakukan apa-apa hehehe. Life must go on, pandemi  ini ujian kesabaran - nasehat pada diri sendiri yang kadang galau karena belum bisa pulkam, ketemu Ibu, Bapak dan saudara – saudara.

Masih ngikutin anjuran pemerintah, ke luar rumah kalau urgent seperti belanja kebutuhan sehari-hari ke pasar atau mini market seminggu sekali dengan mematuhi protokol kesehatan, memakai masker dan membawa hand sanitizer.

Masak apa nih hari ini? Ada yang rajin masak sejak pandemi? Samaa…Tos dulu donk. Efek anak-anak di rumah terus, suami juga seminggu 2 kali WFH. Skill masak bertambah, lebih hemat dan sehat tentunya. Tapi jujur saja kadang saya bosan dengan masakan sendiri jadi sesekali pesan online atau beli jualannya teman, hitung-hitun saling bantu, iya kan?

Sebagai ibu rumah tangga tanpa asisten, dan sejak PJJ merangkap jadi guru pendamping anak-anak, harus pintar-pintar mengatur waktu antara pekerjaan rumah lain, memasak, melakukan hobi dan jualan online. Sok sibuk banget ya hehehe. Ya kalau ga sibuk bosan karena di rumah terus.

New Normal ala Saya

Assalamualaikum Teman, 

Yang menggoda dari  new normal ini bukan pengen ngemall atau jalan-jalan tapi pengen pulkam. Dan sepertinya hal ini bukan hanya dirasakan saya, tapi banyak orang.  Dari obrolan beberapa grup WA, ada beberapa teman yang sudah pulkam, ada yang ke Bandung, Sukabumi bahkan Jawa Tengah.

“Udah nggak ada pemeriksaan, ga perlu surat bebas covid,” jelas teman, seperti menyemangati saya untuk mudik. Tapi saya masih nahan diri, pertama masih khawatir apalagi kedua orang tua sudah lansia, nenek saya sudah usia 80 lebih. Khawatir secara tidak langsung kami membawa virus untuk mereka, atau sebaliknya, kami membawa virus dari sana, padahal anak kedua saya punya asma. 

Satu lagi yang memberatkan saya pulkam, ada aturan di kantor suami untuk melarang karyawan ke luar kota, kalau urgent  harus laporan. Dan jika di kantor ada yang positif kantor akan tutup .

Duh tanpa ada yang positif aja, perusahaan tempat suami kerja sudah terimbas, jangan sampai deh di kantornya ada yang positif.

Sebagian orang beranggapan new normal ya menjalani kehidupan seperti biasa hanya pake masker (face  shield) dan bawa hand sanitizer. Tapi menurut saya anggapan ini kurang tepat mengingat jumlah yang positif masih meningkat  tajam.

Sebagian orang beranggapan, biasa saja. Biasanya orang-orang santuy ini dan merasa covid-19 hanya ada di ‘kota’ yang kampungnya aman, tidak ada teman dan tetangga yang kena jadi merasa semua baik-baik saja. Ini yang saya rasakan di kampung tempat saya tinggal, di pinggiran kota. Saking santuynya, orang pake masker diledekin. Untungnya anak-anak woles, efek 3.5 bulan di rumah aja dan corona jadi obrolan keseharian, mereka woles kalau diledek teman atau tetangga (dewasa) karena kalau main maskeran. Oh ya sudah 3 minggu ini anak –anak diperbolehkan main sepeda dan layangan sama teman-temannya (anak tetangga) tapi pake masker. Karena main sepeda dan layangan  otomatis jaga jarak.

Cara Saya Menyikapi New Normal

Melakukan protokol kesehatan, maskeran kalau ke luar rumah dan bawa hand sanitizer. Belanjaan langsung dicuci-cuci sebelum masuk kulkas dan tempat penyimpanan bahan makanan kering.

Masih manut sama nasehat, kalau tidak penting tidak kemana-mana. Jadi selama new normal ini masih belum pernah ke mall atau toko besar favorit seperti gramedia dan toko perabot , aslinya udah kangen pengen cuci mata ke sana hahaha.

Tetap produktif, ga kemana-mana bukan berarti ga produktif donk apalagi jaman internet seperti sekarang. Alhamdulillah masa pandemi ini orang jadi suka tanaman, jualan online tanaman saya kecipratan rejeki ini. Boleh intip-intipnya instagramnya anggrek.hias 


Mini monstera koleksi anggrek.hias 


Mengusir kebosanan dengan mencoba hal baru. Bosan banget di rumah, kalau mau jujur saya stress. Kalau udah stress sampai ubun-ubun pengennya lari pulkam ke rumah ibu. Penyebab stressnya terlalu pribadi untuk dibahas hehehe. Yang pasti every family has own battle terlebih di masa pandemi seperti ini.  Salah satu stress release saya menyibukkan diri dengan tanaman dan moto-moto makanan. Lumayan efektif karena jadi sibuk dan capek.

Kelonggaran yang saya dan keluarga lakukan saat new normal ini, ke pasar, kalau biasanya hanya ke warung sayur kini seminggu sekali ke pasar dan toko bahan kue. Anak-anak boleh main sepedaan sama temannya.




Kebiasaan yang sudah jadi keseharian, mencuci barang belanjaan termasuk saat anak-anak jajan. Lucunya mereka jajan eskrim terus dicuci, es krimnya jadi cair lalu mereka masukin ke kulkas beberapa jam baru dimakan.

Bagaimana nih cara teman – teman menyikapi new normal? Yuk dishare



Tanggap Alergi di Masa Pandemi dengan 3K; Kenali, Konsultasikan dan Kendalikan

Assalamualaikum Teman, apa kabar dengan new normal? Sudah jalan kemana sama anak-anak? Kalau saya sih belum kemana-mana bawa mereka. Kalau perlu kemana-mana, pasar atau atm, sendiri. Jujur pengennya sih keluyuran ngajak mereka jalan-jalan.  Tapi masih menahan diri karena walaupun sudah boleh kemana-mana, virusnya masih berkeliaran, jumlah yang positif perhari mencapai ribuan, data tanggal 5 Juli 2020 kenaikan mencapai 1600-an (duh). Mungkin imunitas kita kuat tapi bagaimana dengan orangtua yang sudah lansia, khawatir kita tak sadar membawa virus, khawatir juga anak terlebih si kecil yang kedua punya asma.

Anak-anak termasuk yang rentan terkena penularan virus Covid-19, berdasarkan data IDAI  perbulan Mei 2020 jumlah anak di Indonesia yang terpositif Covid-19 mencapai 500-an orang dan merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara.

Bukan hal mudah, menerapkan protokol kesehatan pada anak-anak yang masih suka pecicilan, tangannya ga bisa diam pegang sani sini karena ingin tahu, mengeluh tidak betah pake masker, beda dengan si kaka yang udah remaja,

Tapi ‘merumahkan’ anak-anak bukan berarti diem –diem bae (kalau istilah orang Betawi) tetap beraktivitas normal, beraktivitas fisik, main di teras atau halaman rumah agar anak-anak menghirup udara segar dan beraktivitas fisik  tapi menghindari main bersama-sama teman seperti masa normal.
Itu salah satu tips yang saya dapat dari  acara web binar Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju; Tanggap Alergi di Masa Pandemi untuk Generasi Maju, yang saya ikuti hari sabtu tanggal 29 Mei 2020 yang diadakan PT. Sarihusada Generasi Mahardhika melalui brand SGM Eksplor Advance+ Soya, dengan narasumber Prof. Dr. Budi Setiabudiawan., dr., SpA(k), M.Kes., - Konsultan Alergi dan Imunologi Anak. Acara ini sekaligus dalam rangka menyambut World’s Allergy Week 2020.