Meluaskan Dunia Anak dengan Perpustakaan Digital Let's Read

Menanamkan minat baca anak 


Perpustakaan digital anam

Assalamualaikum
Apa kabar teman – teman, masih dirumah aja? Kalau saya sih iya walaupun new normal. Keluar rumah kalau memang penting aja walaupun godaan untuk jalan-jalan lumayan besar karena sudah 3 bulan di rumah aja hehehe. Tapi harus sabar, daripada beresiko membawa virus.

Kebosanan juga dilanda anak-anak tapi mereka jarang sekali mengeluh, mungkin paham kalaupun mengeluh, seperti saat lebaran kemarin, mengeluh pengen mudik ke Bandung ketemu Akung, Uti dan sepupu-sepupunya, tetap tidak bisa kami kabulkan. Mereka mulai paham bahaya Covid-19.

Kemarin iseng nanya si Kaka,“Bosan ga di rumah aja?”

“Bosan bangettt, aku pengen sekolah ketemu teman-teman.”

Tapi karena kondisinya belum memungkinkan, mereka mulai menikmati kegiatan di  rumah yang mereka dan kami (saya dan suami) ciptakan dan fasilitasi. Dibacakan atau membaca (sendiri) buku jadi salah satu kegiatan yang diagendakan setiap hari walaupun kadang mereka mengeluh karena buku yang saya haruskan baca bukan buku kesukaan mereka. Seperti si Kaka yang tahun ini masuk SMP  mulai saya tugasi membaca buku fiksi yang serius, seperti buku Laskar Pelangi dan buku Tere Liye. Sebelumnya hanya buku fiksi anak-anak tulisan Arleen, Stella Ernes, Enid Blyton, komik KKPK,  dan buku komik science Korea.


Perpustkaan mini di rumah 
Boleh baca Resensi buku anak  yang sudah saya tulis.




Koleksi komik science anak-anak 

A house without book like a room without window - Harace Mann

Alasan saya mengharuskan anak-anak membaca buku  sebagai bentuk belajar literasi, setelah membaca saya tugaskan membuat rangkumannya lalu kami diskusikan. Biar anaknya jadi penulis ya? Ehm, sebenarnya tidak, kalau pun itu terjadi bonus. Tujuan utamanya melatih  anak-anak menangkap gagasan dan menuangkannya dalam bentuk tulisan dengan runut. Karena apapun profesi atau pekerjaan mereka kelak kemampuan menulis harus dimiliki.

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya - Ali bin Abi Thalib

Anak-anak di rumah saya bacakan buku (read load)  sejak bayi,  seiring usia mereka sudah menemukan buku kesukaannya masing-masing. Keduanya cenderung suka buku yang ada gambarnya dan suka tema science. Walaupun keduanya di cecoki buku sejak bayi mereka bukan termasuk kutu buku. Masih lebih suka dibacakan buku sama mama, baca buku kalau diminta, kecuali buku baru pasti rebutan dibaca.

Manfaat yang saya rasakan menanamkan minat baca pada anak-anak seja dini;


Bisa membaca sebelum usia 7 tahun tanpa les
Anak –anak tidak pernah dileskan membaca secara khusus (tidak pernah diikutkan bimbel atau les membaca) hanya mengandalkan pelajaran membaca di sekolah Taman Kanak-kanak yang ala kadarnya.  Saya pun bukan termasuk Mama yang rajin mengajarkan anak-anak membaca. Iya saya malas mengajari anak membaca, tapi hampir setiap hari membacakan mereka buku saat balita, karena menurut saya jika minat baca sudah tertanam mereka akan semangat dan mudah mengikuti saat diajari membaca. Dan    terbukti, begitu usia sekolah dasar (SD) anak-anak sudah lancar membaca.

Ajari anak cinta buku bukan baca buku, karena anak yang cinta buku akan membaca seumur hidupnya - unknow


Lega juga lho ga harus mengeleskan membaca, bukan hanya soal biaya, kebayang juga repotnya antar jemput anak ke tempat les siang atau sore, paginya antar jemput sekolah (TK). Asiknya, budget buat les bisa dibeliin banyak buku.

Dapat menyusun kata dan kalimat dengan baik
Baru saya sadari saat membaca tugas sekolah si sulung, diminta merangkum atau mengarang cerita. Lalu saat bulan lalu ujian praktik kelas 6 tugasnya membuat pidato dan artikel yang harus dipresentasikan. Kata-kata yang disusunnya cukup bagus, saya hanya perlu mengoreksinya sedikit.


Tugas menulis pengalaman jalan-jalan,
 tulisan saat kelas 4 sd

Memiliki wawasan cukup baik
Porsi buku yang saya bacakan/belikan untuk anak-anak antara fiksi dan ilmu pengetahuan seimbang, makin kesini malah mereka mengurangi sendiri bacaan fiksi, kalau ke toko buku atau beli online (selama pandemi beli online) pastinya milihnya buku petualangan dan ilmu pengetahuan, terutama komik science Korea.

Efek positifnya, wawasan mereka tentang alam sekitar cukup baik,  paham dan aware jika kami ajak diskusi mengenai isu-isu lingkungan, seperti sampah, plastik, hemat air, hemat energi dan bencana alam.

Lebih suka jajan buku

Sebelum pandemi
Jika diajak ke mall (tapi selama pandemi kami tidak ngemall, tidak ada juga rencana ngemall walaupun sudah new normal), tujuan anak-anak adalah toko buku (waktu balita sih plus play ground), mereka kayaknya ga kepikiran lirik-lirik toko sepatu atau pakaian, pun si Sulung yang sudah masuk usia abg, kurang melek beli ini itu kalau ke mall, soal penampilan (baju,sepatu dsb) gimana Mama yang beliin.

Dapat merawat buku dengan baik
Tiap kelas di sekolah anak-anak ada perpustakaan mini, satu lemari berisi buku milik anak-anak yang dibawa dari rumah untuk ditukar baca. Kalau ada teman di sekolah yang mencorat-coret atau merobek buku pasti mereka ceritakan dengan nada menyesal sekaligus aneh. Suka ngikik sendiri kalau melihat ekspresinya padahal jelas yang dirusak bukan buku milik mereka.


Paham manfaat gadget 
Yang saya sukuri selama pandemi ini anak – anak tidak terlalu tergantung dengan gadget, bisa mengontrol diri dan taat pada aturan yang sudah disepakati, kapan dan berapa lama main games digadget. Mereka paham gadget bukan hanya untuk main games atau nonton youtube tapi  aplikasi belajar seperti ruang guru, belajar piano via aplikasi simply piano dan membaca buku (ebook).


Siapapun yang terhibur dengan buku – buku kebahagian tidak akan sirna dari dirinya – Ali bin Abi Thalib


Memiliki inisiatif menebarkan kalau membaca menyenangkan
(sebelum pandemi) Teman anak-anak yang tak lain tetangga, terbiasa main ke rumah, biasanya mereka saya minta membaca buku bersama-sama. Mereka bisa memilih sendiri buku di rak, boleh juga dipinjam ke rumah, tugas si sulung menuliskan buku yang dipinjam teman-temannya. Kini anak-anak punya inisiatif mengajak temannya membaca,  terlebih jika ada buku baru, dengan semangat mereka akan merekomendasikannya.

Pengalaman menanamkan minat baca  Anak-anak

Menanamkan minta baca buku pada anak itu mudah yang agak sulit bagaimana bisa konsisten, mau meluangkan waktu dan berkorban beli lebih banyak buku- berhubung keuangan terbatas (bukan istri sultan heuheheu) jadi beli-beli skincarenya dan baju dikurangi biar bisa beli buku hahaha. Berikut pengalaman saya menanamkan minat baca pada anak-anak.

Boleh baca Yuk Menularkan Minat Baca

Membacakan buku sejak bayi secara kontinyu


Saya suka membaca dan merasakan nikmatnya baca buku, saya ingin anak-anak merasakan hal yang sama. Itu salah satu motivasi saya membacakan buku pada anak-anak sejak bayi terlebih setelah membaca baca buku dan majalah parenting, ternyata banyak banget manfaat membacakan buku pada bayi dan balita.

Ada banyak cara meluaskan dunia anak-anak mengajarinya mencintai buku adalah salah satunya - Jacqueline Kennedy

Membacakan buku pada anak sejak bayi bukan tanpa drama buku di sobek. Buku-buku yang saya beli memang bukan hard cover karena harga buku hard cover bisa 3 atau 4 kali lipat dari buku biasa, tidak cukup uangnya hahaha.  

Buku sobek, tidak membuat saya kapok membelikan anak-anak buku sambil mengajari mereka untuk tidak merusak buku. Alhamdulillah memasuki usia 2 tahun mereka sudah tidak lagi suka menyobek buku. Mereka mulai tahu buku itu seru!

Membelikan buku  secara periodik
Anak-anak pada dasarnya senang mengulang, bisa minta dibacakan buku yang sama setiap hari berulang-ulang walaupun begitu kami membelikan buku baru secara periodik, minimal setiap bulan. Jika ada sale kami beli banyak dan puasa ga beli buku selama beberapa bulan. sampai sekarang kami pemburu gramedia book sale terutama jika diadakan di gramedia sekitar Tangsel.

Menstimulasi kecerdasan kognitif melalui buku
Anak-anak lahir di jaman internet dan gadget, saat si sulung batita (2010), tablet sedang booming, beragam aplikasi untuk menstimulasi kecerdasan kognitifnya ada. Tapi saya memilih menstimulasi melalui buku. Mengajari anak macam-macam warna, bentuk, nama hewan, alam semesta, semua melalui buku. Sebenarnya karena  kuota terbatas juga hahaha. Tapi ga nyangka efek positifnya saya rasakan sekarang, anak-anak melek gadget tapi bisa mengontrol diri. Bisa enjoy menikmati baca buku, ebook  atau melakukan kegiatan lain, dan  mudah berteman.

Membatasi main games di gadget dan nonton tv
Pada dasarnya saya kurang suka menonton  jadi daripada nonton mending bacain buku, awalnya alasannya sesimple itu. Dari membaca buku dan majalah parenting dapat ilmu kalau usia batita memang sebaiknya dibatasi pemakaian gadget dan nonton. Jangan khawatir mereka nanti gagap teknologi karena teknologi menarik mereka mudah beradaptasi, tapi kebiasaan membaca buku perlu waktu lama menanamkannya.

Membuat perpustaaan mini di rumah
Impian sejak dulu, kalau punya rumah mau ada ruangan buat buku, semacam perpustakaan, Alhamdulillah walaupun hanya ukuran 1 x 2 meter, kami punya ruangan yang namanya perpustakaan.




Sampai sekarang masih membacakan buku
Anak-anak sudah bisa membaca buku tapi saya masih punya agenda membacakan buku utuk mereka yaitu buku Ensiklopedi Islam karena beberapa kata dalam buku ini sudah dicerna anak-anak jadi saya bacakan sekalian menerangkan.

Mengenalkan ebook dan perpustakaan digital
Seiring kemajuan teknologi, kini buku tersedia dalam bentuk digital bahkan perpustakaan digital. Kabar baiknya kini ada perpustakaan digital khusus buku anak, yaitu Let's Read Indonesia, aplikasinya dapat diunduh secara gratis di play store atau di sini. Ilustrasi bukunya bagus dengan warna dan karakter yang disukai anak-anak.



Si kecil saya di rumah, Khalifah  (8 yo) suka dengan buku-buku di Lets.Read. Berikut penampakan ebook di Lets Read.




Sekilas mengenai Lets. Read


Let's Read! adalah perpustakaan digital #bukuceritaanak persembahan komunitas #literasi dan The Asia Foundation.

Let's Read! diprakarsai oleh Books for Asia, yakni program literasi yang telah berlangsung sejak 1954. Program tersebut menerima U.S. Library of Congress Literacy Awards atas inovasi dalam promosi literasi pada Desember 2017.

Misi:

Membudayakan kegemaran membaca pada anak Indonesia sejak dini melalui:

  1. Digitalisasi #ceritabergambar;
  2. Pengembangan cerita rakyat yang kaya kearifan lokal; dan
  3. Penerjemahan buku cerita anak berkualitas terbitan dalam dan luar negeri ke dalam bahasa nasional dan ibu.

Ratusan koleksi #ceritabergambar Let's Read! dapat dibaca, diunduh, disebarkan, dan diterjemahkan secara bebas melalui situs maupun aplikasi Android: bit.ly/letsreadapp.

Untuk info koleksi terbaru serta diskusi dan pelatihan terkait literasi, sila ikuti media sosial Let's Read! di Instagram dan Facebook dengan nama akun: @letsread.indonesia.

Bagaimana pengalaman teman-teman menanamkan minat baca pada anak-anak yuk dishare


10 komentar

  1. omg! aku banget dr dulu udh suka baca buku, mulai baca komik, novel sampe biografi dan skrg udah ada aplikasi perpus onlen yang sangat membantu

    BalasHapus
  2. Gemar membaca pada anak di jama sekarang itu luar bisa lho mba. Masih sedikit banget anak2 yang minat baca, kebanyakan pada milih gadget utk main games berjam jam. Semoga dengan ada nya perpus digital Lets Read semakin banyak anak2 yang minat utk membaca. Salam literasi ;)

    BalasHapus
  3. wah jadi lebih praktis dan banyak variasi bacaan juga ya :D boleh dicoba nih

    BalasHapus
  4. Cara yang saya lakukan juga kurang lebih sama, Mbak. Setiap malam, saya bacain mereka dongeng. Lama-lama mereka tertarim sendiri untuk membaca

    BalasHapus
  5. Wah efek dari kemajuan teknologi ternya berdampak pada kemajuan untuk membuat perpusatakaan digital. Jadi nggak ada alasan lagi kita tidak membaca yaah kak. Tentunya karena sekarang banyak anak-anak menggunakan gadget, pendekatanya bisa tetap kita kasih gadget tapi pengakses perpustakaan digital yaa kak. Semangat membaca :)

    BalasHapus
  6. Anak saya suka banget nih baca komik tapi belum menyukai genre buku anak lainnya. Sepertinya harus saya perkenalkan dengan Let's Read.

    BalasHapus
  7. Baru tahu nih tentang aplikasi Let's Read. Sepertinya si sulung saya bakal suka nih, soalnya dia senang banget membaca.

    BalasHapus
  8. Teh Rina, Vi juga cita-cita banget pengin bikin perpustakaan buat anak-anak di sekitar rumah. Alhamdulillah anak-anak Teteh suka membaca ya :)
    Oh iya, Vi belum pernah buka perpus digital Lets-Read. Nanti mau buka-buka, ah. Makasih infonya, Teh :)

    BalasHapus
  9. Sama mbak,Saya sejak kecil juga sudah melatih anak-anak untuk menyukai buku. saya sering membelikan buku untuknya dan sering mengajaknya jalan-jalan ke toko buku. Mereka saya bebaskan memilih meski akhirnya keputusan tergantung pada saya, hehe ..

    BalasHapus
  10. Pengalaman goals banget nih buat menjadi contoh keluarga di Indonesia dalam meningkatkan literasi. Mulai dari perpustakaan luring sampai layanan daring sudah bisa dinikmati terkini 👍

    BalasHapus