“Kenapa sih marah – marah melulu, mau mens ya?”celetuk
suami yang kontan membuat saya kaget sekaligus mengingat –ngingat kejadian
setiap menjelang haid. Apa benar
kesensitifan letupan emosi ini efek mau
haid? Bukan hanya marah – marah, ada kalanya saya merasa lebay, perasaan berlebihan terhadap hal kecil yang membuat saya
nampak jadi perempuan cengeng. Misalnya…akh
ga usah ditulis di sinilah kelebayan
saya, malu hahaha.
Ada saat saya berlebihan menyikapi permasalahan,
tapi dilain waktu masalah yang sama membuat saya cuek. “Kok bisa nebak marah –
marah karena mau haid?”
“Memang begitu kok tiap mau haid. Mamanya aja
yang ga nyadar,” katanya sambil
bertawa.
Saya memang tidak menyadarinya. Selama ini
merasa tidak memiliki masalah terkait PMS (Premenstual
Sydrome) karena tidak pernah merasakan keluhan fisik menjelang haid, seperti dialami
teman atau tante saya, yang mengeluh
sakit dibagian perut saat menjelang haid.
Saya jadi teringat artikel yang pernah saya
baca tentang perubahan hormon saat haid yang memicu terjadinya PMS dengan salah satu gejalanya, perasaan lebih
sensitive, mudah marah atau sedih. Ini
terjadi karena perubahan hormon estrogen. Hormon estrogen mempengaruhi produksi
hormon endorphin, hormon yang membuat rasa nyaman dan senang. Mungkin itu sebabnya saat PMS mudah
tersinggung karena produksi hormon endorphin terganggu.