Obsesi masa kecil
Awalnya mengijinkan anak
hujan-hujanan (waktu si sulung masih balita) karena ‘dendam’ pribadi. Iya
karena waktu kecil selalu di larang hujan-hujanan kecuali terpaksa yaitu saat
pulang sekolah hujan. Habis itu biasanya di omelin Ibu, katanya, harusnya
nunggu di jemput baru pulang atau kalau
hujan reda.
main hujan-hujanan itu seru! |
Jarak sekolah (dasar) saya dari
rumah sekitar 1 km dan di tempuh dengan jalan kaki karena terhitung jarak
dekat. Biasanya kami pulang dan pergi sekolah bareng teman – teman sekampung,
walaupun tidak sekelas dan tidak satu sd (ada sd cisitu 1, 2, 3 dsb). Jika hujan
para orangtua kami menjemput, kalaupun tidak sempat menjemput pasti
menitipkan payung, sendal dan plastik pada tetangga yang jemput untuk anaknya.
Buat apa sendal dan plastik? Buat
ganti sepatu hehehe. Jadi jika hujan kami buka sepatu, masukkan ke dalam tas
dan ganti dengan sandal jepit. Alasannya simple, biar besok sekolah sepatu
kering hehehe.
Main hujan-hujanan stimulasi kecerdasan naturalis
Tapi ada syaratnya anak boleh
hujan-hujanan. Hujan sudah berhenti jadi tinggal gerimis atau
tetesan kecil, tidak ada angin, kilat dan petir, kondisi badan anak sehat dan
hujan-hujanan tidak lebih dari 15 menit. Lebih baik jika di lengkapi jas hujan
dan sepatu bot.
Saat anak bermain hujan-hujanan ia
merasakan langsung fenomena alam. Mereka jadi mengamati apa yang terjadi di
sekitarnya ketika hujan. Ujung-ujungnya pasti mereka bertanya banyak hal pada
kita. Kenapa hujan turun dari langit? Kenapa hujan tidak
datang setiap hari? Kenapa ada petir dsb. Penjelasan sederhana yang kita berikan akan meningkatkan kemampuan anak menganalisa hubungan sebab akibat dan kaitan antara fenomena alam satu dengan lainnya.
Apa sih kecerdasan naturalis? Berkaitan
dengan kemampuan merasakan bentuk serta menghubungkan elemen yang ada di
alam. Anak dengan cerdas naturalis
memiliki ketertarikan yang besar terhadap dunia luar, binatang dan tumbuhan.
Stimulasi lain kecerdasan
naturalis adalah dengan menyediakan aquarium di rumah, mengajak jalan-jalan ke
hutan dan membacakan buku tentang binatang dan tumbuhan (non fiksi).
Jadi kebiasaan
Karena pengalaman asik dan
serunya main hujan-hujanan, jadilah saya mengijinkan si sulung hujan-hujan
dengan beberapa syarat termasuk mengenakan jas hujan dan
sepatu bot. Setelah punya dua anak peraturannya lebih longgar, kadang lupa di
pakaikan jas hujan dan tidak punya sepatu bot untuk hujan-hujanan.
Siapa sangka hujan-hujanan jadi
kebiasaan. Setiap hujan anak-anak minta hujan-hujanan. Sudah di larang tapi
tetap selalu punya cara untuk basah. Jadi saat hujan turun lebat mereka duduk
manis di rumah atau lihat hujan melalui jendela begitu hujan reda, tinggal
rintik-rintik, mereka selalu punya alasan untuk keluar rumah. Mengambil sandal
lah, mengambil mainan dsb.
Mereka tahu Mamanya ini tidak
akan marah besar karena tidak melanggar
SOP, sesuai syarat yang pernah di sepakati. Jadi kalau saya ngomel karena
mereka hujan-hujanan pasti si sulung balik bicara.
“Mama kan pernah bilang boleh
hujan-hujanan kalau hujannya udah berhenti, ga ada petir dan aku lagi gak
sakit.”
Saya mendesah.“Tapi jangan lama-lama ya, lima
menit lagi udahan.”
Biasanya saya agak ngomel saat
mandiin mereka, lebih tepatnya ngeluh hahaha. Cucian jadi banyak, sayang air
buat nyuci, dsb.
mumpung musim hujan bu, main hujannya bisa sepuasnya
BalasHapusasal nggak lagi sakit saja
sebelum hujan di pastikan kondisi anak-anak fit dan sebenarnya bukan hujan-hujanan tapi sisa hujan heheh
Hapusmbak, itu tempat main hujan-hujanannya kok asik banget kayak kolam tapi bersih, dulu juga suka ujan2an, tapi alfi belum aku bolehin untuk hujan-hujanan mbak
BalasHapusbukan kolam mba , itu teras belakang. sebenarnya bukan hujan-hujananan karena mereka main hujan pas hujan suha berhenti tinggal gerimis atau rintik2
HapusMasa hujan2an anak2ku udah lewat hahahaaa.... Dulu sibuk ngingetin supaya nggak kelaman, skrg mrk sendiri yg nggak mau basah kehujanan.
BalasHapusnah itu dia mba, mumpung lagi masanya kalau udah gede pasti gak mau sengaja hujan-hujanan heheheh
Hapus