Ada yang sudah film Surga Yang Tak Dirindukan? Saya belum
tapi sudah membaca novelnya bertahun lalu, novel versi lama yang judulnya masih
Istana Ke Dua. Novel yang sukses membuat saya gregetan dan emosi jadilah memilih
fast reading, baca menclok-clok terus langsung ngintip endingnya dan ternyata
endingnya bikin sakit hati L Ya, jauh
beda sama ending di filmya (dapat bocoran dari teman yang nonton kalau filmya
Happy Ending bla...bla...bla).
Beberapa hari lalu saya mendapat WA dari
seorang teman yang habis nonton film ini, begini kurang lebih tulisan WA nya,”Teh
X udah nonton film Surga Yang Tidak Dirindukan, kok jadi takut nikah ya...”*ehm
untung saya baca novelnya pas udah nikah dan punya anak jadi ga parno*
Saya pun baca komen di status teman FB
yang ngaku kapok baca buku Asma Nadia karena pernah buku Catatan Hati Seorang
Istri karena bawaannya jadi curigaan dan waswas. Saya jadi teringat, pernah
mendiskusikan buku Catatan Hati Seorang Istri dengan pak suami *lebih tepatnya
saya yang ngomongin isi buku itu ke pak suami* dan tanggapannya.
“Ngapain sih baca buku gituan, bawaannya
jadi curigaan terus ngomongin selingkuhan, bikin suasana ga enak,” ga tepat
banget tapi kurang lebih seperti itulah. Iya, gara-gara baca baca buku itu saya jadi curigaan sama suami dan kesel sama suami2 dalam tokoh cerita itu yang bisa-bisanya nyakitin istri, jangan2 suami saya...kalau suami saya ....*curiga was-was takut waspada komplit deh*
“Suami selingkuh atau nikah lagi biasanya
ada alasannya.” Di lain waktu dan suasana berbeda pak suami bicara seperti itu.
Ya, intinya sebagai istri memang kudu jaga penampilan ya terutama ibu di rumah
*self reminder* yang biasanya malas dandan atau minimal rapih dan wangi.
Padahal di luar sana, para suami yang sehari-hari kerja banyak terinteraksi
*walaupun sekedar hai atau cuma pas-pasan* dengan perempuan-perempuan berkosmetik, rapih dan wangi.
versi lama buku Surga Yang Tak Dirindukan |
Saya sendiri ga kapok buku baca buku Asma
Nadia, apalagi kalau dipinjemin J
Arini
Balik lagi ke soal Surga Yang Tak
Dirindukan. Saya ga akan nulis opini soal poligaminya karena bukan wilayah
saya, bisa – bisa salah terus di timbukin *ampun*.
Sedikit review dari bukunya; Pras dan
Arini bisa dikatakan pasangan suami istri ideal, ideal secara islami pula cara
mereka dipertemukan hingga akhirnya menikah *gak pacaran*.
Rumah tangga mereka rukun dan bahagia
hingga Mei Rose hadir diantara keduanya.
Berawal dari ketidaksengajaan Pras menolang Mei yang hendak bunuh diri
karena putus asa. Mei jatuh cinta pada Pras. Perasaan iba Pras pada Mei tumbuh
menjadi cinta hingga akhirnya mereka memutuskan menikah.
Akhirnya Arini tahu Pras sudah menikah
lagi dengan perempuan lain. Hati Arini hancur. Mei Rose tetap pada
pendiriannya, ingin memiliki Pras.
“Sejak
dulu kamu punya segalanya, Arini. Orangtua, suami yang baik, anak-anak yang
sehat, karier kepenulisan. Segalanya.”
“Sementara
satu-satunya hal baik yang pernah terjadi seumur hidupku, hanya Pras!”
“Dengan
begitu banyak kebahagian, tidakkah seharusnya kamu bersyukur dan bisa sedikit
bermurah hati?”
Begitulah ending versi novel lamanya
Istana Kedua. Sebaliknya versi filmya happy ending. Seperti apa happy
endingnya? Yang penasaran silahkan nonton filmnya J
Cerita lengkapnya lebih komplek, menceritakan masa lalu Mei
Rose yang menyedihkan, keluarga Arini (Ibu dan Bapaknya) yang sebenarnya tidak
harmonis seperti kelihatannya dsb.
Athirah
Bicara novel poligami saya jadi teringat
novel Athirah. Jika Arini adalah kisah fiksi semata maka Athirah adalah sosok
yang pernah hidup. Ia adalah tak lain dari Ibunda wapres Yusup Kalla.
based on true story |
Dengan latar kisah nyata, Alberthiene
Endah, meramunya menjadi sebuah novel yang indah, enak di baca dan inspiratif. Emosi
yang di deskripsikan dalam buku ini tidak berlebihan, tapi kalimat-kalimatnya
mak jleb hingga merasa sayang untuk
melewatkan satu halamanpun.
Di tulis dengan sudut pandang orang
ketiga yaitu Yusuf Kalla, sehingga pembaca jadi tahu bagaimana perasaan anak-anak yang orangtuanya poligami. *Based novel ini berdasarkan wawancara dengan pak
Yusuf Kalla, keluarga besarnya dan sanak saudara*
Bapak *ayah Yusuf Kalla* menikah lagi
dengan ijin Emma, panggilan Ibunda Yusuf Kalla. Ijin yang bukan tanpa sedih dan
sakitnya hati Emma. Walaupun Emma tidak pernah mengungkapkannya secara
langsung, namun terlihat dari bahasa tubuhnya.
Setelah Bapak pergi ke rumah istri keduanya. Emma
membereskan meja makan tanpa bicara. Senyap. Gerakannya lembut dan hampa...panggungnya
sebagai seorang istri telah berakhir.
Sholat-sholat malam yang dilakukan Emma
rupanya belum cukup membuat hati Emma ikhlas dan lapang, hingga suatu hari Emma
meminta Yusuf mengantarnya ke orang pintar. Namun Emma segera menyadari
kekeliruannya, orang pintar bukan orang tepat untuk mencari ketenangan.
Bapak adalah sosok yang sangat di hormati
dalam keluarga, tidak banyak bicara, berwibawa dan memiliki karisma besar,
hingga Yusuf sebagai anak lelaki tertua tak berani bertanya kenapa Bapak
menikah lagi walaupun pertanyaan itu kerap mengganggunya. Dan Emma selalu
membisu soal itu.
Suatu hari yang sangat mengharukan,
ketika pada sebuah undangan Bapak menolak menghadiri dengan alasan ada urusan
ke luar kota, akhirnya Emma datang dengan Yusuf, betapa kagetnya Emma saat di
pesta undangan pernikahan itu Bapak hadir dengan istrinya keduanya.
“Jusuf,
Emma perlu membuang pikiran. Tak baik jika Emma hanya memikirkan Bapak. Emma
harus melarikan waktu luang Emma untuk hal-hal kreatif,” (hal 135).
Baca sendiri aja ya novelnya
heheh bagi saya novel ini luar biasa bukan karena temanya tapi bahasa dan
pilihan katanya Alberthiene Endah itu sesuatu bangett...yang sudah pernah baca
tulisan AE pasti tahulah ‘rasa’ nya.
Kesamaan film Surga Yang Tak Dirindukan
dan novel Athirah selain sama-sama bertema poligami adalah, mengenai sikap
perempuan. Sikap yang diambil Mei Rose (versi filmnya ya karena di bukunya
beda) dan Athirah.
Nah, buat
yang sudah nonton atau baca buku Surga Yang Tak Dirindukan, recommed baca novel Athirah, mungkin sama-sama akan membuat menitikkan air mata, tapi beda alasannya.
sepertinya saya tdk tertarik pada film surga yg tak dirindukan, tapi saya tertarik pada novel Athirah. Novel barukah mak? kalaupun novel lama, carinya dimana ya? thanks
BalasHapusathirah novel agak lama mba, tahun 2013 terbitan nourabooks grup mizan, di tokbuk besar sudah tidak ada tapi saya liat masih di jual di online shop khusus buku atau mizanstore
BalasHapusmakasih infonya ya mak... :)
HapusJadi pengen baca yang Athirah nih Mbak, referensi bagus nih :D
BalasHapuskalau novel istana kedua aku udah baca mbak
BalasHapusSepertinya, novel Athirah aku punya. Dikasih Mbak Lidya, ya. :D
HapusBelum tak baca. ;)
saya gak mau nonton film kalo udah jelas temanya poligami mbak, gak kuat hehe
BalasHapusga kuat ikut sakit hati ya mak :(
HapusNah iya, aku juga gak suka nonton film bertema poligami, suka ikutan sewot. Hehehehe
BalasHapusiya mak...ikut sakit hati ya hahahha
HapusSaya baca novel Athirah ga sampe habis mbak. Awal2nya emang bagus, tapi pas sampe tengah2 saya ngrasa datar banget, trus bosen deh akhirnya :D
BalasHapusbagian tengahnay memang agak datar karena banyak menceritakan kisah cinta yusuf kalla dan istrinya....
Hapuskalau saya baca novel kurang suka bakal lama berharihari gabisa cepet .. mending liat adaptasi film nya aja langsung :D
BalasHapusiya sih kalau ada filmnya duluan sy juga kayaknay mending filmnya...berhubung sebaliknya :)
Hapus