Keep Moving


artikel parenting hasil wawancara dengan
psikolog Ratih Ibrahim
Bagi saya menerima email penolakan atas tulisan yang saya kirim itu biasa yang luar biasa ya dimuat heheh. Tapi masih mending menerima surat penolakan, lebih seringnya tanpa kabar walaupun sudah kita email menanyakan kemungkinan dimuat atau tidak. Ada juga penolakan secara halus, ‘....tunggu 4 bulan untuk mengetahui kabar dimuat atau tidaknya tulisan’. Tapi tunggu punya tunggu sampai lebih dari 4 bulan tidak ada kabar berita.

Atau jawaban seperti ini; ‘naskah di tampung, kami belum memiliki rencana kapan dimuatnya’. Kalau ini jawaban yang menggantungkan harapan. Jadi berharap-harap cemas.

Sempat menyerah untuk kirim tulisan ke media tapi sayang kalau hanya numpuk di file laptop atau mejeng di blog. Jadi ya nothing to lose lah kalau kirim ke media.





 Banyaknya tolakan membuat saya belajar banyak, salah satunya, tidak selalu tulisan yang ditolak karena tulisan kita jelek. Bisa jadi tulisan yang kita buat tidak sesuai dengan segmen pembaca media yang kita kirim. Tulisan yang sesuai dengan segmen pembaca media yang kita sasar, dari segi thema dan gaya  bahasa punya lebih besar peluang untuk dimuat, artinya ditolak satu media belum tentu di tolak media lain. 

Yang saya lakukan kalau tulisan saya ditolak, dibaca ulang dan direvisi, lalu dicoba kirim ke media lain, media non komersil (tanpa honor) adalah alternatif terakhir –ketahuan dech matrenya hehehe (tulisan di atas pernah saya blogpost di sini, tulis karena akhirnya cerpen saya nyangkut di majalah Noor setelah di tolak majalah X)

Mungkin,  saya termasuk orang yang kepedean soal kirim mengirim tulisan ke media. Mulai saat sma saya kirim-kirim tulisan berupa fiksi ke media, waktu itu masih pinjem mesin tiknya mahasiswa yang kost di rumah kakek. Ngetiknya belum lancar. Banyak tip-ex. Kalau ingat itu, jelas tulisan memiliki kemungkinan tidak dimuat 90% (redakturnya pasti malas baca karena banyak tip-exnya) selain tentu isi tulisannya masih alay hahaha.

Tapi akhirnya di maut juga di majalah Kawanku. Saya pikir setelah sekali di muat bakal mulus jalan jadi penulis ternyata tidaaakkk...di tolak lagi  ditolak lagi, sempat di muat di majalah Annida terus banyak di tolak lagi. Akhirnya nyerah, konsen beresin kuliah lalu nyari kerja, nikah dan punya anak.
Siapa sangka kehadiran anak malah jadi pemicu nulis lagi bedanya kali ini bukan fiksi tapi artikel parenting. Lagi-lagi di tolak. Bagaimana pun saya lebih lega mendapat email balasan 'ditolak' secara halus maupun to the point daripada tanpa kejelasan.

Tapi siapa sangka dari penolakan berubah jadi tawaran menulis, itulah awalnya beberapa tahun kebelakang saya menulis di majalah ayahbunda (kontributor lepas). Asli bukan karena saya kenal orang dalam.

Bulan lalu (dengan kepedean tingkat tinggi kalau urusan mengirim ke media) saya mengirimkan 4 naskah fiksi ke 4 media berbeda, jadi sedikit pede setelah tahun lalu cerpen saya di muat di femina dan alhamdulillah sampai saat ini belum ada satu pun kabar nasib naskah saya, heuheu karena keseringan di tolak jadi sudah kebal nih.

Yang pasti penolakan tidak membuat saya menyerah untuk nulis karena ada kenikmatan tersendiri saat menulis, bukan sekedar di tolak atau dimuat, walaupun tetap kalau di muat rasanya lebih luar biasa *nepuk-nepuk dompet*.

Banyaknya penolakan membuat saya belajar, intropeksi dengan kualitas tulisan saya sendiri, mencari letak salahnya, lebih banyak membaca tulisan penulis yang sudah mumpuni dan terus berlatih menulis. Saya selalu ingat nasehatnya Stephen King (penyuka novel (atau film – karena novelnya sudah banyak di filmkan) horor pasti tahu) kurang lebih seperti ini nasehatnya;jika ingin menjadi penulis sukses latihan menulislah 4 jam sehari dan membaca buku 4 jam sehari.

Note : 554 kata


 tulisan ini diikutsertakan dalam 1st Giveaway blog Cokelat 


6 komentar

  1. Daku malah ngirim terus mak, tp blm adaa yg dimuat hehe,
    nggak ditolak, nggak diterima, digantung2 aja.
    Boleh nih dicoba langkah2nya emak nih. Tfs ya mak. Semoga naskah2nya segera berkabar dandterima :)

    BalasHapus
  2. Uwaa sering kirim ke mefia sejak SMA??keten bgt mak hehe..
    mksh sharingnya ya mak^^

    BalasHapus
  3. Uwaa sering kirim ke mefia sejak SMA??keten bgt mak hehe..
    mksh sharingnya ya mak^^

    BalasHapus
  4. Terdaftar! Terima kasih sudah ikutan giveawayku ya Mak Rina ^^

    Wiih... ditolak beberapa kali? Sakitnya tuh dimana-mana dong.. Wah, berarti kita emang kudu rendah hati ya... gaboleh cepet berpuas diri :D

    BalasHapus
  5. Wuiiihhh, sepertinya nulis memang passion-nya ya Mak? Saya mah konsisten nulis di blog aja udah bersyukur banget heheheq

    BalasHapus
  6. Semoga apa yang menjadi impiannya bisa segera terwujudkan bu, aamiin.

    Selalu berlatih karena menulis perlu latihan yang terus menerus.

    Oya ada lomba juga nih di blog saya. Mau ikutan?

    BalasHapus