Stigma penyakit TB
Penyakit menular identik dengan
kemiskinan karena penyakit ini rentan menyerang orang dengan tingkat ekonomi
rendah. Kenapa? Karena kemiskinan menyebabkan kualitas makanan yang dikonsumsi
rendah dan ini berpengaruh pada daya tahan tubuuh. Daya tahan tubuh rendah
rentan tertulari penyakit.
Karena kemiskinan rumah tempat
tinggal menjadi tidak layak-sirkulasi udara dan sinar matahari tidak baik-, yang
mengakibatkan kuman penyakit ‘betah’ tinggal di sana dan menulari penghuninya.
Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan, sehingga mereka tidak tahu apa yang
menyebabkan tertular dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika tertular.
Dan stigma itu pulalah yang
melekat dengan penyakit menular TB.
Padahal faktanya, TB juga menyerang anak dan balita dengan tingkat ekonomi
cukup baik hal itu karena daya tahan tubuh mereka lemah.
Stigma TB dan kemiskinan yang
begitu lekat membuat sebagian orang merasa gengsi saat di duga tertulari TB
sehingga diagosa terlambat.
TB juga lekat dengan stigma
penyakit kutukan, akibat di teluh, tidak
bisa disembuhkan dan mematikan. Stigma ini mengakibatkan orang yang menderita
TB pesimis bisa sembuh. Sikap pesimis yang membuat mereka bermalas-malasan
minum obat karena menurut mereka tidak akan sembuh.
Diskriminasi terhadap
penderita TB
Stigma yang buruk memunculkan
sikap diskriminasi masyarakat terhadap pasien TB. Pasien TB di kucilkan,
dijauhi bahkan dipecat dari pekerjaannya. Diskriminasi yang secara tidak
langsung memiskinkan penderita TB. Diskriminasi juga akan penderita TB pesimis bisa sembuh, sehingga
mereka lalai minum obat lalu timbul penderita TB resisten obat. Efek besar dari
stigma dan sikap diskriminasi terhadap TB adalah penyakit TB akan menjadi
lingkaran masalah yang tidak pernah tuntas. Padahal menuntaskan penyakit TB
adalah pe-er besar yang harus dilakukan dengan dukungan dan partisipasi
masyarakat.
Meluruskan Informasi
tentang TB
Stigma dan diskriminasi ini
muncul karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai TB. Makin kurang pengetahuan
masyarakat terhadap TB, akan makin kuat stigma dan diskriminasi negatif
terhadap TB.
Meluruskan informasi seputar TB bukan hanya tugas petugas kesehatan tapi semua masyarakat yang tahu
agar deskriminasi tidak terjadi di masyarakat.
Hal-hal yang perlu di luruskan mengenai penyakit TB antara
lain;
- TB dapat menular kapan dan pada siapa saja, baik orang miskin maupun tidak. Sehingga penting menjaga kesehatan diri dan lingkungan.
- TB bukan penyakit kutukan atau akibat teluh tapi disebabkan bakteri.
- TB dapat di sembuhkan dengan mengkonsumsi obat secara teratur.
- Untuk bisa sembuh dari TB tidak mahal karena obat tersedia gratis.
- Pentingnya keberadaan PMO
- Penderita TB sebaiknya menggunakan masker.
Meluruskan stigma dan
deskriminasi terhadap TB
Meluruskan stigma dan
deskriminasi terhadap TB dapat dilakukan dengan cara tanpa menggurui dan cara
ini biasanya lebih diterima. Seperti misalnya menjadikan TB bahan diskusi di
sela kegiatan arisan atau pengajian ibu-ibu. Bekerja sama dengan posyandu untuk mendatangkan petugas kesehatan dari puskesmas dan memberi
penerangan mengenai TB karena TB rentan
terhadap anak dan balita.
Dengan semakin baik dan benarnya
pengetahuan masyarakat mengenai TB, kondisi akan berbalik, masyarakat menjadi
semakin tahu, tidak takut, stigma dan diskriminasi makin berkurang hingga
akhirnya hilang. Yang timbul kemudian adalah rasa simpati dan empati yang
membuat penderita TB optimis untuk sembuh dan memiliki harapan masa depan yang
sama dengan orang sehat dan masyarakat menjadi lebih peduli pada sekelilingnya termasuk dalam hal menjaga kebersihan lingkungan dan dirinya.
referensi tulisan:
www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id
www.blog.tbindonesia.or.id
masih konsisten nulisnya nih ,hebat
BalasHapusxixixii...sesi terakhir mba...:)
Hapus