Penyakit tuberculosis atau biasa
di sebut TB, adalah penyakit menular
yang paling mematikan di dunia setelah HIV/AIDS. Data WHO pada tahun 2013
menyebutkan penderita TB di
Indonesia 185 per 100 ribu dan menempati urutan ke 4 dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India, China dan Afrika Selatan. Fakta yang
mengerikan sekaligus menjadi warning, bahwa saatnya semua orang tahu dan peduli
dengan TB sehingga penderitanya
dapat disembuhkan sekaligus menghentikan mata rantai penyebarannya.
TB disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis dan batuk, bersin, air ludah atau hembusan nafas
penderita dan tersebar ke udara. Bakteri TB
yang ada di udara di hisap orang sehat secara tidak sengaja saat bernafas.
gambar bakteri TB dengan pembesaran |
TB umumnya menjangkiti usia produktif (15-55 thn), banyak menyerang kelompok
ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan rendah. Namun dengan melihat
penularannya yang sangat mudah, setiap orang berpeluang tertulari tanpa pandang
bulu.
Mengenal Gejala TB
Setiap orang hendaknya mengenal gejala
TB, agar jika ada kasus TB di lingkungan sekitar segera
diketahui untuk mencegah penularannya. Temukan penderita TB
dengan gejala berikut ini;
- Batuk selama lebih dari 2 minggu disertai deman. Deman umumnya menyeranng di malam hari.
- Berkeringat di malam hari
- Bobot tubuh turun drastis dan tidak nafsu makan
- Batuk disertai dahak berdarah
Dugaan TB akan menguat jika;
- Lingkungan rumah orang yang di duga TB kurang terawat (tidak bersih atau kumuh) karena bakteri betah tinggal dan tumbuh subur di lingkungan kotor dan lembab.
- Ada salah satu keluarganya yang menderita (pernah) TB. TB bukan penyakit turunan tapi sangat mudah ditularkan terlebih dalam lingkungan satu rumah.
Gejala TB yang tak terduga
Namun beberapa orang yang
terinfeksi bakteri TB, tidak menyadari dirinya telah terinfeksi. Seperti
yang terjadi pada kakak sahabat saya, teh Yati (bukan nama sebenarnya), kami
cukup akrab karena saya kerap main ke rumahnya dan selisih usia kami tidak jauh.
Hari ketiga demam, dokter meresepkan
obat menurun deman, saat demannya tidak turun juga di hari ketujuh, dokter
melakukan cek darah ternyata negatif tipoid ataupun DBD. Dokter kembali meresepkan
obat penurun panas disertai antibiotik. Di hari ke sembilan demam, teh Yati memeriksan
diri ke dokter lain atas rekomendasi temannya. Dan dokter ini yang kemudian memberikan surat
mengantar ke rumah sakit khusus paru-paru.
Dokter pertama tidak mendiagnosa TB karena kakak teman saya;
-Tidak mengeluhkan batuk, karena
dia terbatuk-batuk hanya dini hari sehingga mengira batuk disebabkan udara
dingin (alergi dingin).
-Tidak mengeluhkan berkeringat di
malam hari karena di kira itu efek samping dari obat penurun panas.
-Tidak mengeluhkan berat tubuhnya
yang turun karena dikira efek kelelahan karena bekerja sehingga nafsu makan turun.
Dari hasil rontgen dan pemeriksaan laboratorium, teh Yati positif
TB.
Teh Yati dan dan keluarganya sama sekali tidak menduga jika yang
dideritanya penyakit TB karena tidak
ada yang mengidap TB di
keluarga atau tetangga sekitarnya.
Lingkungan rumah dan sekitarnya, bersih dan apik.
Kebanyakan orang, baru menyadari
dirinya TB jika batuknya sudah lama
tak kunjung sembuh (menahun) disertai batuk berdarah. Padahal itu adalah tanda TB sudah kronis.
Kepedulian pada lingkungan sekitar
Dengan
gejala yang kadang tak di sadari itu adalah TB, hendaknya setiap orang yang memiliki
pengetahuan tentang TB, membaginya
pada keluarga, kerabat dan lingkungan sekitar dan peduli jika
‘melihat’ ada tetangga tetangga
sekitar menunjukkan gejala awal yang mirip TB, seperti tertulis di atas.
Caranya?
Dengan menganjurkan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit sesegera mungkin.
Jika penderita enggan memeriksakan diri karena berbagai alasan, laporkan pada RT dan petugas kesehatan di puskesmas karena secara berkala mereka diberi
pembekalan perihal kesehatan dari
puskesmas).
Dukungan untuk penderita TB
Kakak sahabat
saya mengalami ‘perawatan’ selama 6 bulan. Alhamdulillah, tiga belas tahun
berlalu sejak dia dinyatakan positif TB, tidak pernah kambuh lagi. Itu tak lepas dari
dukungan keluarga dan sahabat.
Namun tak sedikit, penderita TB yang kehilangan semangat ketika di
vonis TB. Merasa tak bisa sembuhkan
atau akan kembali kambuh. Jika ini terjadi di lingkungan sekitar kita, tentu
tugas kita terlibat dengan cara membesarkan hati penderita dan mengingatkan
agar salah satu pihak keluarga penderita menjadi Petugas Pengawas Obat (PMO) selain agar tidak
menyebar juga bentuk kepedulian. Jika tak sanggup, karena berbagai alasan, kita
bisa meminta bantuan petugas kesehatan
dari puskesmas agar mereka bersedia ‘mentraining’ keluarga penderita menjadi
PMO.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Competition Temukan, Sembuhkan Pasien TB
www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id
www.wikipedia.com
harus waspada yambak, kalau ada yang kena TB harus segera ditangani
BalasHapus