Tantangan Menjadi Mama Di Era Digital

Mama Modern
Perkembangan teknologi membuat segalanya menjadi mudah dan praktis termasuk bagi para mama, saya termasuk yang menikmati kemudahan itu. Tak perlu repot kesana-kemari untuk membayar tagihan listrik, pam, telpon, speedy bahkan belanja. Tinggal tekan jari di tablet atau smartphone, semuanya bisa dilakukan. Termasuk bisa mengakses beragam  informasi kapan dan di manapun, sambil menunggui si kecil les berenang, dalam perjalanan atau menunggu antrian dokter. Bahkan kini ada provider yang menyediakan paket terbaru dengan kelebihan bisa browsing ke berbagai konten wanita secara gratis, yaitu mentari aurora.

Tak perlu repot dan bingung pula meredakan rengekan kedua balita saya, beri saja tontonan tv atau tablet,  80% dijamin rengekannya reda J. Well, apakah mama termasuk yang suka melakukan itu pada si kecil? Ya, awalnya karena terpaksa saya memberikan anak-anak  kesempatan bermain dengan gadget milik saya atau suami agar rengekan atau rasa bosa mereka reda, seperti, ketika menunggu antrian dokter yang membuat mereka  bosan dan rewel atau saat  dalam kendaraan. Atau saat si kecil Khalif memaksa minta di gendong padahal saya harus mengerjakan sesuatu.

Anak-anak Digital
Namun di sisi lain saya melihat keakraban  Khalif (1y 8m) dan Azka Zahra (5y 2m) dengan game edukatif di gadget dan situs yang  mempertontonan science sederhana yang dikemas untuk anak-anak di internet memiliki dampak positif pada tumbuh kembangnya. Khalif sudah mengenal beberapa huruf latin, berhitung sampai sepuluh dan bisa menyebutkan beragam nama binatang serta menirukan suaranya. Kaka Azka sudah mengenal planet, beberapa kosa kata bahasa Inggris dan lebih mahir menyusun puzzle. Selain tentu saja motorik halus mereka lebih terasah.

akrab dengan gadget

Yap, pada akhirnya bukan hanya orang dewasa yang terpengaruh kemajuan teknologi juga anak-anak  dan balita, yang kemudian memunculkan istilah anak-anak generasi  C – connected, communicating, content-centric, computerized, community-oriented, always clicking.

Namun keakraban balita dan anak-anak  dengan gadget dan internet juga memiliki dampak negatif jika tidak di kontrol dan diarahkan orangtua, diantaranya; sukar bersosialisasi, terlalu bergantung pada teknologi, terbiasa serba instan dan praktis dan tidak dekat dengan orangtuanya (Nah, lho? )

Peran Orangtua
Zaman berkembang, beberapa pola asuh baru muncul sesuai perkembangan jaman di mana anak-anak di besarkan.  Di sini pentingnya para orangtua mengupdate pengetahuannya dengan mengikuti atau aktif di forum atau kelas parenting baik yang diadakan di sekolah anak-anak atau umum. Sayang sekali saat acara Talkshow Peran Orangtua Mengantisipasi Dampak Trend Mobile Internet terhadap Perkembangan Anak  pada tgl 5 Juli 2013 yang diadakan dariperempuan.com , saya tidak bisa hadir karena beberapa alasan. 

Berikut adalah tips yang diterapkan pada kedua balita saya  agar interaksi mereka  dengan gadget aman dan berdampak positif bagi tumbuh kembangnya :

  1. Pastikan keamanan dari listrik
Saya menjauhkan si kecil Khalifah (1y7m) dari steker listrik dan kabel charger saat bermain dengan gadget karena sempat melihat  dia menirukan saya mencolok kabel charger ke steker. Sebaliknya Kaka Azka Zahra (5y) sudah mengerti bahaya listrik sehingga saya tidak khawatir.

  1. Mama dan Papa harus melek teknologi
Melek teknologi bagi saya tidak selalu harus mengikuti trend memiliki gadget tercanggih (sebenarnya pengen kalau ada yang ngasih hehe). Tapi mengerti penggunaan gadget yang saya miliki dengan maksimal, tahu konten atau game dna situs  apa yang bagus dan edukatif untuk kedua si kecil saya.

  1. Memberi  gadget dan game sesuai usia
Begitu banyak game edukatif yang bisa diunduh secara gratis atau dibeli dengan harga murah.  Juga situs yang berisi pengetahuan populer untuk anak tapi agar setiap si kecil bermain game berdampak positif, saya dan suami memilih game dan situs  yang sesuai usianya.  Walaupun gamenya edukatif tapi untuk anak 3 tahun saya tidak akan memberikannya pada Azka Zahra yang berumur 5 tahun karena menurut saya wasting time jika dia mengerjakannya. Tapi sebaliknya, kadang memberikan game edukatif di atas usia anak jika mereka mudah memahamai instruksi yang saya ajarkan.
Saya tidak memberi anak-anak gadget khusus, tapi meminjamkan milik kami, ini memudahkan kami mengontrol penggunaannya yaitu hanya jika ada kami sehingga lebih mudah membimbing penggunaan dan mengawasinya.

  1. Batasi waktu
Walaupun saya merasakan kehadiran gadget membuat kedua si kecil pintar saya membatasi waktu penggunaannya karena di usia emas mereka perlu belajar banyak hal lain untuk menstimulasi kecerdasan lainnya. Beberapa kecerdasan tidak bisa terstimulasi hanya dengan gadget seperti kecerdasan interpersonal.
Berikut adalah kegiatan wajib anak-anak selain berinteraksi dengan gadget :

a.       Menjadikan mendongeng/membaca sebagai kebiasaan
Bukan hal mudah tapi saya tidak mau menyebutnya sulit, menanamkan minat baca pada anak-anak saat ini karena bersaing dengan kemudahan teknologi yaitu tontonan tv dan gadget.  Jadi saya membuat jadwal rutin membacakan buku pada mereka yaitu saat malam hari menjelang tidur, kadang-kadang untuk memancing antusiasme mereka saya menggunakan gadget sebagai medianya, dengan mendowload beberapa buku anak di tablet, dan ini cukup berhasil. Dan secara rutin juga mengajak mereka membeli buku, walaupun keduanya belum bisa membaca.

baca buku

b.      Mendorong si kecil  bergerak aktif dan bereksplorasi di luar rumah
Untuk memaksimalkan tumbuh kembang dan menstimulasi kecerdasan lainnya, saya selalu mendorong kedua kedua balita saya bermain dan bereksplorasi  di luar rumah.

bunga teratai kok di tanam di air, Ma?

c.       Membuat playdate
Saya lebih suka Azka mengajak teman-temannya yang juga anak tetangga kami main di rumah daripada sebaliknya, dengan begitu saya bisa tahu dan mengawasi mereka bermain, walaupun resikonya rumah tambah mirip kapal pecah.

main bareng teman-teman

  1. Pengawasan dan bimbingan
Karena kedua anak saya masih balita bimbingan dan pengawasan jadi keharusan terlebih karena mereka belum bisa membuka sendiri internet untuk melihat video-video yang cocok untuk mereka di youtube atau situs  edukatif tertentu yang ingin saya buka untuk mereka. Pendampingan yang saya lakukan saat kedua balita saya berinteraksi dengan gadget,  juga untuk  saling mendekatkan diri. Karena saat mendampingi bermain gadget, saya diselingi dengan berkomentar atau ngobrol. Saat seperti  itu, saya bisa menasehati dan menanamkan nilai-nilai pada anak-anak bahwa gadget  bukan satu-satunya media belajar  atau benda canggih. Dan bahwa tanpa gadget tetap bisa bermain dan belajar dengan cara menyenangkan dengan memberi contoh permainan seru yang biasa kami lakukan seperti main tanah atau hujan-hujanan. Saya tidak mau, kelak mereka sangat tergantung pada gadget.

  1. Lengkapi sofware anti pornografi dan anti kekerasan
Kedua anak saya memang masih balita dan harus selalu di dampingi saat berinteraksi dengan internet di gadget tapi untuk safety, saya sudah melengkapi gadget dengan perangkat antipornografi dan kekerasan, khawatir secara tidak sengaja mereka mengklik ikon youtube dan keluar gambar ‘macam-macam’. Hal ini saya lakukan setelah, tetangga saya seorang ibu dari dua anak sekolah dasar ‘kecolongan’, curhat dengan mata berkaca-kaca.  Anaknya yang baru duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar menonton video tak senonoh di internet di rumah temannya yang kedua orangtuanya bekerja melalui laptop teman sekolahnya di rumah.


Di sini pentingnya orangtua mengecek history yang udah di buka jika anak sudah diberi kebebasan menggunakan internet saat orangtua bekerja.

Berikut adalah daftar parental lock atau sofware pengaman yang dapat membendung materi negatif seperti pornografi dan kekerasan pada anak saat menggunakan internet.

4 komentar

  1. keren Mak, tips-tipsnya. Orang tua memang harus berperan aktif terhadap perkembangan gadget anak ini ya.

    BalasHapus
  2. Setuju banget sama "menjadikan mendongeng/membaca sebagai kebiasaan". Saya lihat teman-teman masa kecil saya yang dari awal nggak dibiasain baca, sampe gede pun mereka males buat baca. Padahal pengetahuan itu sumbernya dari membaca.

    BalasHapus
  3. harus ikutan maju ya emak2 di era digital

    BalasHapus