Belajar Memetakan Bakat dan Minat Anak - Anak

Ada yang sudah baca buku Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak?  Ini buku lama terbitan tahun    tapi saya lihat masih dijual di mizanstore.


Terlepas dari beberapa pernyataan kontroversial yang pernah dilontarkan penulis buku ini, untuk beberapa hal dalam pengasuhan anak saya sepakat dengannya. Seperti sebuah ujaran, ambil yang baiknya, buang yang buruknya. Itu juga yang selalu saya terapkan setiap membaca buku, termasuk membaca buku novel,  , ambil yang sesuai, lepas yang tidak sesuai.

Buku ini sedikit banyak menjadi panduan saya untuk memetakan bakat dan minat anak – anak dan sampai saat ini masih berproses. Tidak semua hal dalam buku ini plek tumplek saya adopsi tapi dipilih dan disesuaikan dengan kondisi saya dan keluarga. Seperti misalnya pada contoh kasus di buku ini lebih menitikberatkan pada homeschooling  tapi karena anak – anak saya bersekolah, maka saya sesuaikan.


Me and My sunshine


Saya masih berproses memetakan dan menemukan bakat anak – anak tapi sudah terlihat kecenderungan mereka  walaupun belum benar – benar spesifik, setidaknya ini bisa jadi pijakan saya dan suami saat memberi mereka arahan dan dukungan .

Cetak Biru anak – anak
Yang satu berkecenderungan kinestetik, lainnya logis matematis. Ehm, padahal  keduanya distimulasi dengan hal yang sama dan dimulai pada usia  yang sama.
Contoh;  Sejak bayi anak-anak saya jejali dengan buku, ketika banyak ibu lain mengajarkan warna, bentuk dan berhitung pada anak – anaknya via gadget (games atau youtube), saya merasa nyaman mengajarkan melalui buku walaupun kurang praktis dan beresiko buku rusak hingga tak berbekas. Yap, karena keterbatasan keuangan saya jarang membeli buku berkertas tebal karena harganya mahal. Rutin membacakan buku pada anak – anak sampai saat ini, seiring waktu terlihat, ketertarikan adik untuk  terhadap buku lebih besar dibanding Kaka.

Si sulung kadang berkata,  aku tidak suka baca buku. Kenyataannya jika tidak bisa tidur di malam hari pilihannya membaca buku, enjoy menyimak jika saya bacakan buku. Kalau ke tokbuk pastilah memilih buku dan pilihannya jatuh pada buku yang banyak gambarnya seperti komik KKPK, komik petualangan dan science – saya tidak mengenalkannya pada komik Jepang karena susah disortir mana yang aman mana yang enggak, bukan karena gambarnya yang katanya vulgar tapi gaya pacar-pacarannya itu yang bikin horor. Tapi biasanya saya batasi pembelian komik, membeli satu komik harus diikuti dengan membeli buku non komik.

Dari bayi keduanya saya akrabkan dengan kolam renang, di usia kurang dari 5 tahun si sulung minta bisa  berenang dan akhirnya kami leskan, usia 7 tahun kami bisa melepasnya berenang. Dan jika sudah berenang (favoritnya berenang gaya katak) tahan berlama – lama dan  balapan dengan Abinya. Adik hingga kini berusia 6 tahun, masih menolak dileskan berenang padahal sampai saat ini kami rutin mengajak mereka berenang minimal sebulan sekali.

Dari pengalaman di atas dan pengalaman saya pribadi – bagaimana saya dan adik perempuan saya yang terpaut usia 2 tahun bisa tumbuh dengan karakter dan passion berbeda - saya berasumsi anak – anak sudah membawa cetak biru dan kitalah yang harus menemukan apa cetak biru mereka.

Caranya? Stimulasi dengan banyak hal. Selain dengan buku dan berenang saya menstimulasi mereka dengan kertas, warna dan pensil dan memberi mereka  waktu untuk bermain dengan teman-temannya (di luar rumah) dan mainannya. Hingga saat ini masih membatasi mereka bermain gadget. Bukan, bukan saya tidak percaya gadget memiliki sisi positif, saya hanya ingin mereka mengeksplorasi dirinya dan menemukan minat dan bakatnya.

Si Kinestetik
“Ma, semester ini aku mau ganti ekskul ya jadi nari,” pinta si sulung suatu hari.
“Ya, boleh aja.”
Hampir tiap semester ganti ekskul.  Mulai  kelas tiga bisa memilih  2 ekskul, jadi satu ekskul tetap yaitu marching band, satu ekskul ganti-ganti. Dari bela diri, badminton, marawis, nari dan terakhir drama.

Pernah saya sarankan untuk memilih satu ekskul agar benar – benar bisa tapi setelah dipikir – pikir, saya ikuti pilihannya karena mungkin dia sendiri tengah mencari apa yang sebenarnya diminati.
Namun terlihat kecenderungannya yang kinestetik. Selain suka, dia mudah memahami dan mengikuti instruksi yang berhubungan dengan gerak. Kalau sudah berenang terlihat enjoy dan tahan berjam – jam.

Di luar sekolah, si sulung ikut silat dan diantara teman sebaya dan seangkatan dia yang paling menonjol dan paling cepat naik jurus. Gimana tidak cepat naik jurus hampir tiap hari di rumah dia mempraktikkan gerakan jurus – jurus yang sudah di pelajari. Kelakuannya ini kadang membuat saya dan pak suami tertawa sendiri. 

Suka membuat prakarya dan kreasi ini itu yang diconteknya dari buku atau inisiatif sendiri.
Dan sepertinya dia tidak mengenal kata lelah saat berenang atau silat. Selalu bersemangat dan antusias. Beda halnya jika saya ajari matematika, wajahnya langsung menekuk kadang disertai menguap hahahaha

Si logis matematis.
Tertarik dengan angka – angka, suka mengerjakan perhitungan tanpa diminta di buku aktivitas dan jika sudah selesai mencari soal lain. Bisa anteng merakit lego sesuai petunjuk tanpa meminta bantuan dan dikerjakan berkali – kali hingga hapal, setelah hapal dia modifikasi bentuknya. Setelah bosan minta lego baru. Jika melihat buku yang menarik perhatiannya dia akan buka – buka dengan serius walaupun belum bisa baca (sekarang sudah bisa baca).

Lebih suka main di dalam rumah daripada kesana kemari. Biasanya dia mengundang teman – temannya main ke rumah untuk main balok, mobil – mobilan atau lego.

Mengarahkan Bakat dan Minat Anak – anak
Saya masih berproses untuk menemukan bakat dan minat anak – anak dan baru memulai tahap untuk menemukan bakat  dan minat yang lebih spesifik. Saya mencoba melakukan hal – hal berikut untuk menemukannya;

Fasilitas dan dukungan; Sebisa mungkin memfasilitasi hobi mereka. Melengkapi si sulung dengan peralatan gambar, meleskan bela diri dan rutin mengajaknya berenang.

Adik karena suka merangkai lego, meminta dia menabung untuk membeli lego dan kita tambahin. Masih rutin membacakan buku untuk menjaga ketertarikannya pada buku. Membeli buku aktivitas berhitung.

Practice makes perfect; Mengkondisikan anak – anak melakukan hal yang diminati setiap hari walaupun hanya beberapa menit. Memvariasikan kegiatan tersebut, misal media gambar Kaka tidak hanya kertas juga papan kayu talenan dsb.

Evaluasi; Ini catatan untuk diri saya sendiri, melihat perkembangan dan antusiasme anak – anak terhadap minatnya.

Masih terus belajar dan berproses menemukan bakat dan minat anak-anak dan semoga Allah swt memudahkan kami orangtuanya mengantarkan mereka pada takdir terbaiknya.






6 komentar

  1. tiap anak beda karakternya, ya, mbak. tugas orang tua mungkin ya untuk mengarahkan agar anak bisa menemukan bakat sebenarnya

    BalasHapus
  2. Beruntungnya jaman sekarang ilmu parenting bertebaran dan mudah diakses ya.....
    Dulu di masa kecil saya.... saya benci dan tdk berminat matematika, eh sama ibu saya malah dilesin matematika coba😭 kalau jaman sekarang kan katanya kalau anak tdk berminat di satu bidang ya jangan dipaksa di bidang itu lan ya...

    BalasHapus
  3. seperti membuat suatu strategi kalau udah bicara tentang bakat dan minat anak, ya, Mbak. Jangan sampai salah memetakan karena bisa berimbas ke masa depan anak :)

    BalasHapus
  4. Setuju, Mak . Menemukan bakat dan minat anak itu memang bukan proses instant. Bahkan bisa bertahun-tahun. Ortunya mesti sabar dan konsisten

    BalasHapus