Wisata Tangkuban Perahu, Kawah Domas #Part2

Assalamualaikum teman, happy long week end, postingan liburam siapa tahu bisa jadi rekomendasi untuk liburan tengah tahun atau akhir tahun nanti. Seperti tertera di judulnya part 2, tulisan  ini bagian dua dari  postingan Wisata Tangkuban Perahu. Walaupun begitu tetap bisa dibaca tanpa perlu membaca bagian satunya kok.

Kawah domas 

Yang mau baca bagian satunya bisa di WisataTangkuban Perahu, Kawah Ratu.



Setelah puas menjelah area kawah ratu dan tidak ketinggalan foto – foto, kami mampir ke kawah Domas yang letaknya di bawah kawah ratu.

Perjalanan ke Kawah Domas

Naik naik ke puncak gunung

Ada petunjuk cukup jelas untuk sampai ke kawah domas dan loket tiket yang menjadi penanda. Bisa juga mampir ke kawah Domas sebelum ke kawah ratu karena letaknya di bawah, tapi dengan pertimbangan kalau agak siang ke kawah ratu udara  panas juga padat pengunjung, kami memilih sebaliknya. Kurang nyaman kalau pengunjung terlalu padat jarak pandang melihat tempat wisata jadi terbatas, begitu pula dengan spot foto bagus akan sulit sepi.

Tapi  jangan terlalu siang juga jika mengunjungi kawah domas karena panas matahari akan terasa lebih menyengat. Tiket  masuk untuk turis local dengan rombongan lebih dari 4 orang  sebesar 100 ribu, harga sudah termasuk 1 orang guide yang akan mengantar sampai kawah domas yang berjarak sekitar 2 km dari pos loket.

“Jalannya mendatar kok, Ka, terus menurun sekitar 600 meter,” kata tour guide. Tour Guidenya sudah kakek – kakek tapi terlihat bugar, mungkin karena sering bolak balik jalan menemani turis. Terlebih udara sepanjang perjalanan super sejuk, lha iyalah namanya juga hutan hehehe. 

Tak disangka, kedua anak saya antusias, dikira bakal mengeluh capek karena sebelumnya sudah wara  - wiri di kawah ratu. Salah satu yang membuat membuat mereka antusias karena mereka akhirnya merasai berjalan di hutan, selama ini ‘kata hutan’ hanya dalam bayangan setiap mereka membaca komik petualangan korea yang berjudul Borneo (cerita tentang petualangan di hutan Borneo,  yang terdiri dari 10 seri).


Ada  beberape jenis satwa khas dan langka yang tinggal di hutan ini yaitu oa jawa dan lutung (keduanya sejenis monyet) dan elang jawa. Tapi menurut guide kami keberadaan monyet sudah sangat jarang terlihat, yang masih ada elang. Kami beruntung sempat melihat dan mendengar jeritan elang jawa yang sedang terbang dikejauhan.

Ditengah perjalanan kami bertemu kucuran mata air, anak – anak langsung terkagum – kagum karena airnya jernih dan bersih. Anak – anak antusias mencuci tangan dan muka.

Kami juga melihat sebatang pohon besar dengan warna hitam, menurut tour guide ini adalah pohon yang terkena erupsi gunung tangkuban perahu dan hampir  menjadi fosil. Karena anak – anak sudah beberapa kali mengunjungi museum geologi Bandung plus dari baca komik petualangan korea, jadi mereka paham apa itu fosil tak heran mereka terkagum – kagum dan makin paham bagaimana fosil terbentuk.


Jejak – jejak batang pohon yang terkena erupsi yang masih hidup (berdaun segar) terlihat sepanjang perjalanan begitu mendekati kawah domas. Menurut tour guide kami, di area sekitar kawah domas dilarang membuat lubang, entah untuk sumur atau keperluan apapun karena kemungkinan di dalamnya masih menyimpan uap panas dan beracun dari belerang.

Kawah Domas
Akhirnya kami sampai di kawah domas, samar – samar ingatan saya terbawa saat ke sini puluhan tahun lalu bersama teman – teman sekolah dan guru biologi, trakking melalui hutan Jayagiri.

Mama narsis dulu

Penampakan kawah domas kering dan gersang walaupun terdapat   beberapa mata air panas yang meruapkan uap belerang, mungkin efek warna putih dari batuannya yang memberi kesan kering. Mata air panas membentuk kolam – kolam dan aliran sungai kecil. Ada beberapa kolam belerang di area ini tapi tidak semua bisa dipakai untuk merendam karena sangat panas. Ada penanda mana kolam yang boleh dan tidak boleh didekati pengunjung.

Yang tidak boleh didekati

Nah di kolam yang airnya hangat selain bisa untuk merendam kaki juga merebus telor lho. Di warung – warung yang terdapat di area ini menjual telur seharga 4 ribu/butir dan meminjamkan jaring dan wadah untuk mengambilnya. Kalau pake tangan langsung kan panas ya. Kami tidak mencoba merebus telor karena waktu yang kami miliki terbatas, cek out hotelnya jam 12.

"Nanti ke sini lagi ya, Ma," pinta anak - anak. Insyaallah, semoga diberi  kesempatan . 







2 komentar

  1. wah dulu jaman sekolah paling sering jalan kaki ke tangkuban perahu

    BalasHapus
  2. Aku beberapakali ke tangguban perahu, tapi blom prnh bawa anak. Kyknya harus diniatin nih biar bisa ke sana bareng keluarga. Thanks for sharing mbak :)

    BalasHapus