(semacam) Review Film Rudy Habibie

Saya cinta Indonesia
Saya percaya Indonesia
(Rudy Habibie)



Akhirnya bisa nonton berduaan sama Pak Suami setelah selama ini cuma rencana dan angan-angan karena kebingungan di mana menitipkan anak-anak kalau nonton berdua. Singkat kata akhirnya kita nonton berdua. Anak-anak ya dititipin. Tega amat nitipin anak-anak demi nonton? Sstt...




Bersamaan dengan tayangnya Rudy Habibie (RB) di bioskop ada dua film Indonesia bagus lain yang tengah tayang. Maunya nonton tiga-tiganya tapi berhubung waktu dan budget nonton terbatas jadilah kami menonton Rudy Habibie salah satu pertimbangannya karena kami  mengagumi tokoh bangsa ini dan penasaran seperti apa sih masa muda dan perjalanan belajarnya di Jerman?

Film RB mengisahkan masa muda BJ Habibie saat muda dan bersekolah di Aachen Jerman. Siapa BJ Habibie sudah pada tahu kan? Mantan presiden RI. Iya betul tapi bukan sekedar itu, sebelum menjadi presiden beliau di kenal karena mendirikan industri penerbangan di tanah air yaitu IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) yang terletak di Bandung sayang karena banyak faktor (politik dan ekonomi) IPTN tutup. Namun hingga kini ide serta desain pesawat rancangan Habibie digunakan di banyak perusahaan penerbangan dunia dan dipatenkan atas nama beliau. Profil BJ Habibie yang agak lengkap bisa di lihat di sini. saya sebut agak lengkap karena memang tidak lengkap, terutama profilnya beliau saat mendirikan dan memimpin IPTN yang dulu menjadi kebanggaan negeri ini.

Film di buka dengan setting saat pertama kali RB  ke Jerman lalu flasb back kemasa kecil di Gorontolo saat peperangan terjadi yang membuat RB  dan keluarganya harus mengungsi ke kota lain.
Dari kecil ternyata RB sudah tertarik dengan pesawat dan konsep bagaimana udara menerbangkan sebuah benda. Hingga RB dan teman-teman ingin mencoba dengan menggunakan balon. Karena saat itu Balon bukan hal mudah didapat, teman-teman Rudy mencari dan mendapatkannya  di tempat sampah. Ini adegan lucunya.  

Ayah Rudy mendukung ketertarikan RB namun sayang beliau meninggal  sebelum janjinya untuk menemani RB menerbangkan pesawat mainan terpenuhi. Adegan meninggalnya ayah RB  dijamin membuat semua penonton menangis. Adegan yang sekaligus menunjukkan bahwa sejak kecil jiwa kepempimpinan RB sudah terlihat.

Kalau selama ini saya beranggapan bahwa BJ Habibie sekolah di Jerman tanpa konflik alias hanya belajar dan belajar hingga (tak heran) menjadi super jenius di bidang  pesawat terbang, ternyata saya salah.

RB tidak hanya belajar juga sangat aktif di PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) bahkan mencalonkan diri sebagai ketua karena dia memiliki misi dan visi khusus. PPI Eropa di bawah kepempimpinan RB  menggulirkan ide Seminar Pembangunan Indonesia yaitu bagaimana PPI dapat turut  berkontribusi bagi pembangunan di Indonesia.

Ide Seminar Pembangan Indonesia bukan tanpa hambatan dan ironisnya hambatan justru datang dari sesama anggota PPI. Hambatan yang tak sekedar debat mulut tapi adu fisik. Berhasilkan RB mewujudkan Seminar Pembangunan Indonesia? karena selain mendapat hambatan RB juga terdeteksi tubercolosis  tulang.

Kisah cinta RB dengan gadis Polandia (Ilona) yang merupakan cinta pertama RB saat muda menjadi bumbu yang membuat film ini terasa manis dan romantis. Bagaimana mereka akhirnya putus? (RB akhirnya menikah dengan Ainun). Dibumbui juga dengan adegan kocak dari Poltak teman RB asal Batak.

Setting  Film dan Acting Pemain              
Film ini mengambil setting di Indonesia dan Jerman. Jempol untuk settingnya yang kondisi dan properti yang dikenakan pemain mirip dengan tahun RB muda termasuk stasiun kereta, rumah sakit dan pabrik di mana RB bekerja saat kuliah.
Acting pemainnya bagus.

Super Inspiratif
Kalau kata Pak Suami, film ini bukan hanya bagus di tonton tapi dikoleksi filmnya agar bisa ditonton anak-anak kelak karena karakter RB bagus untuk jadi  role model  generasi muda.

Sedari muda RB memiliki keinginan memberikan sesuatu untuk Indonesia Jiwa nasionalisnya sangat tinggi. Kemelut politik dan ekonomi Indonesia yang terjadi saat itu tidak membuat RB patah arang untuk mewujudkan impiannya padahal sekelilingnya (teman-temannya pesimis).
Kesulitan ekonomi (Ibu RB sempat tak bisa mengirim uang karena ekonomi di tanah air sedang kacau-harga bahan pokok semua naik) tidak membuat RB pesimis walaupun dia sempat menangis tapi RB berjanji akan menyelesaikan studinya dan membuatkan pesawat untuk Ibunya. (Janji RB pada Ibunya tuntas, kelak dia membuatkan pesawat bukan hanya untuk Ibunya tapi bangsa ini).

RB muda, religius  namun terbuka. Tidak pernah meninggalkan sholat padahal saat itu di kampusnya tidak ada mushola apalagi mesjid. RB biasa sholat di bawah tangga kampus, perpustakaan dan di mana saja. Walaupun religius tidak antipati terhadap agama lain, bahkan untuk mencari ketenangan (karena di Jerman tidak ada mesjid) saat terdoa RB memilih gereja.

Sisi Parenting 
Banyak sekali pelajaran pengasuhan yang bisa didapat dari film ini. Karakter dan sikap dari Bapaknya Rudy Habibie yang mengayomi, caranya menfaatkan quality time dengan anak, mau memahami dunia anaknya dan membimbingnya.

Ketegaran, sikap optimis dan tegas sikap Ibu Habibie turut membentuk karakter Rudy Habibie di film ini nampak 'keukeuh' kalau istilah sundanya. Keukeuh itu sikap kuat keinginan dan mau berusaha maksimal untuk mencapai tujuan.

Ditinggalkan suami bukan menjadi halangan baginya untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan tinggi, rela kehilangan harta agar anaknya bisa menuntut ilmu. Optimis dan menjadi penyemangat saat Rudy Habibie merasa putus asa. Dia membesarkan ide RB untuk membuat pesawat padahal jika menilik situasi saat itu (Indonesia bukan negara maju, bahkan ekonomi sempat terpuruk saat semua harga naik begitupun politik).

Tegas memilih sikap terlihat saat ia mendatangi Ilona, pacar RB yang berdarah Polandia.

Pelajaran untuk saya sebagai orangtua, nonton film ini jadi reminder untuk menjadi orangtua lebih baik dalam membimbing anak-anak dan berusaha mengantarkan mereka pada takdir terbaik mereka.

Penasaran? Intip traillernya di Youtube lalu  nonton...Insyaallah bermanfaat.


3 komentar

  1. Nah ini peer buat wiken iniii. kudu ndelokkkk

    BalasHapus
  2. Pengen deh nonton tapi ga memungkinkan bawa anak aktif hehehe sepertinya beli dvdnya aza deh..makasi reviewnya mba

    BalasHapus
  3. nonton film ini saya sempet mewek beberapa kali mba hehe

    BalasHapus