Tip Menulis Cerita Parenting

Kalau biasanya saya sharing di blog ini tip menulis dari workshop-workshop menulis yang saya ikuti, seperti menulis fiksi bersama Maggie Tiojakin, workshop menulis Femina, dsb, semuanya bisa di baca  di katagori workshop menulis. Kali ini tip menulis ala-ala saya, lebih tepatnya berbagi pengalaman menulis.  Saya gak jago-jago banget nulis jadi ini sebenarnya postingan adu nyali alias memberanikan diri J.

Cerita parenting tidak sama dengan artikel parenting. Artikel parenting biasanya berisi pengetahuan populer dan bersifat how to mengenai pengasuhan, sedangkan cerita parenting, menuliskan moment paling berkesan sekaligus mengandung hikmah, saat bersama anak 

Memilih tema parenting karena beberapa tulisan saya dengan tema ini pernah di muat di media cetak.  Seperti apa tulisan-tulisannya, bisa di baca   di katagori mom’s story atau di buku Mommylicious – beberapa tulisan di buku ini pernah di muat di media cetak.

Langsung saja ya teman ke point-point yang harus diperhatikan saat menulis cerita inspiratif bertema parenting adalah;

Pertama, tulisan merupakan kisah nyata yang kita alamai.
Kenapa? Walaupun pembaca tidak akan tahu ini kisah asli atau bukan, tapi  sebuah tulisan inspiratif yang merupakan pengalaman nyata akan lebih terasa menyentuh – touching. Mungkin karena menulisnya pake hati  ya hehehe. Nama dan tempat kejadian bisa di samarkan.

Kedua, tidak memamerkan kehebatan anak atau orangtua
Setiap Ibu pasti merasa buah hatinya hebat, itu wajar kok. Perasaan hebat yang lebih karena kita amazing dengan pertumbuhan anak. Tahu-tahu udah bisa begini begitu padahal rasanya baru kemarin lahiran, baru kemarin diajarin abc eh sekarang udah bisa sampai z dan seterusnya.

Yang terhebat menurut kita belum tentu terhebat menurut Mama lain atau yang menurut kita hebat sebenarnya hal wajar dalam tumbuh kembang anak di usianya. Bisa jadi kehebatan anak kita akan dikomentari seperti ini,”Ya, bisa gitu aja pamer, anak gua donk udah bisa anu anu anu....” terus malas melanjutkan baca tulisan kita.

Tapi bukan berarti tidak boleh menuliskan kelebihan anak kita, hanya porsinya di buat biasa. Dan memberi kesan,  memang seperti ini kemampuan anak seusianya. Jika ingin menuliskan kekurangan si kecil seimbangkan dengan menuliskan kelebihannya.

Ketiga, tentukan apa pesan yang ingin disampaikan dengan tulisan itu.
Mengutip istilahnya mba Tenik Hartono mantan CEO majalah AyahBunda (kini CEO majalah Grazia– sama-sama majalah terbitan grup Femina), ...bukan tulisan bru ha ha – di endorsment buku Mommyliciou. Harus ada pesan yang ingin disampaikan dari cerita yang kita alami tanpa menggurui pembaca.

Tulisan saya yang berjudul   Peran Baru Azka dimuat di rubrik cerita mama majalah Parenting Indonesia, menceritan suatu hari di mana Kaka tantrum hanya karena ingin disuapi saya. Padahal dia sudah bisa makan sendiri dan kalau pun mau di suapin biasanya oke oke aja tuh disuapin  mbanya. Saya menolak karena tengah menyusui adik. Pengertian yang saya berikan malah membuatnya nambah mengamuk. Ancaman saya tidak mempan. Sampai pada suatu titik Kaka kelelahan dengan amukannya, terisak kelelahan dan ingin saya peluk. Akhirnya saya tersadar keinginan Kaka sebenarnya mencari perhatian karena beberapa hari ini saya di sibukkan dengan kehadiran adiknya dan mengganggap Kaka sudah mandiri dalam banyak hal.

Keempat, pesan di tuliskan secara tersirat.
Tulisan yang bersifat menggurui umumnya kurang di sukai kecuali memang artikel how to atau pengetahuan populer. Pesan dalam tulisan sebaiknya eksplisit jika ada penegasan pesan disampaikan di akhir cerita dan lebih ditujukan untuk diri sendiri – semacam kontemplasi.

Pendek kata menulis cerita inspiratif bertema parenting itu menuliskan kejadian sehari-hari yang dialami kita dan si kecil dan dari kejadian itu kita mendapat sesuatu/hikmah.

Oh ya tulisan jenis ini bisa dikirim ke media massa lho, bisa rubrik buah hati di Republika, nuansa perempuan majalah Ummi atau gado-gado Femina – gaya penulisan harus di sesuaikan dengan media tersebut. Alamat dan cara pengiriman bisa di cari di katagori mom’s story.


Teman-teman yang sudah punya anak pasti punya banyak cerita serupa dengan saya, yuk tuliskan, kalau di muat di media alhamdulillah kalau sekedar di posting pun, itung-itung mengabadikan kisah kita dan si kecil....

8 komentar

  1. Wah, keren tipsnya Rin :)

    BalasHapus
  2. membuat porsi biasa cerita anak itu tergantung yang baca kayaknya mbak
    kita ngerasa biasa, yang baca ngira pamer #eaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha iya kali ya tergantung ke 'baper' an pembaca, tapi kerasa kok tulisan yang menghebatkan sama yang biasa, intinya ish fokus pada tujuan nulis, apa sih pesan yang ingin disampaikan, kalau cuma nyeritain kehebatan anak ya semua anak hebat hehehe

      Hapus
    2. Okeh. Aku catat deh tips nya makasih ya

      Hapus
  3. Makasih ya mba Rina sharing-nya. Pengen banget kayak mba Rina bisa bikin buku ttg parenting :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. huhuhu saya juga baru satu , kurang produktif nih

      Hapus
  4. makasih tips bisa membantu sekali

    BalasHapus