Saya selalu menggunakan taksi
Blue Bird saat bepergian bersama anak-anak jika pak suami tidak bisa mengantar.
Taksi selalu jadi pilihan karena aman, nyaman dan efisien. Aman dan nyaman terutama untuk anak-anak yang
senang bereksplorasi, tidak bisa duduk diam dengan manis. Hiruk pikuk jalan
selalu menarik perhatian mereka, berkomentar dan bertanya ini itu. Spanduk-spanduk minta di bacain dan
sebagainya. Dan Adik biasanya tidak mau duduk karena jika duduk dia tidak bisa
melihat jalan. Dia berdiri saya memeganginya.
Seperti hari itu saya dan
anak-anak ke RS Eka hospital BSD untuk konsultasi dengan dokter gigi anak
terkait masalah gigi Kaka yang tumbuh tidak rata.
“Ma, kenapa orang-orang ngasih
uang ke dia?” tanya Adik saat kami lewat pertigaan di mana seorang pemuda
tanggung tepat berdiri di tengah mengatur mobil yang lalu lalang, sesekali
tangannya menerima recehan dari pengendara mobil.
“Karena dia membantu supaya
jalanan tidak macet.”
“Ma, kenapa kita tidak ngebut?”
“Karena berbahaya, bisa menabrak
orang atau kendaraan lain.”
Sementara Kaka cemberut dan
sesekali merengek, dengan berkata, ‘Aku tidak mau ke rumah sakit’. ‘Aku tidak
mau di cabut gigi’. ‘Aku tidak mau pake kawat gigi’. Saat saya menghiburnya,
Adik berteriak minta perhatian terlebih karena cemburu. Terjadilah sedikit
kegaduhan. Adik berteriak sambil menarik baju saya. Kaka mengancam harus di
belikan es krim. Adik jadi berteriak minta es krim.
“Iya, es krimnya nanti tapi kalau
Kaka di cabut gigi, kalau nggak di cabut tidak jadi beli es krim.”
“Tapi Dede mai es krim! Es krim!”
di susul tangisan. Hadeuh....
“Duh, maaf ya Pak jadi berisik.”
“Tidak apa-apa, Bu, biasa
kalau anak-anak.”
Untuk meredakan ketegangannya
saya mengajak anak-anak foto selfie dengan berbagai ekspresi, akhirnya Kakak
dan Adik tertawa. Setelah selfie bosan, Adik dan Kaka bercanda yang lagi-lagi
membuat kegaduhan. Perjalanan dari pamulang ke tempat tujuan memang lumayan
lama sekitar 40 menit.
Saya kembali minta maaf pada pak
supir. Dan dia mengiakan dengan senyum.
Pastinya butuh kesabaran dan
konsentrasi luar biasa untuk bisa menyetir dengan kondisi agak gaduh, tetap
konsentrasi pada jalanan di depan mata. Harus tetap tersenyum dan ramah
walaupun bukan tidak mungkin pak supir sebenarnya kesal J. Terima kasih atas
pengertiannya pak supir. Itulah #SekotakPenuhKesan perjalanan saya bersama Blue
Bird dari Pamulang ke Eka Hospital BSD.
Secara
tidak sadar beberapa kali kami mengabaikan pak supir saat menumpang taksi karena terlalu asik dengan urusan
sendiri, bahkan lupa minta maaf karena membuat kegaduhan.
Tentu butuh kebesaran hati untuk
menerima pengabaian-pengabaian yang di lakukan para penumpangnya baik disengaja atau pun tidak. Pernah suatu
kali saya mendengar curahan hati seorang supir taksi yang dibayar penumpangnya
setengah dari argo karena sempat tersesat sebelum mencapai tempat tujuan.
“Kesal sih Bu, lha wong dia yang
salah kasih alamat, tapi harus ikhlas mungkin rejeki saya memang segitu. Rejeki memang tidak bisa diukur dengan meteran tapi yang di Atas yang ngatur. Bisa jadi
rejeki rupaih saya di ganti dengan keselamatan selama perjalanan”
Duh, jleb banget. Saya jadi malu
karena lebih sering mengukur rejeki dengan sejumlah rupiah yang di dapatkan.
Bicara mengenai #SekotakPenuhKenangan
dengan taksi Blue Bird, saya jadi teringat masa-masa awal menikah, hamil dan
melahirkan. Tahun pertama menikah saya
dan suami tinggal di kota berbeda. Saya di Bandung dia di Jakarta. Setiap akhir
pekan kami gantian saling mengunjungi. Jika giliran saya ke Jakarta pak suami
selalu berpesan,”Dari pol travel naik taksinya Blue Bird.”
Saya manut karena buta kota Jakarta
dan beberapa kali mendengar berita tv kejahatan sering terjadi dalam taksi.
Jadi penting memilih taksi yang terpercaya dan saat itulah saya tahu taksi Blue
Bird terpercaya (waktu itu di Bandung belum ada taksi Blue Bird). Dari
perjalanan itu pengetahuan saya tentang jalan-jalan di kota Jakarta bertambah
setelah bertanya ini itu pada pak supir.
Saat hamil besar dan goncangan
kendaraan roda dua pak suami tidak lagi nyaman bahkan sakit untuk perut
saya, maka pilihan saya ketika
memeriksakan kehamilan adalah taksi, begitu pun saat akan melahirkan dan si kecil
lahir dengan selamat, taksi Blue Bird yang mengantarkan saya sampai rumah
dengan nyaman dan aman.
Itulah #SekotakPenuhKesan perjalanan saya bersama Blue Bird. Teman-teman punya pengalaman berkesan juga? Yuk tuliskan dan menangkan Grand Prize Apple Macbook Pro, Leica D-Lux (typ 109), Apple Iphone^ 64gb dan hadiah mingguan GoProHero4, Samsung Gear S2 Smartwatch dan voucher MatahariMall.com. Dengan periode lomba dari tanggal 7 maret - 1 mei 2016. Info lengkap bisa di lihat di sini
aku kalo butuh taksi,pilihnya bb..soalnya aman masalah harga..terus ada majalahnya juga,kalo macet bisa baca2^^
BalasHapusharga aman karena pake argo ya ...beberapa taksi ada yang masih main tembak harga
Hapussaya jadi ingat, dulu pertama kali mau masuk kuliah di jakarta, dan pertama kali pula naik taxi, ya pakenya blue bird :)
BalasHapusiya mba dulu taksi blue bird cuma ada di jakarta , sekarang di bandung sudah ada
HapusNaik Bluebird serasa mobil pribadi, anak2 jadi banyak cerita
BalasHapusbener mba, kalau kecapean tidur pulas pula heuheu
Hapus