Begini ceritanya kalau mahmud kopdar :)

Assalamualaikum temans.

Tahu kan kepanjangan mahmud? mamah (berjiwa) muda hehehe. Ya, gitu deh kalau udah ketemu teman suka lupa umur, serasa muda, sejenak lupa krucil dan bapaknya yang nungguin di resto sebelah atau di parkiran:)

Yeayyy akhirnya kami ketemuan walaupun dengan formasi tidak lengkap, karena tinggal di beda kota, beda provinsi bahkan beda pulau. Bukan sekedar soal waktu yang tidak bisa menyatukan untuk bertemu juga ongkos hahaha. Mba Wien yang beromisili di  Yogya kebetulan ada training di Bogor jadilah sekalian kami ketemuan.  Pilihan Green Terrace TMII karena relatif dekat dari tempat tinggal bumil mba Nunung yang ngidam pengen kumpul  dan mentraktir *terima kasih banyak mba Nung semoga rejekinya lancar dan bertambah*.

kopdar cantik, makan enak :D
Terharu karena ada goodiebag padahal tidak ada  sponsor. Ambu membagikan prol tape buatannya dan mba Wien bawa oleh-oleh abon   dari Yogya. eh, dapat doorprize juga dari mab Nunung, duh makasih banget ya mba Nung.

Pertemanan kami di mulai di media sosial karena sama-sama suka nulis lomba, ngekuis, (contesmania) dan (bukan) kebetulan beberapa dari kami di pertemukan menang di lomba Sariwangi yang hadiahnya camping sekeluarga plus uang tunai. Percaya ga percaya saat tahu tujuh dari sepuluh pemenang lomba sariwangi waktu itu adalah kami yang sudah saling kenal dekat di media sosial.

bertujuh menang di lomba sariwangi 

Akhirnya pertemanan kami tak sekedar bicara soal lomba, obrolan khas ibu-ibu termasuk saling sharing masalah parenting. Bagi saya mereka tidak sekedar teman tapi sahabat walaupun jarang bertemu, sudah merasa klik. Mungkin ini yang namanya chemistry berteman.

Ini lho trend di jaman kami abg 
Makan siang di selingi obrolan dengan tema beragam dan melompat-lompat dari info lomba blog, kuis, isu pemilihan gubenur DKI – bukan karena kekinian ya tapi tiba-tiba jadi topik hahaha. Dan saya lupa, bagaimana awalnya hingga obrolan kami nyambung ke Majalah Anita Cemerlang, majalah Mode, tulisan Zara Zettira dan komik Nina. Obrolan yang pastinya hanya di mengerti generasi kami *ketahuan deh umurnya*.

Lalu menyinggung penulis dan  novelnya yang pada jaman itu terkenal  syur. Ya, dulu belum jamannya internet dan youtube, dan buku seperti itu masih terbatas jadinya terkenal. Walaupun tidak pernah baca pasti pada tahu kalau penulis itu novelnya  17+. Bahkan novel itu di gunakan untuk manakut-nakuti, seperti yang di lakukan kakaknya teman,”Hati-hati ya jangan baca novel yang penulisnya Freddie S.” Dan karena pada jaman itu soal sex tabu, jadi di takut-takuti seperti itu jadi beneran takut baca.  Padahal penasaran setengah mati, tapi kalau nekat baca dan ketahuan malu.

Nah dari obrolan novel syur itu tiba-tiba nyambung ke permasalahan abg. Masalah sex akan jadi pertanyaan mereka karena pada usianya hormon pubertas sudah berkembang dan rasa ingin tahu mereka makin besar.  Mulailah Ambu, mba Wien dan mba Murti, sharing mengenai masalah dan cara menghadapi  anak usia smp atau  abg.

Permasalahan anak abg
Dari soal urusan mode baju yang tidak mau terlalu modis tapi juga tiak mau terlihat ndeso. Pertanyaan,“Memang ciuman bisa bikin hamil?”  “Hamil kan bertemu sperma dan ovum, ketemunya di mana?”  “Kenapa sih tidak boleh pacaran, kan ga pegangan tangan?”
Saya, mba Arin dan mba Nunung menyimak dengan serius, karena problem yang kurang lebih sama akan kami hadapi beberapa tahun mendatang.

Point yang saya dapat dari obrolan ini, penting menjaga kedekatan dengan anak saat ini hingga mereka beranjak dari remaja agar kita menjadi teman bertanya dan berbagi mereka. Karena informasi di luar sana yang begitu banyak dan bisa di akses tanpa filter bisa berbahaya.
Kedekatan dengan anak-anak yang seperti apa? Tentunya tidak sekedar fisik. Kita merasa dekat dengan anak, apa anak juga merasakan hal yang sama?

Pertanyaan yang menjadi penting karena pada beberapa kasus anak merasa tidak di sayang orangtua akibat teguran keras, disiplin dan terlalu di atur, seperti kasus yang  diceritakan mba Murti berdasarkan pengalaman menghadapi anak sulungnya.

Padahal pada saat yang sama orangtua merasa melakukannya karena sayang dan untuk kebaikan anak.

Disinilah  pentingnya komunikasi yang tepat dengan anak terlebih saat mereka beranjak remaja, kata Ambu.

Pe-er besar untuk saya yang sulit sekali merubah perilaku komunikasi satu arah, artinya saya yang dominan, kurang banyak mendengarkan, lebih suka mengatur daripada diskusi.

Tak terasa makanan di meja hampir tandas, tinggal potongan bebek yang sebenarnya masih menggoda selera  tapi apa daya perut  sudah penuh. Daripada mubajir di buang, dibungkuslah untuk di bawa pulang.

Narsis dulu

Kami pun beranjak dan mencari spot untuk foto-foto sebelum pulang. Harus foto donk karena kesempatan bertemu langka, sekalian foto juga untuk kontes hahaha.

Judulnya foto-foto nekat, gimana ga nekat kami foto-foto di taman Green Terrace, di mana lalu lalang mobil  keluar masuk ke area ini. Jadi pusat perhatian dan diketawain satpam dari jauh tapi ya cuek aja ya, kan gak akan ketemu lagi hehehe. 

mba wien sibuk nyeting kamera via hp :)

4 komentar

  1. aku deg-degan nih anakku udah 10 tahun mbak, harus makin dekat lagi ya

    BalasHapus
  2. Wah pemandanganya bagus banget itu, menang lomba sariwangi semua. Keren!
    Serunya yang kopdar cantik :)

    BalasHapus
  3. Waaah sudah ditulis.Makasih ya Mbak Rina reportasenya lengkap.Hihi..makasih juga pinjeman bukunya ya mbak.

    BalasHapus
  4. yg pasti kalo emak2 ngumpul itu rame, seru, dan banyak foto2nya :)

    BalasHapus