love is .... |
Benar gak sih jadi mama itu harus
cerewet, tegaan, galak ...dan seterusnya
1.Cerewet
Saya pernah menghadiri seminar
parenting, narasumbernya seorang
psikolog dan dia bilang, jadi mama itu memang harus cerewet, tidak apa-apa di
bilang cerewet.
Ehm, ada benarnya juga karena menasehati,
mendisiplin anak-anak tidak cukup dengan satu atau dua kali nasehat. Contoh
kecil, soal menyimpan barang pada tempatnya. Saya meminta Kaka menyimpan sepatu pulang sekolah di rak sepatu. Berhari-hari Kaka harus
diingatkan untuk itu, setelah dingatkan pun ada kalanya tidak langsung meletakkan
sepatu di rak tapi bilang,”Ntar Ma, simpan tas dulu.” Trus kalau tidak
diingatkan lupaa...sepatu terus di atas keset sampai sore.
Atau soal disiplin sholat. Saat
diingatkan sholat (mama lagi gak sholat jadi gak barengan),”Iya, Ma, lima menit
lagi, ini lagi nanggung.” Udah lima menit malah ganti
mainan atau malah leyeh-leyeh, kalau tidak diingetin lagi lupaa...Saya ngingetin lagi dan lagi (kadang
dengan nada kesal dan marah plus ngedumel) barulah Kaka mengambil wudhu.
Kalau saya flash back ke masa kecil, seingat saya Ibu juga termasuk cerewet,
bahkan saya inget pernah ngedumel ,”Mama cerewet.” Tapi berkat kecerewetannya
saya baik-baik saja dan akhirnya terbiasa dengan kebiasaan baik yang di
tanamkan dari urusan sholat lima waktu sampai pekerjaan rumah.
Salah satu kalimat ngeyel yang
pernah saya ungkapkan pada Ibu adalah
saat dia meminta saya membiasakan membereskan tempat tidur,”Nggak usah di
beresin Ma, nanti juga di tidurin berantakan lagi.”
“Ya, udah kamu jangan makan,
nanti juga lapar lagi.” Ibu saya bicara pake bahasa sunda.
Skak mat!
Katanya, anak kecil memang tidak
cukup sekali di nasehati atau di beritahu, bukan karena tidak mendengar tapi
fokus pikiran mereka masih pada hal-hal yang sifatnya main dan menyenangkan. kedua,
mereka hanya mau melakukan yang mereka sukai. Ketiga, karena belum paham maksud
dari apa yang kita beritahu.
2. Harus tegaan
Kalau ini sih saya rasakan
sendiri terutama saat menerapkan disiplin. Tega membiarkan anak tantrum di mall
hanya agar dia mengerti tidak semua hal bisa dengan mudah di beli/di dapatkan.
Malu udah pasti tapi efeknya terasa sekarang, Kaka paham arti sebuah harga dan
usaha untuk mendapatkannya.
Awalnya saya pikir, memilih
membiarkan anak tanrum akan membuat mereka jadi anak yang mudah putus asa
(karena apa yang dia inginkan tidak tercapai) yang terjadi pada si sulung malah
sebaliknya, dia keukeuh.
Pernah tantrum karena pengen beli
lego tapi tidak saya belikan, dia menabung untuk beli lego. Minta kandang
kucing tidak kami belikan, sekarang lagi menabung untuk kandang kucing.
Tega membangunkannya subuh
walaupun libur sekolah agar tetap sholat shubuh. Tega membatasi nonton dan
gadget, hanya agar mereka lebih aktif, kreatif dan menemukan hobinya.
3. Galak dan atau tegas
Katanya sih galak ga perlu tapi
harus tegas. Nah saya sedang berusaha untuk tidak galak dan belajar tegas. Beda
banget galak sama tegas. Galak biasanya disertai marah jadi maksud atau permasalahan
tidak tersampaikan.
Tegas, terkendali dan menahan
emosi.
4. Sabar
Sabar sepertinya menjadi keharusan. Sabar saat si kecil berbuat kesalahan, sabar saat tantrum (tetap cool), sabar menemaninya belajar - untuk saya sabar itu perjuangan karena saya orangnya ga sabaran.
Sabar sepertinya menjadi keharusan. Sabar saat si kecil berbuat kesalahan, sabar saat tantrum (tetap cool), sabar menemaninya belajar - untuk saya sabar itu perjuangan karena saya orangnya ga sabaran.
Saya masih harus
terus belajar dan belajar. Melihat dan mendengar si kaka dan si adik rebutan, sering
di selesaikan dengan memaksa Kaka mengalah, bukan mencari jalan tengah.
Masih kurang sabar saat menemani Kaka belajar matematika, kurang sabar kalau si Kaka lagi ngeyel.
Iya gimana mau anaknya sabar emak ini masih suka teriak,"Sabar dulu, Mama kan lagi sama Dede dulu!" Nyuruh anak sabar tapi nada emaknya ga sabaran. Hadeuh...
Masih kurang sabar saat menemani Kaka belajar matematika, kurang sabar kalau si Kaka lagi ngeyel.
Iya gimana mau anaknya sabar emak ini masih suka teriak,"Sabar dulu, Mama kan lagi sama Dede dulu!" Nyuruh anak sabar tapi nada emaknya ga sabaran. Hadeuh...
Akh, pokoknya banyak kalau inget
suka pengen mewek dan berharap waktu bisa berputar.
5. Ikhlas
Ikhlas adalah keharusan. Saya sendiri masih belajar untuk ikhlas. Ngaku ikhlas tapi masih sering mengeluh capek. Mengeluh gak ada waktu buat nulis/ngeblog karena rempong sama urusan anak-anak. Duh, maafkan mamamu ini Nak
Ikhlas adalah keharusan. Saya sendiri masih belajar untuk ikhlas. Ngaku ikhlas tapi masih sering mengeluh capek. Mengeluh gak ada waktu buat nulis/ngeblog karena rempong sama urusan anak-anak. Duh, maafkan mamamu ini Nak
6. Full of love
Semua harus dilakukan dengan
cinta dan karena cinta dengan cara yang benar. Memangnya ada cara salah? Ada, mukul anak karena salah dengan dalih mengajarinya. Duh, saya juga masih suka kelepasan nyubit
7. Tak putus berdoa
Saya percaya doa adalah
penyempurna penjagaan kita untuk anak-anak sampai kelak mereka dewasa. Saya
percaya kebaikan-kebaikan yang saya terima dan dapat saat ini adalah karena doa
ibu dan bapak saya.
Saya pikir, ini berlaku untuk untuk agama lain, doa adalah segalanya.
Saya pikir, ini berlaku untuk untuk agama lain, doa adalah segalanya.
Salah satunya doa yang pernah di
pesankan nenek saya,”Habis sholat baca
doa nabi Ibrahim.”
‘rabbij’alnii muqiimashshalaati wa mindzurriyyatii rabbanaa wa taqabbal
du’aa’i.
Ya, Tuhanku, jadikanlah aku dan
anak cucuku orang-orang yang kerap mendirikan sholat. Ya, Tuhan kami,
perkenanlah do’aku. (QS Ibrahim 14:40).
Memang sih kalau sama anak kecil harus sering ngomong, kadang cape juga harus cerewet
BalasHapus