(bukan) kejutan di Hari Ibu

Assalamualaikum

Beberapa minggu sebelum hari Ibu, sepulang sekolah Kaka membawa pulang dua bunga mawar handmade dari kertas.

Katanya, beli di sekolah seharga seribu satu tangkai.
“Jadi gak jajan donk?” tanya saya, karena bekal sekolah Kaka hanya 3000 ribu rupiah.
“Ga apa-apa. Ma, sebentar lagi Hari Ibu ya?”
“iya, tahu dari mana?”

“Dari Bu Guru. Aku mau bikin hadiah akh buat Hari Ibu. Ma, punya dus gak?”
Singkat kata, Kaka membungkus dus bekas sepatu dengan kertas kado yang dibelinya sendiri di warung dengan naik sepeda. Dan hari itu juga, Kaka saya lihat menulis  surat yang tidak boleh saya intip. Sore hari kado untuk Hari Ibu selesai.

Saya di wanti-wanti tidak boleh membuka atau membaca isi suratnya sampai tiba Hari Ibu.
Hari berlalu, Kaka seperti lupa kapan Hari Ibu. Tapi siapa sangka pas tanggal 22 Desember siang Kaka bertanya,”Ma, ini Hari Ibu ya?” setelah saya iyakan, dia memberikan kado Hari Ibunya. Haru.

Love U to Kaka


Terima kasih Nak, karenamu Mama belajar sabar dan ikhlas.

Bagi saya, Hari Ibu hanya penanda, karena saya yakin setiap anak mengingat Ibunya setiap saat, menyematkan doa untuk Ibu dan Bapaknya pada setiap doa yang dia panjatkan, selalu bertekad membalas jasa kedua orangtuanya dengan membuatnya bahagia, walaupun sangat mungkin sang Ibu tidak pernah mengharapkan balasan sedikitpun.

Bagi saya, Hari Ibu adalah pengingat. Mengingatkan saya untuk merenung dan intropeksi diri dengan peran saya sebagai anak dan Ibu.







1 komentar