Digital Sisterhood #EventFemina

58% yakin teknologi memungkinkan pemimpin untuk berkomunikasi dengan tim lebih mudah dan lebih cepat dan 77% anak-anak dan remaja terhubung, mengakses media sosial. 

Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan dari majalah Femina untuk hadir di acara #wanitabicara dengan tema Digital Sisterhood – digital leadership dan digital parenting. Membaca temanya yang kekinian langsung book mark hari buat ikutan. Minta ijin suami dan pesen sama si mba buat nitip anak-anak pada hari itu.

Merasa harus jadi mama yang update soal digital karena menyangkut diri sendiri dan masa depan anak-anak. waalupun tema digital parenting sudah beberapa kali saya baca di majalah AyahBunda saya ga pernah bosan kalau ikut sesi parenting walaupun temanya sama karena percaya ikut ini akan merefresh ingatan soal pengasuhan.

Duh jadi kepanjangan nih prolognya. Langsung aja deh...


Saat peserta datang, langsung di sambut untuk foto di depan backgroud yang sudah di sediakan khusus untuk foto kekinian dan foto langsung cetak di booth lain.

foto kekinian :)

Acara di buka oleh Petty S Fatimah, pembaca setia Femina pasti tahu siapa sosok ini. Yap, dia adalah Editor in Chief and Chief Community Officer Femina.  Dalam kata pembukanya mba Petty mengatakan pentingnya perempuan melek digital termasuk kaum ibu.  Pilihan tema digital dalam acara tahunan majalah dan komunitas Femina ini pun bukan tanpa alasan. Menurut survey 58% yakin teknologi memungkinkan pemimpin untuk berkomunikasi dengan tim lebih mudah dan lebih cepat dan 77% anak-anak dan remaja terhubung, mengakses media sosial. 


opening by Petty S Fatimah
Sebelum menutup openingnya mba Petty mempersilahkan peserta untuk selfie dengan teman semeja dan mengunggahnya di media sosial. Ini foto saya dan teman semeja, dua pengusaha wanita - semoga saya setularan nih jadi wirausaha.



Jadi menurut saya melek teknologi itu penting walaupun untuk seorang ibu rumah tangga karena menjadi bekal untuk membimbing anak-anak.

Mengutip katanya mba Petty;  Jangan mau di bilang gaptek it’s last year.
Opening kedua di buka Sofia Blake, Co-Founder 6x6 Women in Action  and Wife of US Ambassador to Indonesia yang mengatakan bahwa technoloy is not about technology and information  but values, choices and technology for social good. Vision and ideas driving technology globally.
Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa wanita yang berkat teknologi dan informasi internet memberi kontribusi perubahan pada banyak orang.

Sosok influencer perempuan  di media sosial yang  saya ‘kenal’ adalah Ainun Chomsun dengan ide Akademi Berbagi-nya. Kenal dalam tanda kutip ya, jadi kenal sebatas follower dan sering baca profilnya hehehe.

Digital Leadership
Perempuan pengguna internet di Indonesia cukup banyak tapi berdasarkan survey ada kesenjangan sebesar 40% di banding laki-laki. Artinya laki-laki yang lebih banyak mengakses internet. Kesenjangan yang di sebabkan oleh dua hal yaitu keengganan untuk belajar (karena merasa tak perlu) dan kesenjangan pengetahuan mengenai internet yang di miliki laki-laki dan perempuan.
Padahal internet bisa membuat perempuan lebih produktif lho.

narsum sesi digital leadership
Manager digital service dari XL yang menjadi salah satu narasumber pada sesi ini berbagi pengalamannya saat berkunjung ke NTT, ada kejadian yang membuatnya miris karena beberapa keterampilan daerah (saya lupa membuat apa gitu) hilang karena tak ada generasi yang meneruskan karena generasi mudanya memilih pekerja sebagai TKI dengan alasan komoditas tersebut tidak ada pembeli. Padahal tentu jika memanfaatkan teknologi internet pembeli akan datang dengan sendirinya dari seluruh penjuru dunia. Karena banyak perempuan yang belum akses internet (padahal menunjang produktivitas) XL meluncurkan program sisternet, di mana perempuan membantu perempuan untuk melek internet.

Teknologi digital juga memiliki dua sisi. Menurut penuturan Neneng Goenadi, Country Managing Director Accenture Indonesia, internet membuat perempuan lebih multitasking sehingga kehilangan focus.  Sambil ngobrol atau melakukan hal apapun sambil gadgetan. Ya multitasking tapi jadi kurang focus akibatnya ga optimal hasilnya. Itu terlihat juga di dunia kerja.

Listening is more difficult in today's digital workplace.

listening is more difficult in today digital workplace.
Intinya harus tahu ya kapan harus gadgetan kapan harus focus. Kalau Cuma balas komen atau status kan bisa di tunda....tapi susah ya karena penasaran dan pengen eksis heuheu

Disesi ini juga ada dua sosok yang memanfaatkan teknologi internet untuk perubahan yang patut di acungi jempol. Ria Sarwono, perempuan muda (usianya belum 30 – jadi malu nih) pendiri dan pemilik brand Cotton Ink. Memulai bisnisnya di media sosial hingga menjadi besar ( dari 4 orang menjadi memiliki puluhan karywan) dan akan tetap memilih jalur online untuk memasarkan brandnya.

Dan Mandy Marahim pendiri www.wujudkan.id. Sebuah situs untuk menggalang dana agar impian/projek tercapai. Lebih lengkapnya silahkan buka situsnya. Kita juga bisa berdonasi di sana untuk mewujudkan proyek-proyek (entah film atau proyek sosial) yang umumnya idealis.

Kesimpulan sesi ini (by Petty S Fatimah); Perempuan harus terus belajar, keluar dari kerumunan dan ciptakan kesempatan besar, terakhir liat dunia sebagai challenge.

Digital Parenting
Ini nih yang harus saya update, mengingat suka deg-deg an membayangkan jika si kecil tiba-tiba pengen buka akun media sosial. Gimana memantaunya tanpa anak merasa dikepoin?

narsum sesi digital parenting
Narasumber pertama sesi ini adalah Ruby Alamsyah (digital forensic analysist and information security consultant). Pak Ruby memaparkan bahaya internet juga anak-anak dan remaja jika tak hati-hati, mengakses konten dewasa, bullyng, pedofilia, penculikan dsb.

pantau anak di media sosial 

cyber bullying 
Kasus  ini mungkin kita pun sudah pernah mendengarnya di berita tv ya. Jadi para orangtua penting banget melek internet ya.

Untuk anak-anak yang mengakses youtube, saran pak Ruby sebaiknya di bautkan akses khusus anak, pilihan katagori umur yang di masukkan memungkinkan google memilihkan konten yang cocok sesuai usia. Jadi kemungkinan muncul konten dewasa sangat kecil.

Narasumber ketua Ratih Ibrahim CEO Personal Growth. Mba Ratih memaparkan data di konsultan psikologinya yang di pimpinnya, mengenai masalah anak dan remaja yang lebih dari 50% akibat internet dan media sosial.



Ya, jika tak hati-hati mendampingi anak, internet dan media sosial membentuk karakter anak dengan dua sisi positif dan negatif. Berikut karakter atau sifat anak digital; selalu ingin update (eksis), haus pengakuan dan pujian, ambisius dan punya daya saing tinggi, kurang empati, ingin serba cepat dan instan, individualis,  emosinya labil jadi mudah putus asa, depresi, ‘drama queen’,  

Mba Ratih memberikan ‘insight’ untuk orangtua dalam  membimbing anak di era digital ini.
 1   Bangun enggagement dengan anak sejak kecil

2  Ciptakan pola hidup sehat; makan makanan bergizi, olahraga, mandi dsb kenapa kalau sudah terbangun pola hidup sehat ada kesadaran dari anak untuk makan, mandi dst walaupun sedang asik gadgetan. Ada lho anak dan remaja sampai lupa makan dan mandi karena asik main games.
3    Disiplin. Nah ini penting banget. Displin waktu kapan belajar, main, hobby dsb.
4   Orangtua jadi role model.  Gimana mau membatasi anak-anak gadget dan medsos kalau ibunya gak bisa lepas alias ga tahu waktu kapan lepas gadget (ini mah peringatan buat saya nih). Termasuk jadi role model untuk prestasi ya...
5    Dorong agar anak aktif di luar ruangan. Sebaiknya anak memiliki hobi outdoor. Dengan begitu waktu luangnya ga dekat gadget terus.

Dan tentu saja pembekalan nilai-nilai agam.

peserta antusias menyimak

Mba Ratih cerita beberapa kasus anak dan remaja sekarang IQ tinggi tapi kemampuan kosong.
Tips dan trik berdasarkan pengalaman mba Ratih memantau anak-anaknya internetan dan medsos.

1   Jika anak ingin memiliki akun media sosial kita yang membuatkan jangan sampai semua tahu dari teman.
2   Buat perjanjian sampai usia 21 tahun, orangtua harus tahu semua akses (pasword) anak ke media sosial.
3  Agar nampak tidak kepo jangan sering mengintip atau merebut hp anak untuk melihat apa yang dilakukannya di media sosial. Lebih baik mengajaknya ngobrol agar terbuka – pentingnya hubungan hangat sejak dini jadi anak tak segan bercerita apapun pada orangtua.
4    Batasi penggunaan gadget – harus disiplin donk ya
5   Isi liburan dengan keluar rumah walaupun weekend, buat jadwal keluar rumah jadi akses anak ke gadget berkurang. Misal olahraga bersama.

Narasumber ketiga sesi ini adalah Pepita Gunawan lead for Indonesia education go digital google asia pacific. Kesimpulan yang saya tarik dari penjelasan mba Pepita adalah bahwa berlahan-lahan dunia digital akan merambah sekolah untuk mendukung akses pendidikan.

Sisi positif internet dan media sosial
Memanfaatkan internet dan media sosial dengan tepat bisa membuat anak menemukan bakat dan berprestasi lebih dini lho.

Tamu di sesi ini adalah remaja berusia 17 tahun (baru lulus SMA dan sekarang mau kuliah di Melbourne Australia), seorang fashion blogger dengan follower di twitter dan instagram ribuan. Media sosial juga membuatnya belajar jadi intrepreneur. Di sapa dengan nama Chacha (saya lupa namanya)

remaja aktif di media sosial dan berprestasi
Dia bercerita keaktifannya di media sosial sepengetahuan ibunya dan selalu cerita semua aktivitasnya di media sosial ke ibunya. Dan ibunya selalu mensupport hal positif dan membesarkan hatinya jika dia dikomentari tak sedap di mediasosial (pernah di bully).

Selepas di jamu makan siang yang lezat acara selesai dan mendapat goodie bag dong, salah satu isinya Femina edisi terbaru :).

selfreminder

5 komentar

  1. Wow perempuan2 keren pada ngumpul. Pasti menghasilkan banyak hal yang bermanfaat.

    BalasHapus
  2. asik banget acaranya makkkkk...gadget emang virus banget,apalagi kalo udah kenal medsos dan nggak bisa ngontrol. makasih mak sharingnya,tipsnya sangat bermanfaat bangettt

    BalasHapus
  3. gadget bikin ketagihan ya tapi harus isa diet gadget juga nih

    BalasHapus
  4. thanks tipsnya mak, anakku seneng banget buka yutub liat game pavoritnya :(

    BalasHapus
  5. acaramya bagus ya mba...
    kirain yang lebih banyak membuka interner permpuan...ternyata masih laki-laki ya...

    BalasHapus