Anak Berkemauan Keras di rubrik Leisure Buah Hati Koran Republika

Alhamdulillah sharing parenting di rubrik buah hati leisure republika selasa hari ini adalah tulisan saya. Terprovokasi emak-emak blogger lain yang sering dimuat di sana, akhirnya tgl 27 sept 2014 mencoba kirim, tak di sangka dua minggu berikutnya langung dimuat. Tahu di muat karena di metion mak Ika Koencoro di fb, duh thank u banget ya mak Ika

Jika teman-teman mau coba kirim ke saya gampang kok, tulis pengalaman pengasuhan anak sebanyak  300  kata ke email leisure@rol.republika.co.id   jangan lupa sertakan sedikit data diri, foto dan no rekening (kabarnya ada honornya, ga besar tapi lumayan bisa beli buku dan ngebakso heheh)

Berikut tulisan versi sebelum diedit redaktur leisure

Mengendalikan Anak Berkemauan Keras
Beberapa anak akan mengalami masa tantrum, keadaan di mana anak akan mengamuk karena keinginannya tak dikabulkan. Namun seiring usia, tantrum anak akan berkurang hingga akhirnya paham bahwa tidak semua keinginannya bisa terpenuhi. Dengan catatan, orangtua menanganinya dengan tepat dan konsisten.

Tapi bagi kami, saya dan suami, butuh waktu cukup lama untuk putri kami Zahra, mau menerima bahwa tidak semua keinginannya bisa kami penuhi.

Seingat saya Zahra pertama kali tantrum saat usianya  dua tahun, saat mengenalkannya pada tontonan di CD dan membatasi waktunya. Sepuluh menit sebelum filmnya selesai, kami ingatkan bahwa setelah itu waktunya menonton selesai sambil memberi pengertian kenapa menontonnya harus selesai dan menawarkan alternatif kegiatan yang bisa dia lakukan. Tapi Zahra tidak terima dia menangis sambil mengentakkan kaki dan  berguling-guling.

Tapi kami tidak mengabulkan perminatan Zahra, setelah tantrumnya reda kami mengulang pengertian lagi.

Umur tiga  tahunan dia tantrum karena ingin setiap hari membeli balon yang lewat depan rumah. Sekitar umur lima  tahun di pameran inacraft karena ingin baju batik yang harganya hampir limaratus ribu. Untuk ukuran dompet kami harga itu sangat mahal. Zahra mengamuk hebat, menangis keras, berselonjor, menendang kaki ke sana kemari. Tak digubrisnya tawaran saya untuk membeli batik lain yang harganya sesuai. Beberapa bulan lalu, Zahra mengamuk di sebuah mall, dengan adegan mengamuk yang sama, karena ingin lego yang harganya lumayan. Kami memang pernah membelikannya lego tapi karena lego bagi kami termasuk mainan mahal maka saat membelinya harus terencana tak bisa dadakan. Lagi-lagi kami tidak meluruskan permintaan Zahra tapi berjanji akan membelikannya lain waktu.

Saat tantrum di keramaian, setelah amukannya agak reda karena kecapean, Abinya akan langsung membopong Zahra sampai parkiran dan pulang.

Yang saya tulis di atas hanya ‘tantrum super’ yang pernah Zahra lakukan lho. Dari situ kami berkesimpulan kami, Zahra memiliki karakter kuat keinginannya. Dia akan berusaha mendapatkan keinginannya sampai titik maksimal tapi karena saat ini kemampuannya hanya meminta dari kami, Zahra memaksa dengan cara mengamuk.

Kami melihat karakater berkemauan keras  ini baik jika cara mencapainya tepat dan kami ingin karakter ini ada sampai Zahra dewasa.  Jadi kami harus hati-hati meredakan dan mengendalikan tantrum Zahra. Jangan sampai malah membalikkan  karakter ini menjadi  gampang menyerah, pesimis dan penakut.

Cara yang kami lakukan adalah konsisten. Kami tidak akan meluruskan keinginannya, walaupun untuk itu kami jadi bahan tontonan di keramaian.

Kedua, berusaha tetap cool. Menahan diri tidak marah dengan cara memukul atau menghardiknya di depan umum.

Ketiga, pengertian berulang-ulang setiap kami menolak keinginannya. Menjelaskan sebab dan akibatnya.

Keempat, menanamkan bahwa semua hal yang kita inginkan tidak bisa langsung di dapatkan seketika. Ada usaha, misal menabung. Tidak semua hal yang diinginkan baik. Misal, sepanjang hari menonton atau main game tidak baik.

Alhamdulillah seiring waktu Zahra paham. Dia tetap ngambek jika keinginan tidak kami turuti tapi hanya cemberut. Jika sesuatu yang dia inginkan itu harus dibeli, dia suka bilang,"Kalau aku punya uang aku mau beli itu." atau,"Aku harus nabung dulu ya, Ma."


7 komentar

  1. anak2 memang kadang sering trantum ya, mak. kalo biasa dapet apa maunya nanti jadi sering ngambek. harus disiasati ya.

    BalasHapus
  2. waah... senangnya... selamat ya mak..
    jadi pengen nyoba kirim juga :) makasih infonya ya..

    BalasHapus
  3. Iya mak, kadang jadi ikut heboh kalau anak lg tantrum..

    BalasHapus
  4. Aih, Alif banget :) nuhun udah berbagi disini, yah

    BalasHapus
  5. Semangat Mengirim Tulisannya ke media mbak. Selamat Mbak.

    roaming

    BalasHapus