Obat anti tuberkolusis (OAT) tersedia gratis


Sekitar dua minggu lalu saya memposting tulisan bertemakan temukan tuberkolusis (TB), yang meliputi apa, bagaimana TB menjadi penyakit yang menyebabkan kematian dan bagaimana kita mengenali gejalanya. Tujuannya tak lain  agar kita aware terhadap lingkungan sekitar sehingga kita tahu  apa yang harus kita lakukan jika menemukan pasien yang diduga TB dan menghindari penularannya. Selengkapnya bisa di baca di link http://www.rinasusanti.com/2014/04/tb-ada-di-sekitar-kita.html
Walaupun TB merupakan penyakit mematikan dan menular, namun  bisa disembuhkan dan salah satu memutus mata rantai penularannya adalah dengan menyembuhkan pasien TB.
TB bisa disembuhkan
Dalam postingan sebelumnya saya menceritakan kakak sahabat saya, teh Yati, yang terkena TB, kejadian itu berlangsung belasan tahun lalu dan alhamdulillah sampai  sekarang kakak sahabat saya sehat, sudah berkeluarga dan di karunia anak. Bukti yang meyakinkan saya juga tetangga sekitar bahwa TB bisa disembuhkan.
Kesembuhan teh Yati tidak lepas dari  keinginannya yang  kuat untuk sembuh, disiplin melakukan pengobatan, mendapat dukungan dari keluarga dan sahabat dan doa. Itu yang saya lihat dari kasus teh Yati. Mental teh Yati sempat down dan minder saat di vonis TB, saat itu usianya baru 22 tahun dan tengah bekerja sebagai staff admisnistrasi di sebuah konsultan, untunglah keluarga membesarkan hati dan meyakinkannya bahwa dirinya bisa sembuh. Teh Yati memutuskan resign dari kantor selama pengobatan, tujuan tak lain agar dia konsen dan disiplin melakukan pengobatan (disuntik, mengkonsumsi obat dan di periksa dahaknya secara berkala  untuk mengetahui apakah kuman masih ada atau sudah mati). Pilihan yang berat karena teh Yati membantu membiayai adiknya yang tengah kuliah.
Obat anti tuberkolusis (OAT) gratis di seluruh puskemas dan rumah sakit pemerintah
Rentang waktu pengobatan yang cukup lama dan  mengkonsumsi obat setiap hari ini tak jarang membuat penderita yang pengetahuannya minim, dengan taraf ekonomi pas-pasan atau rendah  dan di tinggal daerah terpencil, merasa putus asa saat di vonis mengidap TB sehingga enggan berobat karena membayangkan biaya yang akan dikeluarkan besar. Sehingga mereka pasrah pada penyakitnya.
Kini, tak ada alasan bagi penderita TB tidak sembuh dengan alasan biaya karena obat anti tuberkolusis (OAT) tersedia gratis di puskesmas dan rumah sakit pemerintah.


Bagaimana cara mendapatkan OAT gratis?
Saat penderita yang diduga TB dan memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit khusus paru atau rumah sakit umum milik pemerintah dan hasil pemeriksaan menyatakan bahwa positif TB. Maka petugas kesehatan akan membekali penderita pengetahuan mengenai penyakitnya dan memberi tahu bahwa obat dan pemeriksaan TB gratis.

Petugas kesehatan akan mencatat dan memantau penderita, melalui obat yang diberikan secara bertahap, sehingga penderita secara periodik akan datang ke puskesmas atau rumah sakit khusus paru yang dirujuk untuk melakukan mengobatan. 

Mudah bukan?
sumber foto puskesmastanjungsari.blogspot.com
Penyedian OAT secara gratis adalah salah satu bentuk penerapan dari strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse chemotheraphy) atau pengawasan langsung pengobatan jangka pendek. Strategi ini direkomendasikan WHO dengan harapan para penderita TB sembuh dan tidak mengalami MDR (multi drug resistance) atau kuman menjadi kebal terhadap OAT.
Pada intinya strategi DOTS adalah melibatkan pemerintah, petugas medis, rumah  sakit,puskesmas dan partisipasi aktif seluruh masyarakat untuk mengendalikan TB. Masyarakat umum bisa berpartisipasi dengan menyebarkan info mengenai bahaya, penularan TB dan menjadi PMO bagi lingkungan sekitar jika ada penderita TB.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu;
1. Komitmen politis dengan ada rencana jangka panjang penanggulangan TB yang di dukung oleh penganggaran yang tetap dan memadai sesuai target World Health Assembly 2005 dan Millenium Development Goals 2015.
Pemerintah menganggarkan dana penyedian OAT gratis dari APBN sejak tahun 2004/2005 dan dana hibah.
2.  Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
3. Pengobatan penderita dengan OAT dengan pengawasan pengawas menelan obat (PMO).
4.  Persediaan OAT dengan mutu terjamin.
Mutu obat OAT terjamin walaupun tersedia gratis. Ini karena dipantau sejak pendistribusian sampai tiba di puskesmas dan rumah sakit. Penjaminan mutu tentunya dengan melibatkan instansi terkait seperti badan POM.
5. Pencatata dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pematauan dan evaluasi penanggulangan TB.
Biasanya pasien TB di jadwalkan datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk mengambil dan menelan obat, ini tak lain agar mereka tercatat dan terpantau. Sehingga jika dalam beberapa hari penderita tidak datang, petugas kesehatan agar menugaskan orang untuk mencari penderita ke rumahnya.
Namun sayangnya masih banyak pasien TB yang kurang disiplin menjalani pengobatan dengan beberapa alasan.
Pertama, sebagian penderita terutama yang tinggal di daerah terpencil tidak tahu jika OAT gratis sehingga mereka pasrah pada penyakitnya.
Kedua, sebagian pasien beranggapan, kuman lemah (sakit berkurang) setelah mengkonsumsi obat anti tuberkolusis (OAT). Mereka merasa jenuh, bosan atau lupa mengkonsumsi OAT selama 6-8 bulan. Disinilah pentingnya PMO atau pengawas menelan obat dan support keluarga. PMO sebaiknya pihak keluarga yang telah di bekali pengetahuan oleh petugas kesehatan puskesmas atau rumah sakit agar lebih mudah.
Ketiga, dengan alasan bekerja mereka tidak disiplin melakukan pengobatan ke rumah sakit atau puskesmas sesuai anjuran dokter.
Padahal jika tidak meminum OAT yang diresepkan dokter, kuman telah kebal terhadap OAT, penderita juga akan mengalami yang disebut MDR atau multi drug resistance. Kuman bertambah kuat sehingga penderita perlu mengkonsumsi OAT dengan dosis lebih besar atau jenis OAT lebih keras dan tentunya harga obat menjadi lebih mahal. Dan penggunaan OAT dengan dosis lebih besar atau obat lebih keras akan memberikan efek samping pada tubuh.
Penderita TB MDR akan memerlukan waktu lebih lama untuk sembuh (bisa sampai 2 tahun mengkonsumsi OAT dan disuntik setiap hari selama 2 bulan pertama selain diperiksa dahaknya secara teratur) dan jika tak segera di tangani akan menyebabkan kematian dan tentu saja menjadi sumber penularan kuman TB pada lingkungan sekitar.
Kenapa pengobatan TB lamanya minimal 6 bulan
OAT umumnya berbentuk tablet dan merupakan kombinasi dari beberapa obat sekunder TB yaitu INH (isoniazid), rimfapisin, pirazinamid, entambutol atau di sebut paket fix dose combination (FDC). Dan dikonsumsi selama 6 bulan.
Kenapa waktu yang diperlukan untuk menyembuhkan TB begitu lama? OAT bekerja dengan tiga mekanisme yaitu membunuh bakteri mycobacterium tb, mensterilkan dan mencegah resistensi (mencegah kekebalan bakteri terhadap obat). Umumnya gejala berkurang setelah pengobatan 2-4 minggu, badan sudah segar dan berat badan naik. Saat itu kuman TB belum lah mati hanya melemah daya serangnya. Untuk memastian kuman mati maka pengobatan selama minimal 6 bulan dan pada akhir bulan ke 2, 5 dan 6, penderita di tes dahaknya untuk mengetahui apakah kuman TB masih ada atau sudah mati. Pengobatan dihentikan jika dokter sudah menyatakan sembuh.

Hal lain tak kalah penting agar TB sembuh selain mengkonsumsi obat adalah menjaga kondisi tubuh  dengan cara mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi dan menerapkan gaya hidup sehat. 
Generasi sehat akan meningkatkan produktivitas.

Untuk lebih jelasnya kita lihat video  di bawah ini yuk



Tulisan ini diikutsertakan dalam blog competition temukan, sembuhkan pasien TB

referensi tulisan:

www.depkes.go.id
www.tbindonesia.or.id
www.pppl.kemkes.go.id
www.id.wikipedia.org

17 komentar

  1. Wah...alhamdulilah ya mbak.Sekarang ada pengobatan gratis dari puskesmas.Jd berguna buat penyembuhan tb buat masyarakat kuranh mampu.Sukses mbak rina..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya klo gak gratis kebayang mahalnya karena pengobatannya lama

      Hapus
  2. penting nih menyebarluaskan informasi bahwa obat TB bisa diperoleh secara gratis... kebanyakan orang malas berobat karena berpikiran "obat itu mahal", apalagi obat TB harus diminum secara rutin...

    sukses ya lombanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo ikut lombanya rin....sekalian menyebarkan info tentang tb

      Hapus
  3. Info penting nih buat para pasien tb biar nggak ragu lagi berobat

    BalasHapus
  4. Rutinitas itu memang sulit bagi kebanyakan orang. Makanya setelah merasa agak mendingan pada nggak nerusin berobat meskipun gratis. Padahal resikonya bahaya banget ya ternyata...

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahaya bukan hanya untuk penderita tapi orang sekitarnya

      Hapus
  5. semoga saja dengan adanya obat grtais ini pagi penderita TB bisa mendapat kemudahan untuk sembuh

    BalasHapus
  6. waah bagus nih informasinya teh...jadi pasien2 yang terkena TB ga usah khawatir mengenai biaya pengobatannya...semoga Indonesia segera bebas Tuberculosis.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin....dan tugas debby sebagai apoteker memastikan kualitas obatnya tetap terjamin walaupun gratis :)

      Hapus
  7. Waaaah berarti obat TB itu gratis ya??soalnya rata2 yg sudah konsumsi pertama males konsumsi seterusnya padahal cm setengah taun...:"(..alasannya entah biaya entah emang males...
    semoga dengan gratis ini bikin semangat sembuh ^^

    BalasHapus
  8. banyak info spt ini semoga semakin banyak yang sadar ttg pengobatan TB

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah ya Mak, obat TB bisa gratis. Semoga saja penyebarannya bisa sampai ke tempat terpencil agar semua pasien TB bisa sembuh...

    BalasHapus
  10. Iya mak... ternyata meski obat TB gratis tapi ternyata pengobatannya belum bisa maksimal ya?
    Banyak sekali kendala dalam pengobatannya.

    BalasHapus
  11. Obat TB itu gratis tis gan dari pemerintah, jadi jangan takut untuk berobat karena terkendala biaya, kunjungan balik ya ga >>>> http://amir-silangit.blogspot.com/2014/04/jangan-kuatir-obat-tb-gratis-kok_12.html

    BalasHapus