Yuk, Dampingi si Kecil Bereksplorasi


Banyak orang bilang Azka Zahra (5 thn) putri kami tomboy, karena suka mencoba memanjat pohon, naik sepeda sukanya ngebut, berani mengungkapkan keinginannya,  ekspresinya lepas, percaya diri, selalu ingin menonjol, dan berani. Padahal menurut saya Azka melakukan hal yang seharusnya dilakukan semua anak, baik laki-laki atau perempuan.  Cerminan anak yang selalu ingin tahu dan bebas.

Playing is the beginning knowledge adalah filosofi yang saya terapkan pada si kecil. yap, bermain adalah cara belajar paling menyenangkan untuk anak. Membiarkan anak  bereksplorasi dan mengenal alam bebas adalah cara memberinya kesempatan bermain sekaligus belajar terlebih diusia  golden age nya (1 – 5 tahun). Seperti yang kami lakukan pada si kecil kami. Mendampinginya saat ingin mencoba memanjat atau main hujan-hujanan.  


Atau mengajak mereka ke tempat wisata edukatif seperti kebun binatang. Salah satu kegiatan favorit si kecil adalah   memberi makan rusa-rusa yang ada di Istana Presiden Bogor.



Saya memang tidak membatasi ruang gerak Azka dan Khalif saat bermain dengan syarat selalu di dampingi karena menurut buku-buku parenting yang saya baca saat anak bereksplorasi di alam bebas ia belajar memahami sesuatu dan dalam waktu bersamaan kecerdasan majemuknya terasah. Anak akan mengerahkan seluruh kemampuan fisiknya (berjalan, berlari, melompat, mengjangkau atau mencoba memanjat) untuk memuaskan keingintahuan terhadap hal baru yang dilihatnya. Dengan panca inderanya anak akan mencerna beragam fenomena alam (terik matahari, angin, proses pergantian hari dsb)  dan interaksinya dengan mahluk hidup lain, tumbuhan dan hewan, akan membuat anak belajar peduli.


Ketika rasa ingin tahunya terpuaskan dan anak merasa jadi serba tahu, rasa percaya dirinya akan bertambah.


Protektif tapi Proporsional
Walaupun tidak semua, beberapa orangtua melarang anaknya bermain di alam bebas dengan alasan keamanan. Khawatir jatuh, kotor, kena kuman dst. Ketakutan yang juga saya alami namun saya tahu jika terus menerus di larang ini itu rasa ingin tahu dan imajinasi si kecil akan tumpul. Sebab itu saya mendukung eksplorasi si kecil  dengan cara mengawasi dan mendampingi  saat ia bermain di alam bebas.


Seandainya Bunda mengajak anak ke kebun binatang lalu dia ingin mendekati binatang yang baru dilihatnya, apa yang Bunda lakukan? Kita coba lihat video berikut ini yuk....

Dukung Anak Bereksplorasi
Yang dibutuhkan anak kelak untuk mencapai kesuksesan dalam hidup bukan hanya kecerdasan kognitif yaitu kecerdasan yang bisa diukur dengan angka seperti membaca atau berhitung.  Kecerdasan yang tidak kalah penting adalah kecerdasan  kognisi yaitu kecerdasan yang tidak bisa diukur dengan angka diantaranya rasa kepercayaan diri, mudah bergaul, kreatif dan berjiwa pemimpin. Kecerdasan yang kelak menentukan kesiapan anak menghadapi masa depan (anak life ready) han harus dimiliki dan diasah sejak dini. dan kecerdasan kognisi ini di dapat anak ketika bereksplorasi di alam bebas.

Mengutif psikolog Ratih Ibrahim, anak life ready adalah anak yang memiliki kompetensi individual yang unggul seperti memiliki pertumbuhan fisik optimal, perkembangan kognitif yang signifikan serta perkembangan kecerdasan emosi dan interpersonal. Dan setiap orantua bisa mengarahkan anak untuk menjadi anak life ready, dengan memberikan nutrisi serat gizi yang baik dan pola asuh yang bagus.

Let’s Learn dan Explore
Berangkat dari kepedulian bahwa  anak butuh melakukan eksplorasi agar menjadi anak life ready. Dancow membuat sebuah event bertajuk DANCOW Learn & Explore, 4D Augmented Reality Experience Terbesar di Indonesia, yang akan diselenggarakan tepat pada saat liburan sekolah yaitu tanggal 6-7 Juli 2013 di Mall Taman Anggrek Jakarta, pukul 10.00-12.00 WIB.  


Bagaimana cara Bunda dan si kecil bisa ikut acara ini? 



Info lebih lanjut bisa dilihat  di DANCOW Parenting Center (FB) dan Twitter @DancowCenter



Musik dan Perjalanan Usia Saya


Saya bukan termasuk yang fanatik dengan salah satu jenis musik. Saat masih abg suka musik pop. Waktu itu jamannya Ruth Sahanaya baru masuk blantika musik Indonesia. Generasi 90 an.  


  
Seiring usia, saya jadi suka hampir semua jenis musik. Saya jatuh cinta pada musik keroncong saat kuliah (kuliah angkatan 98 – udah cukup tua xixi) ketika secara tidak sengaja saya menonton pertunjukan musik keroncong yang dimainkan sejumlah mahasiswa dari salah satu ukm di universitas tempat saya kuliah, unpad. Musik keroncong itu klasik banget dan ternyata lagu-lagu pop asik juga di lantunkan dengan iringan musik keroncong.  Dan sejak itu pula mindset keroncong yang identik dengan  bahasa jawa, kuno dan tua (penggemar dan pemain musiknya tua-tua) hilang dari benak saya dan  mulai ketagihan menonton dan mendengarkan  musik keroncongan secara live. 

Sebenarnya keroncong  bukan jenis musik yang asing untuk telinga saya karena setiap liburan di rumah si mbah (kakek dan nenek dari pihak ibu) kerap mendengarkan suara Waljinah si Walang Keke. Musik yang menurut saya waktu itu, nggak banget, kuno dan tua.

diva keroncong

Saya pun pecinta musik pop sunda karena sejak kecil kerap mendengarkan lagu-lagu ciptaan mang Koko yang di nyanyikan Nining Meida dari rumah kakek yang tinggal bersebelahan. Dan jangan ngaku orang sunda ya kalau tidak kenal lagu-lagu ciptaan  mang Koko (almarh)  yang dilantunkan Nining Meida. Musik pop sunda itu abadi lho, coba saja dengarkan di setiap pernikahan orang sunda dari jaman saya  kecil sampai sekarang lagunya itu – itu saja, salah satunya yang berjudul Kalangkang.


diva pop sunda

Penyanyi  musik pop sunda yang terkenal baru-baru ini adalah Bungsu bandung dengan lagu populernya Mobil Butut dan Ulah Ceurik.

Saya memang tidak lahir di jamannya di The Beatles tapi saya hampir hapal semua lagunya karena saat kecil bapak saya sering menyetelnya dengan koleksi kaset yang cukup lengkap. Gara-gara sering mendengarkan lagu The Beatles berbersit berkeinginan belajar main gitar dan bapak saya dengan senang hati mengajarkan.


Saya juga suka musik dangdut lho tapi bukan musik dangdut dengan  beat yang membuat jejingkrakan dan syair yang alay nan lebay. Saya suka dangdut melayu. lagu-lagunya Iyet Bustomi atau beberapa lagu yang dilantunkan Cici Faramida. Bapak saya yang menularkan kesukaan saya pada musik ini. Selera musik bapak berubah seiring usia, saya tidak ingat tepatnya yang pasti tiba-tiba bapak berburu kaset Rhoma Irama dan setiap memetik gitar pasti lagu Rhoma Irama. Sampai-sampai bapak dan beberapa kawannya membuat grup dangdut yang manggung di tiap acara tujuh belasan atau hajatan. Paling malu kalau teman sekolah tahu kalau bapak saya pemusik dangdut kampung.  Bagaimanapun dangdut waktu itu masih identik dengan lagu kampungan, nggak banget lah untuk anak seusia saya  (sma) dan memang saat itu saya belum suka musik dangdut. Sebagai pendengar setiap radio paling ngetop sebandung sudah barang tentu selera musik saya saat itu gak jauh dari musik pop dan alternatif.

Berkenalan dengan  musik klasik ketika teman mengajak saya nonton piano solo di CCF (pusat kebudayaan Prancis) di Bandung, di sini memang secara rutin diadakan ‘konser’ musik klasik dengan harga tiket sangat mumer. Sejak itu saya tidak pernah melewatkan  berburu konser murah musik klasik di CCF atau nonton paduan suara.

Setelah menikah dan pindah ke Bogor, saya tidak pernah lagi hunting musik live selain tidak tahu tempatnya juga karena sok sibuk dengan urusan pekerjaan dan keluarga. Ehm, masa iya harus bela-belain ke Jakarta buat menikmati keroncongan live dan meninggalkan dua balita di rumah :). Jadi harus puas dengan mendengarkan melalui hp atau cd. Walaupun rasanya beda banget mendengarkan musik – jenis musik apapun – antara live dan rekaman. Kalau live itu seperti ada magisnya. Menghanyutkan!

Rumah kami kini lebih sering dihangatkan dengan lantunan lagu anak-anak kesukaan Azka Zahra (5 thn) dan Khalif (1.5 thn) apalagi kalau bukan lagu-lagu ciptaan bu Kasur dan AT Mahmud. Biasanya saya mendengarkan musik kesukaan saat dalam perjalanan pulang pergi kerja (melalui earphone) atau sambil menikmati me time – membaca buku atau ngeblog – saat anak-anak tidur. Beberapa lagu khususnya musik pop di dapat dengan cara mendownload (lebih tepatnya suami yang mendowload heheh saya tinggal copas)  karena saya menggunakan speedy sempat langganan MelOn beberapa bulan. dan sekarang baru tahu jika langitmusik adalah buah kerja sama MelOn dan telkomsel.

Saya dan suami hampir sama dalam hal selera musik, kecuali keroncong dan pop sunda. Kami memiliki lagu favorit yang sama, yaitu lagunya Armada yang berjudul Pemilik Hatiku,Thousand Years-nya   Christina Perri dan 11  Januarinya Gigi. Romantis bukan :)

Tapi suami saya baru ngeh kalau saya suka musik alternatif. Karena percakapan kami beberapa waktu lalu.

“Nonton Javarockinland asik kali ya, Bi.”
“Emang mama suka?”
“Lha itu yang main yang band-bandnya kita masih muda. Collective soul, Sixpence None the Richer.”
“Kirain mama gak suka. Dari kemarin udah kepikiran pengen nonton. Beberapa teman kantor pada nonton.”
“Ya, udah kita cari tiketnya,” Ajak saya bersemangat karena  kedua anak saya tengah liburan di rumah neneknya di Bandung.
“Udah lewat kali, Ma.”
 Huah! Hikshiks...

pengen nonton ini di Javarockinland

Musik yang asik itu tentu beda untuk setiap orang. Untuk saya sendiri musik asik itu tidak sekedar enak di telinga tapi lirik dan filosofinya  sarat pesan. Musik asik itu tidak deskriminatif, semua orang berhak menikmatinya. Gak ada istilah musik kampungan, musik berkebudayaan tinggi dsb. Selama liriknya bagus dan bermuatan positif .


tulisan ini diikut sertakan dalam kontes Blog Musik yang Asik


Mengawali Kebiasaan Makan Makanan Sehat


Saya tidak pernah kebingungan dengan selera makan Azka Zahra (5 thn), segala jenis ikan dan seafood suka, apalagi ayam, bukan hanya ayam goreng lho juga jika dimasak dengan bumbu opor atau gulai. Memang sich kalau soal sayuran Azka pilih-pilih, favoritnya sayur bayam dibening dan sup wortel. Jadi saya menyiasatinya dengan penambahkan pada perkedel atau chicken nugget buatan sendiri. Azka juga suka beragam  buah-buahan, dan  paling lahap makan pisang, jeruk dan apel. Seleran makan  adiknya Khalifah Ahsan yang kini menginjak usia  1.5 tahun tidak jauh berbeda. keduanya bukan tipe food instant mainded.

lahap makannya :)


Saya percaya,  selera itu terbentuk karena  saya mengenalkan mereka terhadap beragam rasa alami dari sayuran, buah dan ikan sejak masa mpasi dengan selalu memberikan mpasi rumahan.  Yang secara tidak langsung melatih kepekaan lidah mereka terhadap makanan alami. Pola makan sehat itu – dengan meminimalkan  makana instan – saya lakukan hingga kini. Beberapa waktu lalu saya pernah posting mengenai mpasi rumahan yang saya lakukan pada si kecil di sini

Blender adalah salah satu perlengkapan dapur yang mendukung  saya menyiapkan makanan sehat untuk keluarga. Usia blender Miyako yang saya miliki ini hanya selisih beberapa bulan dari putri sulung saya Azka Zahra yang bulan mei lalu tepat berusia lima tahun dan  masih berfungsi dengan baik.

blender Miyako untuk membuat juice strawberi kesukaan Azka

Awalnya pilihan menggunakan peroduk  Miyako karena harganya yang ekonomis. Saat itu sekitar enam tahun lalu, satu tahun setelah menikah kami memutuskan mandiri dengan mengontrak sebuah rumah mungil di kota hujan Bogor. Otomatis kami pun mulai harus memiliki peralatan rumah tangga sendiri, terutama perabot dapur. Dari list peralatan rumah tangga yang kami buat, ternyata banyak sekali yang harus kami beli. Dari piring sampai tabung gas. Berhubung keuangan terbatas, kami mulai menentukan prioritas mana yang harus dibeli saat itu mana yang bisa ditunda dan dibeli saat dibutuhkan.  Magiccom Miyako  termasuk dalam daftar prioritas dengan alasan kepraktisan. Memasak nasi bisa disambi mandi pagi dan saat pulang kerja kami bisa makan dengan nasi hangat tanpa perlu repot memanaskan.  


  
Sedangkan blender masuk daftar waiting list


Tahun berikutnya si sulung kami lahir dan menginjak usia dia lima bulan, saya merasa wajib membeli blender sebagai persiapan memberi mpasi.  Saya memang berniat memberi si kecil makanan alami agar si kecil kenal dan terbiasa dengan beragam rasa dari buah dan sayuran . 


mpasi Khalif

Pilihan saya jatuh pada blender Miyako, karena teringat merk blender itu pula yang digunakan ibu saya. Soal harga pas pula dengan kantong kami. Dengan makin bertambahnya pengeluaran karena kehadiran si kecil dan cicilan rumah, saya memang dituntut menjadi smart shopper. Membeli barang berkualitas dengan harga sesuai kantong. Dengan jaminan 

Beragam mpasi si kecil saya buat dengan bantuan blender Miyako termasuk memblender cincang daging ayam untuk dibuat chicken nugget keju. 

chicken nugget 'made in' mama

Dan sudah barang tentu blender ini juga saya gunakan untuk memblender bumbu rendang dan dendeng basah.  
Saya tidak hobi memasak tapi keluarga besar suami yang berdarah padang menyarankan agar saya bisa mewarisi resep keluarga apalagi kalau bukan rendang dan dendeng basah. Setelah beberapa kali sesi ‘training’ saya mencoba mempratikkannya di rumah selain ingin ‘sedikit’ memamerkan pada ibu kalau saya bisa lho memasak rendang padang.

Blender mau tidak mau ada jadi hal penting di dapur. Karena walaupun di pasar sudah tersedia beragam bumbu jadi, ibu mertua menyarankan agar  menggunakan bumbu yang diblender sendiri  selain agar aroma dan rasanya alami juga kehigienisannya terjamin.

Mengawali kebiasaan makan makanan sehat dengan blender Miyako, harga ekonomis, manfaat dan fungsinya dinamis.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Kisah Bersama Miyako

Enjoy Your Passion with Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™


Sembilan tahun belajar kimia dan hampir 10 tahun bekerja dengan bahan dan reaksi kimia, nyatanya tidak membuat hobi membaca dan menulis saya berkurang. Malah setelah menikah dan memiliki anak, saya malah merasa lebih dituntut untuk banyak membaca, untuk memahami perkembangan mereka karena tidak mau salah asuh yang berakibat pada karakter dan pribadi mereka kelak. Tak ada sekolah caranya menjadi orangtua tapi begitu banyak buku untuk bisa jadi menuntun menjadi orangtua yang smart. 

quality control

Tapi waktu yang saya miliki untuk membaca dan menulis rasanya semakin sempit.Dengan alasan sok sibuk; pekerjaan, berbagi perhatian untuk dua balita dan suami, ngeblog, ngerjain orderan nulis plus berburu narsum belum termasuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga; baking dan ngasuh. Tapi itu tidak membuat saya kapok membeli, membaca dan mereview buku apalagi buku diskonan. Beginilah enaknya punya penghasilan sendiri, bisa memuaskan hobi tanpa di protes suami karena menghabiskan jatah uang dapur hehehe. 

Karena membaca saya jadi jatuh cinta pada dunia tulis menulis dan tanpa disangka ditawari jadi kontributor lepas sebuah majalah berthema parenting. Pekerjaan sampingan yang selalu membuat saya excited. Pengalaman baru, bertemu orang-orang pintar yang jadi narasumber tulisan-tulisan saya; dokter spesialis, dokter sub spesialis, psikolog dan therapis. Namun kerap kelabakan karena waktu menulis sempit, belum lagi mencari narasumber yang cocok.

sebagai kontributor lepas
Itu sebabnya saya memimpikan memiliki gadget yang mampu mendukung semua aktivitas saya; membaca buku lalu mereviewnya untuk kemudian di share sekaligus sebagai cara saya menularkan kenikmatan membaca ini pada banyak orang. Bisa tetap menerima orderan menulis tanpa takut deadline namun tidak melupakan peran sebagai orangtua dan  istri. 


mama dua balita

Gadget impian saya adalah  Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™.


Karena selain berfungsi sebagai tablet juga notebook, karena dilengkapi dengan keyboard dan bluetooth. 

Saya bisa memfungsikan Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™.sebagai tablet ketika membaca ebook, sambil aktif di sosmed sehingga saya bisa dengan mudah mentweet sebagian isi buku yang  saya yakin akan berguna bagi banyak yang tidak sempat membaca buku. Lebih mudah juga menandai bagian buku untuk direview. Dilakukan dalam perjalanan pulang pergi kantor atau menunggu antrian dokter yang akan saya wawancara. Bisa juga untuk ‘obat’ anak-anak agar tidak rewel atau bosan selama perjalanan dalam kendaraan :)

Memfungsikan Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™.sebagai notebook  ketika saya harus mengerjakan orderan menulis. Dengan berat yang hanya 0,79 kg dalam posisi tablet , memungkin saya membawa  ke manapun saya pergi karena dilengkai penggunaan SSD yang memungkinkan tetap aman dalam guncangan kendaraan dan baterai  yang cukup  kuat untuk berkerja di luar ruangan seharian. Penggunaan layar panel IPS yang dapat mengurangi bayangan dari luar ruangan sehingga tidak mengganggu tampilan layar. Jadi saya bisa mengerjakan orderan menulis dimana dan kapan saja. Dalam perjalanan bertemu narsum atau saat menunggu narsum. 

Laptop yang saya miliki saat ini ukurannya cukup besar yaitu 14 inci yang beratnya hampir 2 kg. Sedikit  kurang nyaman juga ketika saya membukanya untuk menulis di tempat umum. Seperti di dalam perjalanan atau menunggu saat janji bertemu dengan narsum. Daya tahan baterai pun cukup lama yaitu 4 jam 17 menit untuk menonton film HD 720P dan dapat bertahan hidup selama 4 jam 8 menit untuk browsing melalui jalur data WIFI.

Selain itu spesifikasi dari Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™.cukup canggih, berikut spesifikasi yang saya dapat dari website resmi Acer Indonesia .

Finishing dari perangkat ramping ini berwarna silver dengan bahan dasar alumunium yang terasa solid ketika digenggam. Dimensi dari perangkat ini adalah 190.77 (W) x 295.4 (D) x 9.95/10.15 (H) mm dengan berat hanya 0.79 kg ketika dalam posisi tablet

Perangkat ini hadir dengan dua pilihan prosesor, Intel Core i3 dan Intel Core i5 yang bertenaga serta hemat energy dan dilengkapi dengan storage SSD yang memiliki kemampuan 5x lebih cepat dari HDD standard. Untuk konektivitas, Acer Aspire P3 ini dilengkapi dengan Acer InviLink Nplify WiFi 802.11a/b/g/n dan Bluetooth 4.0 untuk terhubung ke perangkat penunjang lain secara nirkabel. Di samping layar, terdapat port USB3.0 dan Micro HDMI yang mendukung  fungsi dari Hybrid Ultrabook™ ini.

Layar dari Acer Aspire P3 menggunakan layar berukuran 11.6” dengan resolusi 1366×768 yang di lengkapi dengan panel IPS yang akan memberikan warna yang indah dan cemerlang seperti aslinya serta memberikan viewing angle yang lebar hingga 178 derajat sehingga layar tetap cerah walau dilihat dari sudut manapun. Selain itu, layar Acer Aspire P3 mendukung 10 Point multi-touch sehingga dapat digunakan menggunakan 10 jari sekaligus dan juga terasa sangat responsive.
Acer Aspire P3 juga telah dilengkapi dengan dua buah kamera yang ada pada bagian belakang dan depan. Kamera di bagian depan perangkat ini cukup mumpuni untuk kebutuhan video conference,kamera pada Aspire P3 ini dapat merekam sampai dengan 720p. Sementara di bagian belakang diperkuat dengan kamera  5MP yang dapat mengambil gambar dengan Jernih . Untuk kebutuhan tata suara, Anda akan dimanjakan dengan dua buah speaker di bagian bawah perangkat ini yang telah memiliki sertifikasi Dolby® Home Theater V4 dan mampu mengadirkan suara yang jernih yang memukau.
Kinerja
Acer Aspire P3 yang menggunakan prosesor Intel Core i5 3339Y yang berjalan pada kecepatan 1.5GHz dilengkapi dengan turbo boost hingga mampu mencapai kecepatan 2GHz. Untuk menunjang kinerja prosesor telah disediakan memori sebesar DDR3 2GB dan penyimpanan data, sudah menggunakan SSD dengan kapasitas 120GB.

Prosesor Intel Core Y series merupakan prosesor terbaru dari Intel yang diperuntukkan untuk perangkat dengan mobilitas tinggi. Perbedaan dari prosesor Intel seri ULV (Ultra Low Voltage) dengan prosesor Intel Y series adalah TDP yang digunakannya lebih rendah sehingga Prosesor ini hanya memerlukan TDP 13Watt. Walaupun mempunyai TDP yang rendah, kinerja yang ditawarkan prosesor Intel core Y series ini cukup dapat diandalkan untuk menjalankan aplikasi  dengan baik.

Hasil yang didapat pada benchmark menggunakan PCMark7 ini sangat terpengaruh dengan penggunaan jenis storage yang ada pada perangkat ini. Bila Anda menggunakan storage Solid State Drive maka kinerja yang diberikan akan semakin tinggi dibandingkan perangkat yang menggunakan hard disk.

Yap, saya ingin seperti Vernon dalam iklan Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™ yang bisa dilihat di sini ,bisa enjoy melakukan passion di tengah kesibukan pekerjaan  utama dengan dukungan Acer Aspira P3 Hybrid Ultrabook™ karena bisa dilakukan kapan dan dimana dengan memanfaatkan waktu jeda seperti saat menunggu atau dalam perjalanan.  Seperti Vernon yang mengikuti kata hati dengan rasa percaya diri untuk bisa seperti superstar DJ Tiesto. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kontes Blog “Follow Your Hidden Passion and Win Aspire P3”