Soneta XVII


Puisi ini saya ‘temukan’ sekitar 10 tahun lalu dan menyalinnya di sebuah buku dan buku itu hilang entah kemana. Beberapa waktu lalu saya sempat mencari-cari puisi ini via googling , tapi tak ketemu....lalu tanpa di duga, sekitar dua minggu lalu  seorang teman menuliskan ini sebagai statusya di fb. Duh, senangnya...thank u ya, Wid.

aku mencintaimu tanpa tahu mengapa, atau kapan, atau darimana
aku mencintaimu lurus, tanpa macam-macam tanpa kebanggaan;
demikianlah aku mencintaimu karena aku tak tahu cara lainnya

beginilah: dimana aku tiada, juga kau,
begitu dekat sehingga tanganmu di dadaku adalah tanganku,
begitu dekat sehingga ketika matamu terpejam akupun jatuh tertidur.

(Soneta XVII – Pablo Neruda)


Pablo Neruda adalah nama samaran dari penulis Chilli Ricardo Eliecer Neftalí Reyes Basoalto yang lahir di Parral, sebuah kota sekitar 300 km di selatan Santiago, Chilli, 12 juni 1904 dan meninggal 23 september 1973 pada umur 69 tahun.


Neruda yang dianggap sebagai salah satu penyair terbesar pada abda ke -20 dan  seorang penulis yang produktif. Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi surealis, epos sejarah, puisi politik, hingga puisi-puisi tentang hal-hal yang biasa, seperti alam dan laut. Pada   1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.

Neruda terkenal karena keyakinan politiknya. Sebagai seorang komunis yang vokal, ia pernah sebentar menjadi senator untuk Partai Komunis Chili di Kongres Chili sebelum terpaksa mengasingkan diri.

Nama samaran Neruda diambil dari nama penulis dan penyair   Ceko, Jan Neruda, belakangan nama ini menjadi nama resminya.

Fiksi Kedua

Tulisan fiksi yang kedua kalinya dimuat sekitar 10 tahun lalu, fiksi pertama dimuat di majalah Kawanku dan majalahnya hilang hikhiks



Srikandi Blogger dan Sebuah Gagasan


KEB dan Srikandi Blogger 

Bangga menjadi bagian dari keluarga KEB, diusianya yang menginjak satu tahun sudah melakukan langkah besar yaitu pemilihan Srikandi Blogger sebuah ajang pemilihan blogger perempuan yang bisa menyampaikan dan mengaktualisasikan kegiatan dan aktivitasnya secara online maupun offline. Tentunya, butuh merencanaan matang dan kerja keras agar acara ini berlangsung, terutama mencari sponsor yang mau mendanai. Salut untuk panitia!

Bagi saya ajang Srikandi Blogger merupakan bentuk apresiasi terhadap blogger perempuan yang menginspirasi. Inspirasi dari dunia maya untuk perubahan positif di dunia nyata.

Salah satu alasan kenapa perempuan perlu ruang untuk mengaktualisasikan diri karena kemampuan multitasking mereka. Sebagai seorang ibu atau calon ibu yang kelak melahirkan agen-agen perubahan di setiap jaman. Peran yang menuntut para perempuan untuk pintar dan meng up grade pengetahuannya sesuai perkembangan jaman karena merekalah sekolah pertama untuk anak-anaknya.
Peran sebagai perempuan bekerja, yang menuntut untuk profesional. Kedua peran tersebut mengharuskan perempuan  mampu menuangkan ide dan gagasannya. Ide dan gagasan yang bisa membuat perubahan positif. Terlebih di era digital, dimana tak ada batas ruang untuk para perempuan berkolaborasi mengaktualisasikan ide dan gagasannya.

Blog, Ruang Menuangkan Gagasan dan Ide

Bagi saya menulis bukan sekedar eksistensi tapi kebutuhan. Ruang untuk menuangkan gagasan, ide, rekaman keseharian dengan anak-anak yang selalu memberi pelajaran baru atau sekedar menuliskan unek-unek. Walaupun untuk bisa menulis dengan tenang dan nyaman perlu usaha ekstra yaitu memotong jam tidur. Kesibukan sebagai  mama dari dua balita dan  bekerja di sebuah perusahaan asing dengan budaya kerja yang  menuntut karyawannya bekerja total saat di kantor. Terjadwal dengan deadline ketat. Jadi jangan harap bisa duduk manis dan menuangkan ide yang melintas, mengerjakan order tulisan atau menulis untuk lomba di sela pekerjaan kantor. 

Gagasan atau ide yang tidak luar biasa tapi sangat ingin saya bagi salah satunya menularkan kenikmatan membaca pada semua orang, anak-anak, muda atau tua.  

Tidak usah membakar buku untuk menghancurkan sebuah bangsa. Buat saja orang-orangnya berhenti membaca - Ray Bradbury

Bagi saya ini seperti warning untuk mewarisi anak-anak dengan kebiasaan membaca.
Membuat anak  menyukai game dan menonton sangat mudah tapi menyukainya membaca perlu usaha keras  di jaman serba digital saat, ketika banyak mama termasuk saya menginginkan kepraktisan dan serba cepat. Praktis dan tidak mau rempong dengan kerewalan anak-anak, membiarkan si kecil main game di gadget. Tentu tidak salah jika porsinya sesuai. Tapi ada kecenderungan yang saya lihat, dimanapun saya berada dan melihat (nunggu antrian di rs, mall, restoran, termasuk di rumah), sangat (sangat) hampir tidak ada anak yang memanfaatkan gadget untuk membaca. Bagi anak gadget telah identik dengan game dan sosmed. Game edukatif, tapi seberapa besar mengedukasi anak? Padahal banyak cerita atau ebook yang bisa di download sehingga gadget bisa jadi media portable untuk anak membaca di manapun berada.


Tapi saya percaya, para mama atau calon mama yang terkabung dalam KEB  mama yang cukup bijak memanfaatkan gadget untuk si kecil dan suka membaca. Karena mama di sini pasti ingin menularkan hobi menulis pada anak-anak, apapun profesi mereka kelak. Tapi bukan berarti pula saya men’judge’ bahwa mama yang tidak ngeblog tidak bijak terhadap penggunaa gadget oleh anak.

Interaksi saya dengan para mama yang juga tetangga atau teman kantor membuat saya melek,  ternyata masih banyak mama, di era digital ini yang bangga karena sedikit  membaca.  Padahal akses untuk membaca saat ini mudah dan murah, melalui internet di gadget. Dengan alasan mengandalkan insting atau pola kebiasaan. Tentu tidak salah tapi jaman berubah, tantangan yang dihadapi si kecil kelak pun berubah dan orangtua adalah  sekolah pertama anak-anak.  

Cepatnya pertumbuhan kelas menengah secara ekonomi diikuti   terjadinya ketimpangan sosial.  Sebagian orang mudah mengakses informasi namun tidak memanfaatkannya dengan maksimal sebagian merasa sukar  dan mahal untuk mengakses informasi.

Perlu ruang untuk menjembatinya. Dan sebuah ide atau gagasan tidak bisa berjalan sendirian, dibutuhkan komunitas untuk saling berbagi dan mendukung. Itu salah satu alasan saya berkabung di komunitas Kelompok Emak-Emak Blogger dan mengikuti pemilihan Srikandi Blogger. Karena pada akhirnya saya tidak hanya butuh dukungan berupa komentar di postingan blog tapi langkah nyata.
Walaupun begitu ide mengikuti ajang ini  bagi saya tetap bisa dibilang nekat karena aktivitas ngeblog saya belum konsisten alias belum bisa rutin mengisi blog secara berkala dengan alasan klasik tidak sempat.  Dan sejujurnya, kadang memprioritaskan posting untuk sebuah lomba karena hadiahnya yang menggiurkan.  Saya mungkin bukan blogger sejati tapi suka menulis, sesekali berburu lomba nulis dan menginginkan ide dan gagasan saya terwujud.

Beberapa ide dan gagasan yang ingin saya wujudkan jika menjadi Srikandi Blogger adalah:

  1. Bersinergi atau mempererat sinergi dengan komunitas lain yang memiliki misi dan visi mirip..
  2. Parenting class untuk para ibu yang tidak bisa mengakses informasi  melalui internet, buku atau majalah buku karena keterbatasan ekonomi
  3. Bekerja sama dengan penerbit buku dan komunitas buku untuk mendukung gerakan cinta baca.

Jadi Srikandi Blogger, bersiap untuk menjadi agen perubahan!

Pohon Kebahagian




Foto di ambil di taman cluster tetangga. Sekelompok anak dari luar perumahan tempat saya tinggal tengah beristirahat di atas pohon ini setelah bermain sepakbola. Mereka antusias saat saya bilang mau di foto :D

Noda dan Kebuah Kenangan


Bos galak adalah satu dari 42 cerita dalam buku Cerita Di Balik Noda terbitan gramedia, cerita yang menjadi pembuka dalam buku ini sekaligus yang paling meninggalkan kesan mendalam untuk saya.

Bukan hanya ceritanya yang mengharu biru yang membuat saya terkesan tapi pesan tersirat yang disampaikan cerita ini sangat menyentuh. Membuat ingatan saya mundur ke belakang, mengingat setiap noda yang pernah dibuat si kecil Azka (4y11m) dan reaksi saya saat itu. Untunglah saya tidak pernah memarahi Azka karena noda yang mengenai pakaian atau pakaian tubuhnya hanya  sempat menampakkan gurat kekesalan yang kini saya sesali.  


Bos galak mengkisahkan seorang bos perempuan yang galak bernama Elsi. Karena sikapnya itu bu Elsi tidak disukai bawahannya. Sampai suatu hari, Rani, salah satu karyawan barunya, membuat ide untuk memberi kejutan saat hari ulang tahun bu Elsi. Ide itu disetujui karyawan lain walaupun awalnya mereka keberatan karena takut bu Elsi marah. Pesta kejutan ulang tahun untuk bu Elsi berhasil dan tanpa diduga tangan Rani yang tengah memegang kue oleng dan kue jatuh mengenai baju bu Elsi. Bu Elsi tidak marah malah tertawa. Lalu bu Elsi bercerita jika Dino, anaknya yang meninggal saat berusia 10 tahun karena kanker, delapan tahun lalu, sering melakukan hal itu. Menumpahinya dengan makanan bahkan dengan kue ulang tahunnya sendiri.




Judul Buku          : Cerita Di Balik Noda
Penulis                 :  Fira Basuki
Penerbit              : Gramedia
Tahun                   : Januari 2013
Tebal                     : 234 hal
 

Saya ingin seperti bu Elsi, tersenyum saat mengenang noda anaknya. Atau sebaliknya, si kecil Azka akan senang atau malah memiliki cerita berkesan saat mengenang noda yang pernah dibuatnya karena saya tidak memarahinya tapi mengingatkannya akan hikmah yang dia dapat dari noda tersebut. Ya, Berani kotor itu baik!


Cerita lain yang menginspirasi saya adalah Teman Sejati (hal 227), mengenai persahabatan antara Arga dan Azha, seorang anak berkebutuhan khusus. Saat , teman sekolah bahkan orangtua teman-teman Azha melarang anaknya bermain dengan Azha dengan tulus Arga mengulurkan bersahabatan.  Arga sadar, Azha berbeda dengan dirinya sehingga ia selalu sabar dan mengalah pada Azha. Arga membela Azha yang sering dijaili dan dicubit teman-temannya.persahabatan ini membuat bangga mamanya Arga dan guru sekolahnya sekaligus menyadarkan para orangtua teman sekolahnya terharu menyadari kesalahannya.

Cerita yang mengingatkan saya untuk menanamkan sejak dini pada anak-anak, bahwa perbedaan dalam bentuk apapun termasuk warna kulit dan rambut temannya adalah karena kebesaran sang Pencipta, untuk itu dia tidak boleh memilih dalam berteman. Dan perbedaan tidak lantas membuat dirinya lebih baik dari orang lain (temannya).


Buku Cerita Di Balik Noda merupakan kumpulan cerita para ibu mengenai keseharian anak-anak mereka yang kerap bersingungan dengan noda . Cerita yang menjadi pemenang   dalam kontes Cerita Di Balik Noda    yang diadakan Rinso beberapa waktu lalu. Buku yang dikembangkan dan ditulis ulang oleh Fira Basuki, seorang penulis perempuan kenamaan yang juga seorang ibu.


Walaupun memiliki thema yang sama yaitu mengenai noda, masing-masing cerita memiliki hikmah berbeda sehingga  memberi pelajaran baru untuk pembacanya terutama orangtua. Beberapa cerita mungkin dialami juga orangtua lain walaupun dengan versi yang berbeda, termasuk saya. Kesamaan pengalaman yang membuat para orangtua yang membaca buku ini seperti membaca pengalamannya sendiri dan mengingatkan satu hal, yaitu bahwa noda atau kotor tidak selalu identik dengan kenakalan anak, kuman dan penyakit. 

Stigma yang selama ini ada di benak banyak orangtua. Stigma yang membuat orangtua mensterilkan anaknya dari lingkungan di luar rumahnya. Padahal saat anak melangkah kakinya ke luar dan berinteraksi dengan lingkungannya dia belajar dari yang dirasakan, dilihat dan didengarnya. Seperti yang bisa kita baca pada cerita-cerita dalam buku Cerita Di Balik Noda, terbitan Gramedia ini. 
Sebuah noda akan yang memberikan warna dalam hidup pada anak dan orangtua, haru, sedih atau lucu, saat mengenangnya kelak.  (rs)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba nulis blog cerita di balik noda