Ke Pelabuhan Ratu


*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba sharing liburan dengan kendaraan di majalah  ayahbunda

Ini cerita saat kami berliburan akhir tahun 2010. Akhir tahun 2011 kami memutuskan liburan di rumah karena anggota keluarga kami yang baru, Khalif, baru berumur 2 bulan. Ya, bulan november  lalu saya melahirkan anak kedua. Jadilah liburan yang kami agendakan setahun sekali ini di tidak adakan tahun 2011. 

The story begin. Tempat yang kami pilih adalah pantai dengan pertimbangan, itu adalah tempat yang belum pernah di lihat si kecil Azka Zahra yang saat itu berusia 2y6m secara langsung tapi keberadaan pantai sudah dilihatnya dari film Dora atau Diego yang ditontonnya.
Pilihan kami jatuh ke Pelabuhan Ratu karena jaraknya dekat dengan kota tempat kami tinggal yaitu Bogor. Hanya memakan waktu dua jam, begitu kata teman-teman kantor saya yang kerap berlibur kesana tapi kalau macet bisa lebih lama.
Ya, jalan raya Bogor – Sukabumi termasuk jalan padat dan sempit untuk ukuran truk dan atau kontainer yang kerap lalu lalang di sini terkait dengan banyaknya pabrik di daerah ini salah satunya pabrik air mineral.    Jalanan yang tidak terlalu ramah untuk pengendara sepeda motor dan mobil pribadi. 

Untuk menghindari terjebak macet kami memilih berangkat pagi dari rumah. Sesuai prediksi jalanan yang kami lalui masih lenggang lalu mulai padat merayap saat masuk pertigaan parung kuda. Seorang penduduk lokal yang jadi petugas parkir dadakan di pertigaan, menyarankan kami untuk lewat jalan alternatif agar tidak terjebat macet. Untuk beberapa saat suami saya, sebagai ‘penentu kebijakan’ bingung karena belum pernah melewati jalan alternatif dan  ini pertama kalinya dia ke Pelabuhan Ratu membawa kendaraan sendiri.
“Gampang Pak, tinggal ngikutin jalan saja nanti sampai di pelabuhan ratu,” terang petugas parkir dadakan itu.

Akhirnya dengan pertimbangan jika terjebak macet memancing si kecil Azka rewel, belum lagi kami harus mencari penginapan - Kami batal menginap di hotel Inna Samudra Beach yang terkenal karena kamar khususnya untuk Nyi Roro Kidul – sekaligus yang membuat kami  memilih tempat ini  karena harga perkamar naik 300% dengan alasan termasuk paket tahun baru – an. kami tidak tertarik dengan acara tahun baru an, apapun model acaranya – . Kami memilih jalan alternatif yaitu jalan cikidang.
“Jalannya di aspal, Pak?” tanya suami.

Si penunjuk jalan mengacungkan jempol seraya berkata,”hotmix, Pak.”

Beberapa saat setelah melewati perkampungan kami dibuat tertegun dengan pemandangan sepanjang jalan yang kami lalui dan udara segar yang menyapa kami. Deretan kebun kelapa sawit, hutan karet, lembah dan bukit yang dirimbuni pepohonan, benar-benar indah dan membuat kami berdecak kagum. Sesekali kami membuka jendela mobil untuk mendapatkan udara segar nan bersih. Bersamaan dengan itu kami pun dikejutkan dengan tikungan, tanjakan dan turunan yang cukup tajam. 

Dibutuhkan presisi yang tepat saat harus belok sekaligus menanjak atau sebaliknya terlebih jika ada kendaraan dari arah berlawanan. Ini membuat jantung saya berdebar-debar namun sebaliknya suami saya sepertinya menikmati setiap lintasan yang cukup memicu adrenalin itu. “Serasa di sirkuit nich,“ kelakarnya. “Pulangnya lewat sini lagi ya.”
Untunglah jalanan lenggang.

Kami  bersyukur membawa kendaraan yang cukup baik untuk melalui medan seperti ini. Dengan teknologi power steering yang memudahkan menyetir, rem yang pakem, kedap suara dari mesin dan kebisingan luar, dan ruangan mobil yang cukup lapang sehingga si kecil Azka bisa tidur atau bermain dengan bonekanya dengan nyaman. Walaupun begitu kami tetap mengecek kendaraan kami ke bengkel sebelum berangkat, memastikan kondisinya baik. Karena kondisi mobil sangat berpengaruh terhadap keselamatan kami.
Oh ya, ini benar-benar liburan keluarga karena hanya kami bertiga, art yang tadinya kami ajak menolak ikut dan memilih pulang kampung. Walaupun awalnya khawatir repot pada akhirnya kami menikmatinya. Sangat menikmatinya terlebih tidak setiap saat kami bisa seintens ini karena kami sama-sama bekerja.

Sampai di area pelabuhan ratu kami  mencari tempat menginapan yang cocok, pilihan kami jatuh pada penginapan bergaya bungalow yang tidak mengadakan acara khusus tahun baruan. Luas, nyaman, bersih dengan harga masuk akal.

3 komentar

  1. Wow asyiknya liburannya mbak, alhamdulillah selamat sampai tujuan .. terus ngapain aja selama di sana? :)

    BalasHapus
  2. Kalau punya bayi dan balita memang sedikit repot ya kalau mau liburan, apalagi kalau jauh dari rumah

    BalasHapus