GA Golden Moment : Hukuman Kursi

Azka Zahra putri sulung kami, kerap merubah rengekannya menjadi tangisan dan teriak ungkapan keinginannya dengan keras. Ketika saya tidak mengubrisnya Zahra  melempar mainan yang ada didekatnya, saat itu usianya kurang lebih 3 tahun.  Itulah bentuk protes dan perlawanan Zahra  jika kemauannya  tidak dikabulkan. Saya bukan tidak  mau menuruti keinginan Zahra, tapi tengah mengajarinya bahwa tidak semua yang diinginkannya bisa di dapat. Kami sudah sepakat, jika jajanan yang boleh dibeli Zahra  maksimal dua macam. Tidak boleh jajan chiki kecuali sesekali dan itu pun yang ukurannya kecil begitupun minum-minuman seperti limun atau teh kemasan dan  tidak boleh setiap pedagang yang lewat depan rumah dibeli.    Lima tahun belajar kimia membuat saya hati-hati soal pilih memilih makanan dan jajanan untuk si kecil. 


Tentu, saya memberi penjelasan sederhana kenapa tidak boleh sering jajan, kenapa jajan ini itu gak boleh dst. Begitupun soal lamanya waktu menonton dan waktu main games yang boleh dilakukan dihari sabtu dan minggu saja . Azka belum mengerti hitungan jam, jadi setiap kali menonton kami batasi dengan cara, hanya satu cd atau satu film (jika cd combo - isi cd berisi lebih dari satu film), jika Azka merengek minta tambahan waktu, kami beri 5 sampai 10 menit, setelah itu tv harus mati. Saya memberinya pengertian jika menonton terus menerus matanya bisa sakit, Azka perlu bermain dengan teman sebaya dan mendengarkan dibacakan buku, main cait air dsb.

 Pengertian dan bujukan  yang saya ulang  malah membuat Zahra nambah tantrum. Saat saya hendak memeluknya Zahra malah balik mengayun-ngayunkan tangannya. Ketika saya berhasil memeluknya, Zahra menggigit tangan saya. Emosi saya terpancing, ingin berteriak membentak dan mengancam Zahra agar takut dan menurut, tapi saya  sudah berkomitmen tidak ada kekerasan fisik  dan bentakan walaupun pada beberapa kesempatan intonasi suara tegas saya satu atau dua oktaf lebih tinggi dari seharusnya atau menyentil tangannya. Untuk meredakan emosi yang hampir naik ke ubun-ubun,  saya meninggalkan Zahra mengamuk sendirian tapi tanpa di duga Zahra malah melempar semua barang yang ada di dekatnya. 



“Jangan dilempar!” pekik saya spontan sambil menarik Zahra, menjauhkannya dari meja yang di atasnya terletak pesawat telpon, rak kecil berisi stationary, koleksi cd dan foto.


“Azka nurut sama mama ya. Azka harus belajar disiplin.”

           “Aku nggak mau disiplin!” teriak Azka.


Insiden berakhir  jika Azka kelelahan, saya menyerah dan menuruti kemauan Zahra atau saya yang memenangkan insiden.  Menakut-nakuti Zahra dengan ancaman tidak pernah mempan.


Sikap Zahra membuat saya intropeksi.  Padahal  kata mama saya, saat kecil sikap saya jauh berbeda dengan Zahra. Saya penurut dan lebih cenderung ke penakut. Apa yang dilarang mama diturut dan takut jika sampai mama atau bapak marah.


Zahra selalu menolak larangan-larangan kecil yang membuat saya kerap berbisik dalam hati,”Ya, Allah lembutkan hatinya.” Saya hanya ingin mengajarinya disiplin. Saya tidak ingin kenyaman dan fasilitas yang kami berikan membuat anak-anak kami  tumbuh jadi pribadi yang manja dan tidak gigih. Saya tidak ingin rasa sayang saya kepada anak-anak membuat saya dikendalikan mereka secara tidak langsung. Sungguh, sebenarnya saya sedih melihat Zahra menangis meneriakkan keinginannya yang tidak saya penuhi.

                                                      kelelahan setelah tantrum

Sikap egosentris dan semau gue Zahra menjadi perhatian tersendiri untuk saya dan suami. Kami memikirkan cara agar Zahra manut terhadap kami tapi kritis. Lalu kami terinspirasi salah satu episode serial The Nanny soal hukuman kursi.  Hukuman  kursi adalah hukuman yang kami sepakati, saya, suami dan Zahra, dengan cara mendudukannya di kursi  jika Zahra  tidak mengikuti nasehat atau larangan kami dengan cara mengamuk dan melemparkan mainannya. Tidak boleh beranjak sampai tangis atau amukannya reda dan meminta maaf atas kesalahannya. Hukuman yang hanya diterapkan jika nasehat, pengertian, bujuk rayu sampai mendiamkan tidak cukup mempan untuk membuat Zahra menuruti nasehat atau larangan kami.  Bukan hukuman untuk kenakalan Zahra. Saya tidak setuju dengan pelabelan nakal terhadap seorang anak balita, karena apa yang diketahui soal nakal atau tidak anak seusia itu? Tapi sikap Zahra yang kadang semau gue dan egosentris, melanggar kesepakatan yang sudah kami sepakati bersama. 

Tapi hukuman itu  jarang terjadi karena Zahra akhirnya mengerti, sekalipun dia mengamuk kami tidak akan menuruti kemauannya jadinya Zahra lebih sering menurut walaupun dengan  muka ditekuk atau terisak. Seiring bertambahnya usia yang mei mendatang berusia 4 tahun,  Zahra sudah tidak tantrum lagi. Namun begitu bukan karena Zahra berubah menjadi penurut dan penakut seperti saat saya kecil tapi karena Zahra lebih paham hukum sebab akibat dari penjelasan yang selama ini saya ulang-ulang. Zahra tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mandiri, salah satunya karena kami pun berusaha memberi reward berupa pujian, pelukan atau ciuman jika dia berlaku baik. 

 hadiah untuk Zahra: jalan2 ke KidZania

Hukuman pun kami rubah, bukan hukuman kursi lagi tapi hukum penawaran. Zahra  tidak boleh nonton tv jika marah dengan melempar mainan. Zahra tidak boleh main games jika menolak membereskan mainannya sendiri dst.

Ada yang unik saat Zahra mendapat hukuman kursi. Zahra benar-benar duduk di kursi sampai hukuman berakhir  tidak berontak dengan cara turun dari kursi. Ia hanya berkata berulang-ulang,”Aku tidak mau dihukum.” 

Akhirnya saya menemukan jawaban dari pertanyaan,”Apakah semua anak mengalami fase dengan sikap seperti yang Zahra tunjukan?” Dari sebuah buku berthema parenting*.  Dalam buku itu  dijelaskan ranting saraf di otak anak tumbuh saat si anak melakukan hal baru. Makin banyak ranting saraf makin cerdas seorang anak. Namun saat si anak ingin melakukan hal baru, banyak orang tua melarang dengan alasan takut ini itu. Takut jatuh, Takut pecah dst. Pemberontakan si kecil bisa dibilang adalah cara Tuhan agar para orang tua tidak menggangu pertumbuhan itu.  Yang harus dilakukan para orang tua adalah mencairkan sikap itu, salah satunya dengan membiarkan anak mencoba hal baru dengan pengawasan, memberi penjelasan dan  pengertian. Penjelasan yang membuat saya lega dan optimis. 

Ini mengingatkan saya dan suami  satu hal, bahwa kami harus selalu bersiap dengan ilmu baru dan tambahan kesabaran selama mendampingi anak-anak hingga mereka tidak perlu lagi sandaran kami dan siap melepaskan mereka menjelajahi kehidupan dan bumiNya.  Doa kami menyertaimu selalu, Nak.

Keterangan;
*Buku Ayah Edy menjawab.
Tulisan ini di-share dalam rangka mengikuti “GA GOLDEN MOMENT WITH YOUR CHILD” yang diadakan oleh penerbit byPASS

Ke Pelabuhan Ratu


*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba sharing liburan dengan kendaraan di majalah  ayahbunda

Ini cerita saat kami berliburan akhir tahun 2010. Akhir tahun 2011 kami memutuskan liburan di rumah karena anggota keluarga kami yang baru, Khalif, baru berumur 2 bulan. Ya, bulan november  lalu saya melahirkan anak kedua. Jadilah liburan yang kami agendakan setahun sekali ini di tidak adakan tahun 2011. 

The story begin. Tempat yang kami pilih adalah pantai dengan pertimbangan, itu adalah tempat yang belum pernah di lihat si kecil Azka Zahra yang saat itu berusia 2y6m secara langsung tapi keberadaan pantai sudah dilihatnya dari film Dora atau Diego yang ditontonnya.
Pilihan kami jatuh ke Pelabuhan Ratu karena jaraknya dekat dengan kota tempat kami tinggal yaitu Bogor. Hanya memakan waktu dua jam, begitu kata teman-teman kantor saya yang kerap berlibur kesana tapi kalau macet bisa lebih lama.
Ya, jalan raya Bogor – Sukabumi termasuk jalan padat dan sempit untuk ukuran truk dan atau kontainer yang kerap lalu lalang di sini terkait dengan banyaknya pabrik di daerah ini salah satunya pabrik air mineral.    Jalanan yang tidak terlalu ramah untuk pengendara sepeda motor dan mobil pribadi. 

Untuk menghindari terjebak macet kami memilih berangkat pagi dari rumah. Sesuai prediksi jalanan yang kami lalui masih lenggang lalu mulai padat merayap saat masuk pertigaan parung kuda. Seorang penduduk lokal yang jadi petugas parkir dadakan di pertigaan, menyarankan kami untuk lewat jalan alternatif agar tidak terjebat macet. Untuk beberapa saat suami saya, sebagai ‘penentu kebijakan’ bingung karena belum pernah melewati jalan alternatif dan  ini pertama kalinya dia ke Pelabuhan Ratu membawa kendaraan sendiri.
“Gampang Pak, tinggal ngikutin jalan saja nanti sampai di pelabuhan ratu,” terang petugas parkir dadakan itu.

Akhirnya dengan pertimbangan jika terjebak macet memancing si kecil Azka rewel, belum lagi kami harus mencari penginapan - Kami batal menginap di hotel Inna Samudra Beach yang terkenal karena kamar khususnya untuk Nyi Roro Kidul – sekaligus yang membuat kami  memilih tempat ini  karena harga perkamar naik 300% dengan alasan termasuk paket tahun baru – an. kami tidak tertarik dengan acara tahun baru an, apapun model acaranya – . Kami memilih jalan alternatif yaitu jalan cikidang.
“Jalannya di aspal, Pak?” tanya suami.

Si penunjuk jalan mengacungkan jempol seraya berkata,”hotmix, Pak.”

Beberapa saat setelah melewati perkampungan kami dibuat tertegun dengan pemandangan sepanjang jalan yang kami lalui dan udara segar yang menyapa kami. Deretan kebun kelapa sawit, hutan karet, lembah dan bukit yang dirimbuni pepohonan, benar-benar indah dan membuat kami berdecak kagum. Sesekali kami membuka jendela mobil untuk mendapatkan udara segar nan bersih. Bersamaan dengan itu kami pun dikejutkan dengan tikungan, tanjakan dan turunan yang cukup tajam. 

Dibutuhkan presisi yang tepat saat harus belok sekaligus menanjak atau sebaliknya terlebih jika ada kendaraan dari arah berlawanan. Ini membuat jantung saya berdebar-debar namun sebaliknya suami saya sepertinya menikmati setiap lintasan yang cukup memicu adrenalin itu. “Serasa di sirkuit nich,“ kelakarnya. “Pulangnya lewat sini lagi ya.”
Untunglah jalanan lenggang.

Kami  bersyukur membawa kendaraan yang cukup baik untuk melalui medan seperti ini. Dengan teknologi power steering yang memudahkan menyetir, rem yang pakem, kedap suara dari mesin dan kebisingan luar, dan ruangan mobil yang cukup lapang sehingga si kecil Azka bisa tidur atau bermain dengan bonekanya dengan nyaman. Walaupun begitu kami tetap mengecek kendaraan kami ke bengkel sebelum berangkat, memastikan kondisinya baik. Karena kondisi mobil sangat berpengaruh terhadap keselamatan kami.
Oh ya, ini benar-benar liburan keluarga karena hanya kami bertiga, art yang tadinya kami ajak menolak ikut dan memilih pulang kampung. Walaupun awalnya khawatir repot pada akhirnya kami menikmatinya. Sangat menikmatinya terlebih tidak setiap saat kami bisa seintens ini karena kami sama-sama bekerja.

Sampai di area pelabuhan ratu kami  mencari tempat menginapan yang cocok, pilihan kami jatuh pada penginapan bergaya bungalow yang tidak mengadakan acara khusus tahun baruan. Luas, nyaman, bersih dengan harga masuk akal.

USAI BULAN MADU



Tanggal 6 februari lalu saya kembali bekerja sekaligus mengakhiri bulan madu yang sudah berlangsung selama tiga bulan. Seperti kebanyakan mama bekerja lain. Saya diliputi perasaan tak tega dan khawatir meninggalkan si kecil terutama Khalif yang baru berumur 2 bulan setengah. sekitar satu minggu sebelum saya kembali bekerja saya bicara pada Azka bahwa liburan panjang saya tidak lama lagi berakhir. Mama harus kembali bekerja. Azka langsung meresponnya dengan tangisan dan rengekan,”Mama jangan kerja. Mama kerjanya di rumah aja. Mama aku sedih.” Duh, makin berat membayangkan kembali kerja. Saya membesarkan hati Azka sambil memeluknya. Tak disangka satu hari menjelang hari saya akan bekerja dan saya berkata,”Mama sedih harus kerja lagi. Mama pengin libur panjang lagi.”

Azka berkata,”Mama jangan sedih. Mama nanti juga kan pulang. Nanti hari sabtu dan minggu kan libur,” kata Azka. kalimat yang hampir sama dengan kalimat yang saya ucapkan untuk menghiburnya. 

Dengan alasan tidak tega membiarkan Khalif di jaga art, mama saya bersikeras datang dan tinggal untuk sementara di rumah kami untuk merawat Khalif. Art hanya bertugas cuci-cuci dan beres-beres rumah. Mungkin karena mama saya adalah seorang full day mom dengan lima anak, dia tidak bisa dengan mudah dan tega melihat cucunya di rawat orang lain. Saya lega namun terselip perasaan tidak enak. Gak mau merepotkan mama tapi jika mama ada di rumah saya tenang meninggalkan rumah untuk bekerja. Dua minggu atau sebulan sekali mama pulang.

Tak terasa lebih dari dua bulan telah berlalu, usia Khalif genap 4 bulan.  Laporan mama yang sering saya terima setiap pulang kerja adalah,Khalif tidur siangnya sebentar karena di ganggu kaka Azka. Di ciumin, di peluk, di colek pipinya, telinga Khalif di bisikin atau kaka  Azka meloncat-loncat di tempat tidur. Aku gak ada teman, alasan Azka. Tapi sepertinya Khalif juga suka di ganggu kaka Azka. mata Khalif tidak lepas dari kaka Azka jika kaka Azka berada tidak jauh darinya.

Khalif tengah senang-senangnya tengkurep dan tidak mau digendong ala bayi, harus diberdirikan. Mungkin Khalif tengah merasai sensai yang baru dengan kedua posisi itu.

Azka dan Rayn

 Ini adalah foto Azka Zahra dan sepupunya mas Rayn yang usianya terpaut dua tahun di atas Azka. Foto diambil saat Rayn berlibur di Bogor. Walaupun Azka dan Rayn tinggal beda kota dengan intensitas pertemuan yang terbatas tapi keduanya sangat akrab, salah satu sebabnya mungkin karena mereka memiliki karakter yang mirip yaitu supel. Bagi Azka, Rayn adalah kakak yang serba ‘hebat’. Tak heran jika apa yang dilakukan dan disukai Rayn, Azka mengaku menyukainya. Foto ini  ceritanya adalah gaya meniru power ranger, film yang sebenarnya belum pernah di tonton Azka tapi dengan sok tahu dan percaya diri Azka mengaku suka dengan tokoh-tokoh power ranger yang diceritakan Rayn. Jika Rayn ke Bogor, Azka pasti  meminta berenang ramai-ramai dengan Rayn.

Saat Azka ke Bandung, Rayn pasti membekali Azka dengan mainan dan buku miliknya, katanya,"Aku udah besar, ini buat Azka saja." 

Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY :  Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh susindra.


Diet Sehat untuk Ibu dan Calon Ibu



Tingkat kecerdasan seorang anak tergantung pada faktor genetik dan pemenuhan zat gizi selama dalam proses perkembangannya sejak masa prakonsepsi (merencakan kehamilan)  sampai berakhir periode keemasannya (golden age). Untuk itu sangat penting bagi ibu  selektif memilih makanan yang dikonsumsinya sejak mulai merencanakan kehamilan sampai berakhirnya masa menyusui. Makanan bernutrisi menjamin kesehatan ibu dan anak. Berikut panduan singkat makanan yang dianjurkan dikonsumsi calon ibu, ibu hamil dan ibu menyusui. 

Jangan Makan ini; Fast Food dan atau Instan Food.  Fast food adalah istilah untuk makanan siap saji atau cepat saji. Misal, friend chicken, French fries, burger, pizza dan lain-lain. Instant food adalah makanan yang yang bisa disimpan dalam jangka waktu cukup lama dan dapat disajikan dengan cepat setelah melalui pengolahan yang praktis. Seperti,  mie instan, chicken nugget, sosis atau daging burger olahan pabrik.
Kesamaan dari keduanya adalah mengandung kalori, lemak, gula, dan sodium (garam) dengan kadar tinggi tetapi mengandung protein. Karena kandungan kalori, lemak, gula dan garamnya yang tinggi menjadikan makanan ini tidak sehat. Kelebihan lemak, gula dan garam yang dikonsumsi ibu hamil menyebabkan ibu dan bayi  obesitas, hipertensi  atau diabetes selama masa kehamilan.  

Tambahan lain, instant food menggunakan beberapa zat additive seperti pengawet, pewarna atau pengemulsi .  Pengawet seperti natrium atau sodium benzoate, pewarna merah untuk sosis atau kornet adalah nitrit, MSG  sebagai penambah rasa, zat lilin pada mie instant.  Zat-zat additive tersebut tidak diperlukan tubuh, keberadaannya dapat memperlambat kerja organ-organ pencernaan. Selain itu zat additive menyebabkan mual, pusing dan muntah pada beberapa ibu hamil.

Pilih yang ini; Mie instan yang mungkin biasa dikonsumsi di pagi hari untuk sarapan dengan alasan kepraktisan bisa diganti dengan setangkup roti isi telur dadar, irisan tomat dan keju plus segelas susu. Atau semangkuk susu dicampur sereal atau oatmeal.  Telur mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium yang terdapat dalam susu. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin. Untuk ibu yang tidak menyukai susu, sumber kalsium bisa di dapat dari yoghurt, keju dan bayam.
Roti, sereal dan oatmel adalah karbohidrat sebagai sumber energi. Selain itu sereal dan oatmeal juga kaya akan serat sehingga mudah dicerna.

Hindari mengkonsumsi telur setengah matang untuk mencegah masuknya bakteri salmonella atau toksoplasma ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kecacatan pada janin.
Bubur ayam dan gado-gado bisa jadi alternatif lain.

Jangan makan ini; Junk Food. Adalah istilah untuk  makanan yang sama sekali tidak ada manfaatnya bagi tubuh alias tidak bergizi. Misal; kerupuk, keripik, pilus dsb.

Pilih yang ini; Ganti camilan dengan biscuit, raisin, kacang tanah, kacang mete, potongan buah segar atau rebusan wortel. Makan makanan lunak pada jeda waktu tertentu  (ngemil), setiap tiga jam, akan membuat gula darah stabil dan dapat mencegah mual.


Kacang tanah dan kacang mete mengandung lemak yang membantu dalam proses pembentukan jaringan otak, serabut saraf dan organ penting janin lainnya.
Konsumsi potongan buah segar dan rebusan wortel atau sayuran lain dapat mencukupi kebutuhan akan serat, terlebih saat hamil kebutuhan serat meningkat untuk mencegah konstipasi akibat 

Kurangi minum ini; Kopi atau teh.  Kafein dalam kopi dan teh  dapat meningkatkan tekanan darah dan menambah  frekuensi berkemih. Bertambahnya frekuensi berkemih memungkinkan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan vitamin golongan B ikut larut terbuang dalam air seni. Padahal golongan vitamin B yaitu B9 atau asam folat berperan penting dalam pembentukan otak dan tulang belakang janin.  Asam folat terbukti kuat dapat mencegah cacat otak pada bayi. Sedangkan vitamin C membantu proses penyerapan zat besi oleh tubuh dan memperbaiki jaringan yang rusak.

Pilih yang ini; Jus buah dan atau yoghurt. Kedua jenis minuman ini mengandung   vitamin dan mineral yang  diperlukan tubuh dalam setiap proses metabolisme. Selain itu yoghurt mengandung kalsium yang cukup tinggi.

Jangan Minum ini; Soft drink seperti soda. Kandungan gula sintesis dalam soft drink dapat menyebabkan obesitas pada janin dan ibu.

Pilih yang ini; air rebusan kacang hijau yang dibuat dengan cara merebus satu sendok kacang hijau namun jangan sampai kacangnya pecah dan airnya di minum. Kacang hijau kaya vitamin B yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin.
Air kelapa muda mengandung elektrolit, klorida, kalsium, potasium, magnesium, sodium, dan riboflavin. Sebagai isotonik alami yang kaya mineral dan memiliki elektrolit sama dengan elektrolit tubuh, air kelapa muda dapat mencegah rehidrasi dan memulihkan stamina tubuh ibu.

Kurangi makan ini; sayuran bersantan karena menyebabkan iritasi lambung.

Pilih yang ini; Sayuran hijau kuah bening. Sayuran (berdaun) hijau mengandung zat besi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin dan pembawa oksigen dalam darah. Selain itu sayuran hijau berkuah bening dapat meningkatkan produksi ASI.

Jangan makan ini; Sate. Konsumsi daging setengah matang memungkinkan bakteri seperti salmonella dan parasit toksoplasma tidak mati dan masuk ke dalam tubuh ibu. Infeksi toksoplasma dapat menyerang janin dan menyebabkan bayi lahir cacat.

Pilih yang ini; Daging tumis lada hitam atau tongseng tanpa santan. Daging merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan plasenta, payudara, rahim, kenaikan jumlah (produksi) darah ibu, membantu memperbaiki sel – sel yang rusak selama kehamilan dan merupakan pembentuk organ dan otot janin. 

Daging sapi segar juga mengandung vitamin B6 dan vitamin B12 yang berfungsi membantu meningkatkan volume (produksi) darah, sangat baik untuk mempertahakan kesehatan otak dan fungsi saraf. Vitamin ini membantu ibu dan bayi menggunakan protein, karbohidrat, dan lemak sebagai sumber  energi dan membangun jaringan otak bayi.

Atau pilih ikan dan seafood.  Lemak pembangun otak adalah docosahexaenoic (DHA), rantai panjang dari asam lemak omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan. Namun sebaiknya hindari ikan hiu atau makarel karena mengandung merkuri, logam yang disinyalir menyebabkan autis.

Jangan makan ini; Jajanan kaki lima. Selain umumnya jajanan kaki lima berkadar MSG tinggi juga kurang terjamin kehigienisannya. Yang paling rentang adalah tercemari bakteri e colli yang  menyebabkan diare pada ibu. Efeknya terhadap janin, makanan yang bisa diserap janin berkurang karena makanan terkuras saat buang air besar.

Pilih yang ini; Jika tidak sempat masak pilih rumah makan yang bersih atau pesan dari katering yang terpercaya.

Untuk beberapa ibu sudah terbiasa mengkonsumsi mie instant dan  pecandu kopi, mungkin sedikit kesulitan untuk ‘berpuasa’ dari mengkonsumsinya. Lakukan pengurangan konsumsi secara bertahap dan ingatlah semua yang dilakukan untuk kebaikan si kecil kelak.

Selamat menjadi ibu yang bahagia!
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog writing competition http://nutrisiuntukbangsa.org/blog-writing-competition/
Sumber tulisan;
Seri AyahBunda : Makanan untuk Tumbuh Kembang Otak (2003)
Golden Mom (buku terbitan Wyeth)
Situs :
www.detikhealth.com
sumber gambar:melindahospital.com

Tidur di Luar




Saya tidak tahu persis apa yang ada di benak Azka setiap kali ia meminjam kain flanel milik Khalif yang kemudian digelarnya di ruas jalan depan rumah lengkap dengan bantal peyot kesayangannya. Lalu Azka tiduran disana.
“Aduh Azka, kotor donk bantal dan kain dedenya,” teriak saya panik.
“Pinjam sebentar, Ma.”
“Azka kalau ada motor atau mobil gimana?”
“Aku kan di pinggir.”
Iya sich tapi tetap aja, berbahaya lha jalan hanya seukuran dua mobil. Untungnya rumah tempat saya tinggal di deretan jalan buntu, sehingga mobil yang keluar masuk hanya mobil di deretan rumah saya dan deretan depan rumah yang jumlahnya hanya 20 buah itu pun belum semua berpenghuni.
Kami, saya dan Azka bersitegang setiap kali Azka mulai menggelar  dan tiduran di jalan, kadang dengan membawa serta boneka atau mainan lainnya.  
Tapi minggu kemarin saya memberikan solusi yang memuaskan Azka. Saya meminta Azka pindah ke carpot karena kebetulan mobil sedang di bengkel.
Btw, saya suka setiap azka bermain dengan  imajinasinya.

@ Parenting Indonesia


Senangnya, tulisan saya kembali dimuat majalah Parenting Indonesia (PI) edisi bulan Maret 2012. 

Terima kasih Azka untuk inspirasi dan pelajaran yang mama dapat darimu. Love u always….




Tulisan dibukukan dalam buku Mommylicious, reviewnya di sini 

Saya menatap putri sulung kami, Azka Zahra dengan beragam perasaan yang bercampur aduk; kesal, gregetan, sedikit marah dan bingung. Tangisannya cukup membuat tangan saya tertahan untuk mencubitnya atau menyentil tangannya. Terlebih telah berjanji pada sendiri untuk tidak pernah mengunakan tangan dalam mendidik si kecil walaupun pada beberapa kesempatan tak bisa menahan diri untuk menyentil tangan atau kakinya saat dia marah dengan melempar atau menendang mainannya. Saat itu usianya 3 tahun 7 bulan.